
Penyebab autisme tidak diketahui secara pasti, namun autisme diduga berasal dari interaksi antara faktor genetik, biologi, dan lingkungan. Onset autisme umumnya terjadi pada awal masa anak-anak, yang ditandai dengan gangguan interaksi sosial, komunikasi verbal, perilaku berulang, terbatasnya koordinasi motorik, dan menurunnya kemampuan kognitif.
Peningkatan sitokin pro-inflamasi dan kemokin dalam cairan serebrospinal dan darah dikaitkan dengan gangguan perilaku dan kognitif pada autisme. Selain itu, ketidakseimbangan sitokin berperan dalam perubahan fungsi sel imun. Telah dilaporkan pula bahwa aktivasi mikroglia yang berlebihan menyebabkan gangguan sambungan neuron. Oleh karena itu, modulasi fenotif mikroglia, imunomodulasi, atau perbaikan fungsi mikroglia berpotensi sebagai strategi terapi pada gangguan neurologi yang disertai inflamasi.
Tali pusat mengandung sel punca hematopoietik, sel progenitor endotelial, dan sel stroma mesenkimal yang mengubah konektivitas otak dan modulasi inflamasi. Sel punca mesenkimal (MSC) alogenik telah menghasilkan efek positif terhadap perilaku sosial pasien, koordinasi motorik, regulasi emosional dan well-being. Efek bermanfaat dan restorasi dari sel punca terutama karena aktivitas parakrin di mana sel punca menghasilkan dan melepaskan vesikel ekstraseluler seperti eksosom dan protein terlarut non-vesikel yang disekresikan, termasuk faktor pertumbuhan, kemokin, sitolin, dan molekul imunomodulatori, yang juga dikenal dengan sekretom.
Peneliti melaporkan suatu laporan kasus seorang anak perempuan usia 5 tahun dengan gangguan spektrum autisme yang diberikan pendekatan non-konvensional menggunakan sel punca mesekimal (MSC) dan sekretom. Saat terdiagnosis pertama kali, pasien mengalami gangguan memproses sensori dan kesulitan dalam keseimbangan dan pergerakan. Selain itu, pasien juga menunjukkan interaksi dan komunikasi terbatas dengan orang lain.
Sebelum mendapat terapi MSC, pasien telah menjalani terapi rehabilitasi yang terdiri dari terapi okupasi, terapi bicara, dan pendidikan khusus untuk memperbaiki gejala pada perilaku. Pasien diberikan terapi yang terdiri dari 2 dosis (25 juta sel/mL) Wharton’s Jelly MSC (WJ-MSC) yang diberikan secara IV dengan interval 6 bulan diikuti 4 injeksi sekretom IM.
Setelah pemberian implantasi WJ-MSC dan sekretom IM, pasien menunjukkan perbaikan pada area-area yang berbeda seperti koordinasi mata dan komunikasi verbal, kemampuan motorik kasar dan halus, kemampuan sosial dan regulasi emosional. Selama dan setelah terapi, pasien dipantau secara ketat mengenai adanya efek samping serius. Tidak dilaporkan efek samping serius setelah setiap pemberian WJ-MSC dan sekretom.
Individualized education plan (IEP) mengenai kondisi pasien digunakan untuk evaluasi kemajuan dalam belajar dan perkembangan serta menyediakan pelatihan selama periode penerimaan terapi. Pasien mendapat umpan balik positif dari terapis dan guru dalam kemajuannya; dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti membuang sampah dengan lebih mudah, mengartikulasikan perasaannya, menunjukkan rentang waktu perhatian yang lebih panjang saat mengerjakan tugas tanpa menunjukkan perilaku stereotipik. Frekuensi bicara yang tidak tepat dan hiperaktivitas juga menurun.
MSC memiliki kapasitas memperbaiki dan mengembalikan fungsi neuron yang rusak melalui aktivitas neuroprotektif, reset imunoregulasi melalui sekresi faktor pertumbuhan, sitokin dan mediator anti-inflamasi. Efek imunomodulasi MSC dapat menekan proliferasi jenis sel imun, menurunkan pelepasan penanda pro-inflamasi dan inflamasi lebih lanjut. Efek lain dari MSC adalah kemampuan meningkatkan angiogenesis yang memperbaiki perfusi vaskuler ke otak dengan sekresi faktor angiogenik.
Kesimpulan:
Dari laporan kasus ini didapatkan bahwa terapi rehabilitasi, serta WJ-MSC dan sekretom menghasilkan efek positif terhadap perilaku sosial, koordinasi motorik, dan regulasi emosional pasien dan ditoleransi dengan baik oleh pasien tanpa laporan efek samping serius setelah setiap pemberian.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
- Khairullah NS, Chern HY, Tiah A. Wharton’s jelly derived mesenchymal stromal cells and secretome in the treatment of autism: An observational case report. Ann Pediatr Child Health 2023;11(5):1319.
- Nabetani M, Mukai T, Taguchi A. Cell therapies for autism spectrum disorder based in new pathophysiology: A review. Cell Transplant. 2023;32: 09636897231163217 doi: 10.1177/09636897231163217
- Darwish M, El Hajj R, Khayat L, Alaaeddine N. Stem cell secretions as a potential therapeutic agent for autism spectrum disorder: A narrative review. Stem Cell Rev Rep. 2024;20(5):1252-72 doi: 10.1007/s12015-024-10724-4.