Detail Article

Perbandingan Dexmedetomidine vs Remifentanil dalam Mengontrol Hipotensi, Ini Studi Meta-analisisnya

dr. Laurencia Ardi
Okt 08
Share this article
9fc1e02e2992c636dd293ec9a9bd177f.jpg
Updated 08/Okt/2024 .

Salah satu masalah dalam controlled hypotension (CH) selama pembedahan adalah sulitnya menentukan karakteristik pasien serta kelebihan dan kekurangan dari obat-obatan yang digunakan. 

Controlled hypotension didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik menjadi 80-90 mmHg dan penurunan mean arterial pressure (MAP) menjadi 50-65 mmHg atau penurunannya 30% lebih dari baseline MAP. Controlled hypotension seringkali dikaitkan dengan farmakologi obat-obatan yang digunakan. Salah satu obat-obatan yang sering digunakan sebagai pembanding untuk terapi CH adalah remifentanil dan dexmedetomidine.

 

Suatu penelitian meta-analisis dilakukan untuk membandingkan efektivitas dan keamanan remifentanil vs dexmedetomidine dalam mengontrol hipotensi pada pasien yang menjalani anestesi umum. Metodenya adalah dengan mengumpulkan penelitian randomized controlled trial (RCT) yang memenuhi kriteria inklusi dari database PubMed, EMBASE, Web of Science, CNKI, SinoMed, Wanfang, dan VIP sampai dengan Agustus 2021. Parameter primer yang dinilai adalah profil hemodinamik, skor lapangan pandang operasi, dan hilangnya darah. Sedangkan parameter sekundernya adalah waktu ekstubasi, skor sedasi dan nyeri di post-anesthesia care unit (PACU), serta efek samping perioperatif.

 

Hasilnya dari 9 penelitian dengan 272 pasien yang mendapatkan dexmedetomidine dan 271 pasien yang mendapatkan remifentanil menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara pemberian dexmedetomidine dengan remifentanil terhadap skor lapangan pandang operasi, hilangnya darah, nilai minimal MAP, denyut jantung, skor sedasi di PACU, dan kejadian bradikardia. Dibandingkan dengan remifentanil, dexmedetomidine sebagai CH mempunyai skor VAS di PACU yang lebih rendah (MD -1,01 [-1,25, -0,77], p<0,00001), kejadian menggigil (OR 0,22 [0,08, 0,60], p=0,003, mual dan muntah (OR 0,34 [0,13, 0,89], p=0,03) yang juga lebih rendah. Sedangkan waktu ekstubasi lebih pendek pada remifentanil (MD 3,34 [0,75, 5,93], p=0,01).

 

Kesimpulan:

Dari penelitian meta-analisis menunjukkan bahwa baik dexmedetomidine maupun remifentanil efektif untuk controlled hypotension dan tindakan pembedahan. Dexmedetomidine lebih baik efeknya terhadap nyeri pasca-operasi dan dapat menurunkan kejadian menggigil, mual, dan muntah. Sedangkan remifentanil memberikan efek anestesi yang cepat, sehingga waktu ekstubasi menjadi lebih pendek.

 

 

Gambar: Ilustrasi (Sumber: Envato element)

Referensi:

Xu N, Chen L, Liu L, Rong W. Dexmedetomidine versus remifentanil for controlled hypotension under general anesthesia: A systematic review and meta-analysis. PloS ONE. 2023;18(1):e0278846.  


Share this article
Related Articles
Related Products
c6191f10d7ec3ae16cee91ea0b6b0857.jpg
6004832023e634f4fa2c00c3ff79aed2.jpg
6e70ae890897dbe3fb9538fcacd83155.jpg
f1c4932666d7961bdb81cc54b0574e59.jpg
68b2ea4cab24c638e7b97d414f73937c.jpeg
c768c4152f13a917557f31764ca8c246.jpg
82f21bdc120e3521e06ca771f70fc69c.jpg
31725eb2815ae3a8428cb8c7cc5d7f49.jpg
e9926af9a89cf60ee7719621af34b57d.jpg
5718f800efaf84a944b687e61c42bf88.jpg