Studi menunjukkan bahwa pemberian teh hijau pada pasien thalasemia intermedia membarikan manfaat dalam membantu memperbaiki deposit besi pada pasien yang mendapat terapi deferasirox. Hal ini merupakan kesimpulan dari studi yang dilakukan oleh Dr. Hayder Al-Momen dari Department of Pediatrics, Al-Kindy College of Medicine, University of Baghdad, Baghdad, Iraq dan kolega yang telah dipublikasikan secara online dalam F1000Research tahun 2020 ini.
Teh hijau atau Camellia sinensis merupakan herbal yang digunakan sebagai minuman teh dengan variasi teh hitam, teh hijau, dan teh oolong. Polyphenol merupakan komposisi utama teh hijau (24-36% dari berat kering). Catechin termasuk senyawa polyphenol yang memiliki efek penghambatan penyerapan besi di usus sehingga menyebabkan keseimbangan besi negatif bagi mereka yang mengonsumsinya.
Dalam studi tersebut peneliti melibatkan sebanyak 68 penderita thalasemia intermedia yang secara acak mendapatkan terapi deferasirox dengan tambahan teh hijau. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pasien yang mendapatkan teh hijau (GT) dengan minum secangkir teh hijau (dari teh yang mengandung 2 gram teh hijau) setelah makan (dalam 1 jam) 3 kali sehari. Pasien mencelupkan teh hijau dalam air panas (150°C) selama 2-3 menit. Pasien menjalani terapi deferasirox dan transfusi darah (jika diperlukan) sebagai terapi yang biasa dijalani. Dan kelompok pembanding yaitu pasien minum 1 cangkir atau lebih air hangat atau dingin setiap setelah makan dan menghindari minuman apapun selain air selama 3 jam setiap harinya. Pasien menjalani terapi deferasirox dan transfusi darah (jika diperlukan) sebagai terapi yang biasa dijalani. Studi ini berlangsung selama 12 bulan.
Hasil dari uji klinik ini menujukkan pada 12 bulan, terdapat penurunan kadar besi hati yang lebih besar secara bermakna pada kelompok perlakuan dibandingkan kontrol (7,3 mg Fe/g berat kering vs 4,6 mg Fe/g berat kering; p < 0,05). Terdapat penurunan ferritin serum yang bermakna pada kelompok GT (1289 ng/mL vs 871 ng/mL; p < 0,05). Dosis deferasirox yang digunakan sebanding pada kedua kelompok (GT: awal 36,89 ± 7,24 mg/kg/hari dan 12 bulan 36,24 ± 6,83 mg/kg/hari vs kontrol: awal 37,21 ± 1,13 mg/kg/hari dan 12 bulan 37,15 ± 3,78 mg/kg/hari). Kadar hemoglobin sedikit lebih tinggi pada kelompok GT dibandingkan kontrol tetapi tidak bermakna (8,4 vs 8,2; p= 0,37).
Dari hasil penelitian tersebut peneliti menyimpulkan bahwa konsumsi teh hijau secara rutin membantu memperbaiki deposisi besi secara bermakna pada pasien thalasemia intermedia yang menjalani terapi kelasi besi deferasirox.
Silakan baca juga: Kalsirox, dengan komposisi Deferasirox 250 mg/500 mg, sebagai terapi besi berlebih kronik
Image: Ilustrasi (sumber: https://www.nfcr.org/)
Referensi:
1. Al-Momen H, Hussein HK, Al-Attar Z, Hussein MJ. Green tea influence on iron overload in thalassemia intermedia patients: A randomized controlled trial. F1000Research 2020;9:1136.
2. Borgna-Pignatti C. Modern treatment of thalassaemia intermedia. Br J Haematol. 2007;138:291-304.