
Migrain ditandai dengan episode berulang sakit kepala dengan intensitas sedang sampai berat yang berlangsung selama 4-72 jam dengan atau tanpa gangguan sensori, umumnya berdenyut dan sering disertai dengan mual, muntah, atau aversi terhadap cahaya atau suara.
The American College of Physicians (ACP) telah mengeluarkan rekomendasi baru untuk mencegah migrain episodik pada dewasa yang tidak hamil (didefinisikan 1-14 hari sakit kepala per bulan) dalam setting rawat jalan. Rekomendasi ini tertuang dalam guideline yang dipublikasikan pada Februari 2025. ACP mempertimbangkan temuan dari tinjauan sistematik perbandingan efektivitas menggunakan pendekatan GRADE untuk menganalisis efek terapi farmakologi untuk mencegah sakit kepala migrain episodik dengan outcome: frekuensi dan durasi migrain, jumlah hari pengobatan untuk terapi migrain akut, frekuensi kunjungan ke UGD terkait migrain, disabilitas terkait migrain, kualitas hidup dan fungsi fisik, dan penghentian karena efek samping. Data tambahan mengenai efek samping diidentifikasi melalui label obat dan studi-studi yang memenuhi syarat.
Dalam guideline ini, ACP membuat 3 rekomendasi yaitu:
- Rekomendasi 1: ACP menyarankan dokter memulai monoterapi untuk mencegah sakit kepala migrain episodik pada dewasa yang tidak hamil dalam setting rawat jalan dengan memilih salah satu terapi farmakologi berikut: penghambat beta-adrenergi seperti metoprolol atau propranolol, anti-kejang valproate, serotonin and norepinephrine reuptake inhibitor venlafaxine; atau anti-depresan trisiklik amitriptyline.
- Rekomendasi 2: Jika pasien dewasa yang tidak hamil dalam setting rawat jalan tidak mentoleransi atau tidak berespons secara adekuat terhadap terapi pada rekomendasi 1, maka ACP menyarankan dokter menggunakan monoterapi antagonis calcitonin gene-related peptide (CGRP), atopegant atau rimepegant atau antibodi monoklonal CGRP, eptinezumab, erenumab, fremanezumab, atau galcanezumab, untuk mencegah sakit kepala migrain episodik.
- Rekomendasi 3: Jika pasien dewasa yang tidak hamil dalam setting rawat jalan masih tidak mentoleransi atau tidak berespons secara adekuat terhadap terapi rekomendasi 1 dan 2, maka ACP menyarankan menggunakan monoterapi dengan obat anti-kejang topiramate untuk mencegah sakit kepala migrain episodik.
Guideline ini juga menekankan bahwa kepatuhan pasien terhadap terapi farmakologi merupakan hal yang penting karena perbaikan dapat dijumpai secara perlahan setelah memulai pilihan terapi jangka panjang untuk mencegah migrain episodik, dengan efek yang nyata setelah beberapa minggu pertama terapi.
Hal lain yang menarik untuk diketahui dalam guideline ini adalah jika terapi yang direkomendasikan tidak dapat ditoleransi atau mengakibatkan respons tidak adekuat, terapi yang dipertimbangkan adalah penghambat ACE (lisinopril), ARB (candesartan atau telmisartan), atau SSRI (fluoxetine). Terapi farmakologi untuk pencegahan migrain dimulai dengan dosis rendah dan perlahan-lahan dinaikkan dosisnya sampai outcome yang diinginkan tercapai. Jika respons adekuat tidak tercapai selama periode studi (umumnya 2-3 bulan) atau lebih awal jika terjadi efek samping, maka obat diganti.
Kesimpulan:
Berdasarkan guideline ini, The American College of Physicians (ACP) telah mengeluarkan rekomendasi terapi untuk mencegah migrain episodik pada dewasa yang tidak hamil (didefinisikan 1-14 hari sakit kepala per bulan) dalam setting rawat jalan dan juga pendekatan alternatif jika terapi awal tidak ditoleransi atau tidak memiliki respons adekuat. Rekomendasi memiliki kategori conditional strength dan low-certainty evidence. Masih diperlukan pertimbangan klinis dari dokter sebelum memberikan terapi.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: prostooleh-Freepik)
Referensi:
Qaseem A, Cooney TG, Etxeandia-Ikobaltzeta I, Wilt TJ, Harrod CS, Tice JA, et al. Prevention of episodic migraine headache using pharmacologic treatments in outpatient settings: A clinical guideline from the American College of Physicians. Ann Intern Med. 2025. DOI: 10.7326/ANNALS-24-01052.