Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah penyakit kronik berulang yang mengakibatkan kerusakan mukosa akibat naiknya isi lambung melalui spingter esofagus bagian bawah. Prevalensi GERD bervariasi antara 2,5% hingga 25%, dengan kejadian paling tinggi di Amerika dan terendah di Asia.
Manifestasi klinis yang tipikal adalah regurgitasi dan rasa terbakar pada dada (heartburn). Gejala lainnya dapat berupa dispepsia, kembung, mual, nyeri dada, laringitis, asma atau batuk kronis. Diagnosis GERD dapat ditegakkan dari adanya gejala heartburn dan regurgitasi berulang. Etiologinya merupakan multifaktorial. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah faktor psikososial seperti kecemasan, depresi, dan kualitas tidur.
Modifikasi gaya hidup (menurunkan berat badan, menghilangkan faktor psikososial, mengurangi konsumsi alkohol, coklat, kopi, teh), terapi medikamentosa, dan pada beberapa kasus dibutuhkan terapi bedah untuk menangani pasien dengan GERD. Terapi medikamentosa berupa anti-acids, antagonis histamin reseptor, dan proton pump inhibitor (PPI). PPI dinilai efektif menurunkan 64,1% gejala heartburn dan 69,5% gejala regurgitasi. Pasien dengan kecemasan dan depresi memiliki gejala klinis menyerupai GERD. Di sisi lain, pasien dengan GERD lebih sering mengalami depresi dan kecemasan. Terapi anti-cemas dan anti-depresan dapat diberikan sebagai kombinasi PPI untuk menghilangkan gejala dan memperbaiki kualitas hidup pasien.
Studi acak tersamar ganda oleh dr. Mokhtare, dkk. ingin mengevaluasi kombinasi terapi duloxetine dengan lansoprazole pada pasien yang mengalami heartburn dan regurgitasi. Studi dilaksanakan pada Desember 2017 hingga September 2018. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: Kelompok A yang mendapatkan lansoprazole 30 mg, 30 menit sebelum sarapan dan 1 kapsul plasebo 2 jam setelah makan; Kelompok B yang mendapatkan lansoprazole 30 mg, 30 menit sebelum sarapan dan 1 kapsul duloxetine 30 mg 2 jam setelah makan. Studi dilakukan selama 4 minggu.
Hasilnya, secara signifikan kelompok B mengalami perbaikan gejala heartburn yang lebih baik dibandingkan kelompok A (46,2% vs 22,5%).
Kelompok B mengalami perbaikan gejala terbangun karena heartburn dibandingkan kelompok A (45% vs 15,7%)
Didapatkan perbaikan kualitas hidup pada kelompok B lebih bermakna dibanding kelompok A.
Pada analisis multivariat didapatkan perbaikan gejala heartburn perbaikan skor kecemasan, perbaikan gejala, dan perbaikan kualitas hidup secara signifikan lebih baik pada kelompok B dibanding kelompok A.
Kesimpulan studi ini adalah terapi kombinasi duloxetine dan lansoprazole aman, dapat ditoleransi dengan baik dan secara signifikan dapat memperbaiki kecemasan, heartburn, kualitas tidur dan kualitas hidup pasien yang mengalami gejala GERD.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
Mokhtare M, Chaharmahali A, Bahardoust M, Ghanbari A, Sarveazad A, Naghshin R, et al. The effect of adding duloxetine to lansoprazole on symptom and quality of life improvement in patients with gastroesophageal reflux diseases: A randomized double-blind clinical trial. J Res Med Sci [Internet]. 2021 [cited 2021 May 19];26(1). Available from: https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-85100532483&doi=10.4103%2fjrms.JRMS_300_19&partnerID=40&md5=999eb8a899033bebf73ce20e69249acb