Detail Article

Dampak Infeksi Coronavirus Terhadap Paru

Johan Indra Lukito
Mar 04
Share this article
img-Covid-191.jpg
Updated 29/Agt/2022 .

Epidemi COVID-19 telah menewaskan lebih dari 1.800 orang, melampaui angka kematian SARS dalam hitungan minggu. Laju kematian untuk COVID-19 tampaknya seperlima dari SARS, namun COVID-19 menyebar lebih cepat.

Hal ini disebabkan karena coronavirus 2019-nCoV yang menjadi penyebabnya dapat memicu gangguan di berbagai organ. Sifat ini juga dimiliki oleh coronavirus penyebab SARS dan MERS. 2019-nCoV sangat mirip secara genetik dengan coronavirus penyebab SARS sehingga virus ini juga digelari SARS-CoV-2. Masih banyak hal yang belum diketahui tentang coronavirus tipe baru ini, namun dengan menggabungkan hasil penelitian COVID-19 dan pengetahuan tentang SARS dan MERS dapat memberikan gambaran apa yang terjadi pada tubuh ketika terinfeksi oleh coronavirus


Pada sebagian besar pasien, COVID-19 dimulai dari paru. COVID-19 menyebar melalui droplet/cipratan air liur dari penderita saat batuk atau bersin. Coronavirus juga menyebabkan gejala seperti flu berupa demam dan batuk yang dapat berkembang menjadi pneumonia. Pada SARS, penyakit ini biasanya menyerang paru dalam tiga fase: replikasi virus, hipereaktivitas imun, dan kerusakan paru. Tidak semua pasien mengalami ketiga fase ini namun hanya 25 persen pasien SARS yang mengalami gagal napas, yang berarti kasus yang parah. Pada COVID-19, sekitar 82 persen kasus hanya menyebabkan gejala yang lebih ringan, sedangkan sisanya parah atau kritis.


Coronavirus dengan cepat menyerang sel paru manusia. Sel paru terbagi menjadi 2 tipe: ada yang menghasilkan lendir dan ada yang memiliki rambut yang disebut silia. Lendir membantu melindungi jaringan paru dari kuman dan mencegah saluran pernapasan tidak mengering. Sel silia bergetar untuk membersihkan kotoran atau virus dengan bantuan lendir.


Virus SARS menginfeksi dan membunuh sel silia, yang kemudian mengelupas dan memenuhi saluran napas pasien dengan sel mati, debris dan cairan. Hal yang sama mungkin juga terjadi pada COVID-19 karena banyak pasien yang menderita pneumonia disertai dengan gejala sesak napas.


Fase kedua melibatkan sistem imun tubuh. Sistem imun tubuh mulai melawan penyakit dengan membanjiri paru dengan sel imun (disebut proses inflamasi) untuk membersihkan virus dan memperbaiki jaringan paru. Ketika bekerja dengan benar, proses inflamasi ini diatur dengan ketat dan hanya terbatas pada area yang terinfeksi. Tetapi kadang-kadang sistem imun tubuh terganggu dan sel imun membunuh tidak hanya kuman tetapi juga jaringan sehat. Hal ini berakibat lebih banyak sel mati dan debris yang menyumbat paru sehingga pneumonia memburuk.


Selama fase ketiga, kerusakan paru bertambah berat yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan. Bahkan jika kematian tidak terjadi, beberapa pasien mengalami kerusakan paru permanen. Kerusakan ini kemungkinan disebabkan oleh respons hiperaktif sistem imun tubuh, yang menciptakan jaringan parut yang membuat paru menjadi "berlubang" dan kaku. Jika hal ini terjadi, pasien seringkali harus memakai ventilator untuk membantu pernapasan mereka. Sementara itu, inflamasi juga menyebabkan membran antara rongga saluran napas dan pembuluh darah lebih permeabel sehingga dapat mengisi paru dengan cairan dan menurunkan kemampuan paru untuk mengoksigenasi darah. Hal ini dapat berakibat fatal.

 

 

Silahkan baca juga: Starmuno, membantu memperbaiki daya tahan tubuh

Image: Ilustrasi (sumber: https://www.aa.com.tr/id/dunia/irak-catat-kasus-covid-19-pertama/1741995)

Referensi:

1. WHO. Coronavirus disease 2019 (COVID-19):Situation Report – 29. Last updated: 2020 February 18 [cited 2020 February 20]. Available from: https://www.who.int/docs/default-source/coronaviruse/situation-reports/20200218-sitrep-29-covid-19.pdf?sfvrsn=6262de9e_2

2. McKeever A. Here’s what coronavirus does to the body. Last updated: 2020 February 18 [cited 2020 February 20]. Available from: https://www.nationalgeographic.com/science/2020/02/here-is-what-coronavirus-does-to-the-body/

3. WHO. Preliminary Clinical Description of Severe Acute Respiratory Syndrome. [cited 2020 February 20]. Available from: https://www.who.int/csr/sars/clinical/en/

4. Lam CW, Chan MH, Wong CK. Severe Acute Respiratory Syndrome: Clinical and Laboratory Manifestations. Clin Biochem Rev. 2004; 25(2): 121–32.

Share this article
Related Articles
Related Products
560c7bae63aeae9ae8b358fce1d0eac8.jpg
0d4d6d2b213a09f6a9e1ad644d66125b.jpg
531d9d732d1058123a6f4e882369f114.jpg
ac0e4c4431cf9f7f69fd081e45915de3.jpg
8c8c405c6c03f30ade4deab36284c0a8.jpg
35385702980cd2199026202fb22d23d0.jpg
2f68abe3314b268d0896cfe232437629.jpg
4464e4344db96efb4407d5e28dc0a51c.jpg
01874da7d44d13d7c1cffdc25ff99d6d.jpg
eea9ef01f2b3ef28b2a750315afddb68.jpg