Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular kronik yang diinduksi diabetes melitus, ditandai dengan hiperfiltrasi dan proteinuria pada tahap awal dan penurunan fungsi ginjal progresif pada stadium lanjut, yang dapat berkembang menjadi penyakit ginjal stadium akhir dan membawa risiko kematian yang tinggi.
Telmisartan sebagai penghambat reseptor angiotensin II tipe 1, tidak hanya digunakan untuk mengobati hipertensi, tetapi juga berperan dalam perlindungan ginjal. Seperti yang dilaporkan oleh Chang, et al, telmisartan memicu remodelling jantung dengan mengatur sistem renin-angiotensin-aldosteron pada gagal jantung kardiorenal dan menghambat proses peradangan-fibrosis jantung sampai batas tertentu, menunjukkan potensinya untuk meregulasi peradangan dan fibrosis.
Calcitriol, suatu bentuk aktif vitamin D, yang dapat memodulasi metabolisme kalsium dan fosfor, dan memediasi diferensiasi dan proliferasi berbagai sel, sehingga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan penyakit ginjal. Lin, et al, menunjukkan bahwa efek perlindungan ginjal terhadap nefropati diabetik oleh calcitriol dapat dikaitkan dengan modulasi angiotensin converting enzyme (ACE) dan kadar ACE2 dalam tubulus ginjal. Studi lain mengonfirmasi bahwa efek terapeutik antinefropati diabetik dari calcitriol terkait dengan penurunan regulasi transforming growth factor (TGF)-b1 dan Cdc42-interacting protein 4 (CIP4) yang diikuti dengan penghambatan fibrosis ginjal.
Suatu studi retrospektif telah dilakukan untuk menganalisis pengaruh telmisartan yang dikombinasikan dengan calcitriol terhadap efikasi terapeutik, status inflamasi, dan fibrosis interstisial ginjal pada pasien nefropati diabetik. Sebanyak 66 pasien diterapi dengan telmisartan + calcitriol (kelompok studi) dan 60 pasien diterapi dengan telmisartan saja (kelompok kontrol). Efikasi terapeutik, komplikasi (demam, pusing, sakit kepala, mual, muntah, dan reaksi gastrointestinal), status inflamasi (interleukin (IL)-1b), high-sensitivity C-reactive protein (hs-CRP), dan tumor necrosis factor (TNF)-a, RIF (transforming growth factor (TGF)-b1, vascular endothelial growth factor (VEGF), dan homosistein, serta fungsi ginjal (urea darah (BUN), kreatinin serum, dan mikroalbuminuria) dibandingkan antara kedua kelompok.
Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat respons keseluruhan lebih tinggi pada kelompok studi dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Kedua kelompok menunjukkan tingkat komplikasi yang sebanding (p>0,05). IL-1b, hs-CRO, TNF-a, TGF-b1, VEGF, BUN, kreatinin serum, dan mikroalbuminuria secara bermakna lebih rendah pada kelompok studi dibandingkan kelompok kontrol (p<0,05). Lebih lanjut, hs-CRP, TNF-α, BUN, dan modalitas terapi sangat terkait dengan prognosis yang buruk pada pasien nefropati diabetik (p<0,05).
Kesimpulan:
Dari hasil studi didapatkan bahwa kombinasi telmisartan dengan calcitriol dapat meningkatkan efikasi pada pasen nefropati diabetik, efektif menghambat inflamasi dan fibrosis interstisial ginjal, serta secara bermakna memperbaiki fungsi ginjal, tanpa meningkatkan efek samping obat.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
Xia D, Zang J. Telmisartan combined with calcitriol enhances therapeutic efficacy for diabetic nephropathy while inhibiting inflammation and renal interstitial fibrosis. Am J Transl Res.2023;15(11):6543-50.