Sekitar 22% pasien diabetes melitus di dunia, terkonfirmasi defisiensi vitamin B12. Metformin, obat utama pada terapi diabetes, memiliki bukti kuat yang konsisten mengenai hubungannya dengan defisiensi B12, karena obat ini menghalangi penyerapan vitamin B12 di intestinal yang melibatkan kalsium. Studi pilot menunjukkan bahwa pada 56 pasien lanjut usia (lansia) dengan diabetes melitus, 43% di antaranya mengalami defisiensi B12 dan 75%-nya memiliki hiperhomosisteinemia.
Studi di Jepang menunjukkan bahwa 11 pasien defisiensi B12 (terutama lansia dan pasien diabetes) mengalami secara signifikan, peningkatan rasio CD4+:CD8+ (p <0,05), penurunan fungsi sel NK (p <0,01) dan jumlah sel T CD8+ (p <0,01), serta limfopenia (p <0,01). Penurunan marker imun ini terperbaiki secara signifikan setelah 2 minggu pemberian mecobalamin 500 mcg/hari. Subjek sehat (kontrol dalam studi ini) juga memiliki profil imun (peningkatan sel limfosit termasuk T CD8+) lebih baik setelah pemberian B12 (p <0,05).1
Vitamin B12 adalah kofaktor utama dalam mengontrol kadar homosistein. Tanpa B12, asam folat dan vitamin B6 tidak dapat bekerja mengontrol homosistein. Homosistein tinggi adalah konsekuensi dari defisiensi B12 dan memicu peningkatan sel-sel pro-inflamatorik (IL-6, IL-8, TNF-α), kadar IFN-γ dan kadar D-dimer melalui peningkatan trombosis, serta kerusakan paru meningkat.1
Vitamin B12 memiliki fungsi kritikal/penting pada imunitas seluler (meningkatkan fungsi sel NK/natural killer) dan humoral (meningkatkan jumlah sel limfosit, termasuk sel T CD8+), serta menekan homosistein dan kadar sitokin pro-inflamatorik, terutama TNF-α. Pada replikasi virus COVID-19, mecobalamin, suatu vitamin B12 aktif, menjadi ranking ke-4 oleh FDA, sebagai suatu obat yang aman dan berpotensial untuk menjadi bagian dari terapi COVID-19, dikarenakan kemampuannya sebagai penghambat Mpro / main polypeptide protease of Sars-Cov-2 (A key enzyme for this viral replication). Afinitas Mecobalamin 1,99 kali lebih kuat dari kurkumin dan hydroxychloroquine, meskipun bersaing dengan ranking ke-2, yakni ribavirin dengan afinitas 2,01 kali. Mecobalamin juga menghambat aktivitas nsp12 / non-structural protein 12 (pengontrol aktivitas RNA-dependent-RNA polymerase (RdRP) yang bertanggungjawab pada replikasi genom virus COVID-19). Kedua aksi Mekobalamin ini ditujukan untuk menghambat terjadinya komplikasi multi-organ dari COVID-19.
Pada studi ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian mecobalamin 500 mcg/hari selama 2 minggu, secara signifikan memperbaiki profil imun pada pasien defisiensi vitamin B12 dan subjek sehat, dengan kadar homosistein yang terkontrol. Hasil ini dibutuhkan untuk meminimalisasi komplikasi COVID-19 pada dewasa dan lansia. Mecobalamin adalah satu-satunya vitamin yang mendapat posisi ke-4 oleh FDA, sebagai suatu obat yang aman dan berpotensi, dikarenakan memiliki aksi sebagai penghambat yang lebih kuat pada Mpro (enzim utama dalam replikasi virus) dan nsp12 (pengontrol utama replikasi genom virus) dalam replikasi virus COVID-19.
Silakan baca: Kalmeco, berisi mecobalamin, meningkatkan metabolisme asam nukleat, protein, dan lemak.
Gambar: Ilustrasi (sumber: www.paho.org)
Referensi:
1. Wee AKH. Covid-19’s toll on the elderly and those with diabetes mellitus – is vitamin B12 deficiency an accomplice? Medical Hypotheses. 2021;146:110374.
2. Narayanan N, Nair DT. Vitamin B12 may inhibit RNA-dependent-RNA polymerase activity of nsp12 from the SARS-CoV-2 virus. Preprints. 2020 23 March.