Detail Article

Pemberian Nutrisi Enteral pada Pasien Stroke dengan NGT vs DET, Manakah yang Lebih Baik?

Dokter Kalbemed
Feb 03
Share this article
img-nutrition.jpeg
Updated 15/Jul/2022 .

Gangguan menelan atau disfagia merupakan salah satu komplikasi stroke yang dapat memicu terjadinya pneumonia, malnutrisi, dehidrasi, serta meningkatkan mortalitas dan memperburuk prognosis. Untuk mencegah komplikasi ini, pemberian nutrisi enteral via sonde diindikasikan pada beberapa kasus. Pemberian susu melalui sonde mengandung beberapa risiko dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan, infeksi lokal, dan perdarahan. Panduan merekomendasikan pemberian selang nasogastrik (NGT) jika asupan nutrisi oral tetap tercukupi selama 1 minggu atau lebih. Jika disfagia terjadi selama lebih dari 4 minggu, pasien memerlukan direct enteral tube (DET) yang dipasang melalui prosedur gastrostomi endoskopi perkutan (PEG) atau jejunostomi. Belum banyak data tentang hasil jangka panjang pada pasien stroke yang menerima nutrisi enteral via NGT dibandingkan dengan DET.


Suatu penelitian retrospektif dilakukan dengan 37.870 subjek yang mengalami stroke di Ontario, Kanada. Sejumlah 1.421 subjek dengan pemberian DET dan 1.421 subjek dengan NGT dibandingkan. Hasilnya adalah kelompok pasien dengan DET memiliki outcome jangka panjang yang lebih buruk dibandingkan dengan kelompok NGT. Pasien yang mendapatkan DET setelah lebih dari 30 hari dipulangkan memiliki risiko kematian yang lebih tinggi (30–89 hari) dan mortalitas setelah 2 tahun yang lebih tinggi (41% vs 36%) dibandingkan dengan kelompok NGT.

 

Kelompok DET juga memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk kembali mendapatkan pengobatan pneumonia aspirasi (14% vs 5%), ulkus dekubitus (5% vs 2%), sepsis (8% vs 3%), dan perdarahan gastrointestinal (6% vs 4%) dalam waktu 2 tahun setelah stroke dibandingkan dengan mereka yang menerima NGT saja. Sebaliknya, peneliti menemukan mortalitas yang lebih rendah dari pasien yang diberi makan DET dalam 30 hari pertama setelah dipulangkan dibandingkan pasien NGT. Perbedaan hasil ini kemungkinan besar disebabkan oleh lamanya rawat inap yang lebih pendek dan kecacatan yang lebih berat pada kelompok yang diberi NGT.

 

Penelitian lain, yang merupakan studi terkontrol acak (RCT) terbesar dan paling kuat hingga saat ini, yaitu studi FOOD, menunjukkan hasil dalam batas ambang signifikan (p = 0,05) berupa peningkatan mortalitas sebesar 7,8% atau outcome yang lebih buruk 6 bulan setelah stroke pada pasien yang mendapatkan jalur nutrisi enteral PEG (n = 162) dibandingkan dengan NGT (n = 159).

 

Simpulan:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jalur DET pada pasien stroke memberikan outcome jangka panjang yang lebih rendah, risiko mortalitas yang lebih tinggi (jika diberikan lebih dari 30 hari setelah pasien pulang), serta kemungkinan yang lebih besar untuk kembali mendapatkan pengobatan pneumonia aspirasi, ulkus dekubitus, sepsis dan perdarahan gastrointestinal dalam waktu 2 tahun setelah serangan stroke dibandingkan dengan mereka yang menerima NGT saja. (DHS)

 

Referensi:

Galovic M. Comparing nasogastric and direct tube feeding in stroke. Neurology. 2018; 90(7):305-6.

Share this article
Related Articles
Related Products
947f991dfaafcd17ed07761e3a8c713c.jpg
286979ccba7c9d42e127d6309b82c555.jpg
48cec81ea1014ea4bbe0768df5f7b5ef.jpg
b7a0f7dc723db954c80c0b32d82a1a61.jpg
264d478df1d949c977b82ba14acdad44.jpg
06dd521a61e475157f392be045bd2d6b.jpg
cc44d9d37f8c597b947b524c4bf9555e.jpg
11179105d289a4f901d9052a76db6b36.jpg
9005079a1eda624730b370c96dfa9025.jpg
f2e3682f1b88c743e63fbe432ab957ab.jpg