Detail Article
Penyalahgunaan dan Resistensi Antimikroba
dr. Vivian Keung
Nov 18
Share this article
ea8a0177e31220551b445df80a9cd45a.jpg
Updated 20/Nov/2023 .

Antimikroba, termasuk antibiotik, antivirus, antijamur, dan antiparasit, adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi pada manusia, hewan, dan tumbuhan. Resistensi antimikroba terjadi saat bakteri, virus, jamur, dan parasit berubah seiring berjalannya waktu dan tidak lagi dapat merespon dengan obat yang ada sehingga dapat menyebabkan infeksi lebih sulit untuk disembuhkan. Selain itu, resistensi antimikroba meningkatkan risiko penyebaran penyakit, penyakit yang lebih berat, dan kematian. 

Mekanisme resistensi pada mikroba untuk bertahan hidup adalah dengan mengembangkan strategi pertahanan terhadap antimikroba, salah satunya dengan cara membuat protein spesifik yang menentukan mekanisme resistensi mikroba. Ketika mikroba yang sulit diobati memiliki kombinasi mekanisme resistensi yang tepat, hal ini dapat membuat semua antimikroba menjadi tidak efektif dan mengakibatkan infeksi yang tidak dapat diobati. Mekanisme resistensi dapat di bagi antar mikroba, terutama dengan mikroba yang belum terpapar antimikroba dengan cara:

  • Transduksi, gen resistensi dapat ditransfer dari mikroba lain ke mikroba satunya melalui perantara fag
  • Konjugasi, gen resistensi dapat ditransfer antar mikroba saat terkoneksi
  • Transformasi, gen resistensi yang dilepaskan dari mikroba hidup atau mati di dekatnya dapat diambil langsung oleh mikroba lain

 

Walaupun resistensi antimikroba terjadi seiring dengan perubahan pada mikroba, akan tetapi penggunaan antimikroba yang berlebihan dan tidak tepat dapat mempercepat munculnya dan penyebaran mikroba yang resisten terhadap antimikroba. Faktanya, penyebab utama resistensi antimikroba adalah ketidakpatuhan pasien terhadap penggunaannya. Dengan meta-analisis penelitian yang dilakukan di empat benua yang mengamati bahwa hampir separuh responden menghentikan pengobatan antibiotik sebelum waktunya setelah mereka mulai merasa lebih baik. Selain itu, peresepan antimikroba berlebihan dan penggunaan antimikroba yang tidak perlu juga menjadi penyebab terjadi resistensi antimikroba.

 

Penggunaan antimikroba harus diberikan sesuai indikasi, seperti pemberian antibiotik untuk infeksi bakteri dan antijamur untuk infeksi jamur. Jika penyakit yang disebabkan oleh virus diberikan antibiotik, maka antibiotik tersebut akan menyerang bakteri baik yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh atau tidak menyebabkan penyakit dalam tubuh. Pengobatan yang salah ini kemudian dapat meningkatkan sifat resistensi antibiotik pada bakteri tidak berbahaya yang dapat ditularkan ke bakteri lain atau dapat menciptakan peluang bagi bakteri yang potensi berbahaya untuk menggantikan bakteri yang tidak berbahaya.

 

Dampak resistensi antimikroba antara lain:

  • Pasien akan lebih lama untuk sembuh sehingga akan meningkatkan biaya perawatan
  • Penggunaan antibiotik dan obat-obat lain lebih meningkat
  • Berkurangnya produktivitas dikarenakan sering sakit

 

Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI, untuk dapat mengendalikan resistensi antimikroba, terutama antibiotik, salah satunya adalah dengan menerapkan kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Selain itu adalah penggunaan antibiotik dengan BIJAK, yaitu:

  • B - Beli antibiotik hanya dengan resep dokter

Antibiotik termasuk golongan obat keras. Jangan gunakan resep lama meskipun gejala penyakit yang dirasakan sama dengan sebelumnya.

  • I - Ikuti petunjuk penggunaan antibiotik dari dokter

Ikuti aturan pemberian, dosis, frekuensi pemberian, dan durasi harus dihabiskan. Perhatikan juga keutuhan kemasan, petunjuk penyimpanan dan tanggal kadaluarsa.

  • J - Jeli dan bertanya kepada dokter apakah ada antibiotik dari resep yang telah diberikan

Tanyakan bagaimana penggunaan obat yang diberikan.

  • A - Awasi penggunaan antibiotik di rumah

Jangan berikan antibiotik atau obat lain kepada keluarga atau orang lain walaupun memiliki gejala yang sama. Habiskan antibiotik meskipun gejala sudah menghilang.

  • K - Konsultasikan ke dokter jika sakit lebih dari 3 hari

Gejala seperti batuk atau demam tidak perlu minum antibiotik. Minum pereda gejala terlebih dahulu, dan jika tidak ada perbaikan setelah 3 hari, segera konsultasi ke dokter untuk mendapatkan terapi yang tepat.

 

Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)

Referensi:

  1. World Health Organization. Antimicrobial Resistance. 2021. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/antimicrobial-resistance
  2. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). How Antimicrobial Resistance Happens. 2022. Available from: https://www.cdc.gov/drugresistance/about/how-resistance-happens.html
  3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Masyarakat Cerdas, Bijak Gunakan Antibiotik. 2023. Available from: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2157/masyarakat-cerdas-bijak-gunakan-antibiotik 
Share this article
Related Articles