Studi observasi melaporkan secara konsisten kaitan independen antara kadar 25(OH)D yang rendah dengan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan akut. Vitamin D berperan dalam sistem imun sebagai imunomodulator dan meningkatkan imunitas bawaan
Infeksi pernapasan akut merupakan salah satu penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas global. Studi observasi melaporkan secara konsisten kaitan independen antara kadar 25(OH)D yang rendah dengan kerentanan terhadap infeksi saluran pernapasan akut. Vitamin D berperan dalam sistem imun sebagai imunomodulator dan meningkatkan imunitas bawaan, melalui upregulasi ekspresi dan sekresi peptida antimikroba yang memicu pertahanan mukosa.
Bergman, dkk. telah menganalisis 11 studi acak dengan kontrol plasebo pada 5.660 individu (usia 6 bulan-75 tahun). Hasilnya menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D secara bermakna menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan (p=0,0014). Efek protektif vitamin D lebih besar pada studi yang menggunakan dosis 300-2.000 IU/hari dibandingkan menggunakan dosis besar dengan interval tertentu (100.000 IU atau 200.000 IU per bulan atau setiap 3 bulan).
Studi acak dengan kontrol pada 334 anak sekolah (usia 6-15 tahun) juga menunjukkan bahwa pemberian vitamin D 1.200 IU/hari pada musim dingin secara bermakna menurunkan kejadian influenza tipe A, di mana kejadian influenza A sebesar 10,8% dibanding 18,6% pada anak dengan plasebo (p=0,04). Disimpulkan bahwa pemberian vitamin D dapat menurunkan kejadian influenza pada anak di musim dingin.
Endocrine Society 2011 merekomendasikan suplementasi vitamin D 1.000-4.000 IU/hari dan kadar 25(OH)D serum yang cukup adalah 30 ng/mL atau lebih. Beberapa studi telah melaporkan bahwa tidak ada laporan efek samping dan kasus hiperkalsemia pada penggunaan vitamin D hingga 10.000 IU/hari. Pemeriksaan kadar vitamin D direkomendasikan untuk kelompok orang dengan kemungkinan memiliki kadar 25(OH)D yang rendah dan akan mendapat manfaat dari kadar yang lebih tinggi, seperti wanita hamil, obesitas, orang dengan penyakit kronik, dan usia lanjut.
Sebaiknya menggunakan vitamin D3 (cholecalciferol), bukan vitamin D2 (ergocalciferol). Studi telah menunjukkan bahwa vitamin D3 lebih efektif dalam meningkatkan kadar 25(OH)D dibanding vitamin D2, dan yang lebih penting, suplementasi vitamin D3 menunjukkan outcome kesehatan yang lebih baik dibanding suplementasi vitamin D2.
Silakan baca juga: Prove D3, Vitamin D3 (cholecalciferol) 1000 IU (25 mcg) untuk meningkatkan kadar 25(OH)D dalam darah
Image : Designed by Freepik
Referensi:
1.Martineau AR, Jolliffe DA, Greenberg L, Aloia JF, Bergman P, Dubnov-Raz G, et al. Vitamin D supplementation to prevent acute respiratory infections: individual participant data meta-analysis. Health Technol Assess. 2019;23(2):1-44. doi: 10.3310/hta23020.
2.Vitamin D for prevention of respiratory tract infections [Internet]. 2017 [cited 2020 March 18]. Available from: https://www.who.int/elena/titles/commentary/vitamind_pneumonia_children/en/
3.Grant WB, Lahore H, McDonnell SL, Baggerly CA, French CB, Aliano JL, et al. Vitamin D supplementation could prevent and treat influenza, coronavirus, and pneumonia infections. Preprints 2020;2020030235.doi:10.20944/preprints 202003.0235.v1
oronavirus, and pneumonia infections. Preprints 2020;2020030235.doi:10.20944/preprints 202003.0235.v1