Detail Article

Penggunaan Paracetamol dan Ibuprofen untuk Mengatasi Nyeri dan Demam pada Pasien DBD

dr. Johan Indra Lukito
Feb 02
Share this article
766672ec6c29c2e72b544b3573c9d215.jpg
Updated 09/Feb/2024 .

Pedoman konsensus pengobatan demam berdarah (DBD) dari WHO dan CDC AS merekomendasikan penggunaan paracetamol untuk mengatasi nyeri dan demam, namun mengkontraindikasikan NSAID (nonsteroidal anti-inflammatory drug) karena berpotensi meningkatkan risiko perdarahan, dengan  trombositopenia sebagai komplikasinya. Karena hepatitis juga merupakan komplikasi DBD yang sering terjadi, ada kekhawatiran juga tentang hepatotoksisitas terkait penggunaan paracetamol pada pasien DBD.

Baik paracetamol maupun ibuprofen (NSAID dengan risiko perdarahan paling rendah) ternyata belum dievaluasi untuk pengobatan demam berdarah dalam uji klinik acak (RCT). Namun, studi epidemiologi dan kohort serta studi kasus tentang penggunaan NSAID pada DBD umumnya menunjukkan peningkatan risiko perdarahan yang minimal atau tidak ada peningkatan yang signifikan, kecuali aspirin.

 

Tinjauan pustaka menilai literatur mengenai risiko perdarahan pasca-operasi dengan penggunaan NSAID, terutama ibuprofen, sebagai acuan potensial risiko perdarahan pada demam berdarah. Hasilnya, ibuprofen dengan dosis maksimal 1.200 mg/hari hingga 10 hari untuk mengobati nyeri dan demam memiliki risiko nihil hingga minimal meningkatkan kejadian perdarahan pasca-operasi.

 

Meskipun terdapat keterbatasan data penelitian, tinjauan pustaka juga menyimpulkan bahwa penggunaan paracetamol pada dosis yang dianjurkan memiliki risiko yang rendah untuk menyebabkan penurunan fungsi hati pada pasien demam berdarah dan hepatitis.

 

Kesimpulan:

Paracetamol dengan dosis yang dianjurkan dan ibuprofen dengan dosis maksimal 1.200 mg/hari hingga 10 hari relatif aman digunakan untuk mengatasi nyeri dan demam pada pasien DBD.



Gambar: Ilustrasi (Sumber: xb100-Freepik)

Referensi:

Kellstein D, Fernandes L. Symptomatic treatment of dengue: Should the NSAID contraindication be reconsidered? Postgrad Med. 2019;131(2):109-16

Share this article
Related Articles
Related Products
b05dad1cf67782135e673d7e11058ef7.jpg
1f31f2cea33428e05ae73b4040a75d6a.jpg
6ec89cee6e3bc4f3200d80591ade5a6a.jpg
c6191f10d7ec3ae16cee91ea0b6b0857.jpg
e1369212f121575867b588741869a241.jpg
2f79dc715110cebf3986922eacb92d92.jpg
158a5923cc0af0ead735fbd268dbaf0a.jpg
09f32e292510a36d2005b4f392ace62f.jpg
12c116d92f22091facc84aafbc8db5ab.jpg
ac30eeb57418813b57157c4618b69363.jpg