Extrapolasi data dari studi CREED dan EPIDIAR menunjukkan bahwa ada lebih dari 100 juta orang dari sekitar 132 juta populasi muslim yang menderita penyakit diabetes di seluruh dunia akan menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan. Selama berpuasa, pasien dengan diabetes berisiko tinggi mengalami kondisi hiperglikemia dan juga hipoglikemia berat. Hasil dari studi EPIDIAR yang dilakukan pada 13 negara menunjukkan peningkatan risiko hipoglikemia berat sebesar 4,6 kali lipat dan risiko hiperglikemia berat sebesar 7,5 kali lipat pada pasien dengan diabetes saat periode Ramadan dibandingkan dengan sebelum Ramadan.
Extrapolasi data dari studi CREED dan EPIDIAR menunjukkan bahwa ada lebih dari 100 juta orang dari sekitar 132 juta populasi muslim yang menderita penyakit diabetes di seluruh dunia akan menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan. Selama berpuasa, pasien dengan diabetes berisiko tinggi mengalami kondisi hiperglikemia dan juga hipoglikemia berat. Hasil dari studi EPIDIAR yang dilakukan pada 13 negara menunjukkan peningkatan risiko hipoglikemia berat sebesar 4,6 kali lipat dan risiko hiperglikemia berat sebesar 7,5 kali lipat pada pasien dengan diabetes saat periode Ramadan dibandingkan dengan sebelum Ramadan.
Data dari survey global yang dilakukan oleh organisasi Diabetes and Ramadan Alliance (DaR) pada tahun 2020, melaporkan bahwa 63,1% pasien diabetes yang berpartisipasi dalam survey mendapatkan terapi injeksi insulin. Patut diperhatikan bahwa penggunaan terapi injeksi insulin akan meningkatkan perhitungan nilai skor risiko menurut 2021 IDF-DAR risk calculator. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui cara penyesuaian terapi injeksi insulin yang tepat. Secara umum, pedoman ADA/EASD merekomendasikan untuk menghentikan penggunaan obat golongan sulfonilurea selama Ramadan pada pasien yang sebelumnya mendapatkan terapi insulin dan sulfonilurea oral.
Berikut ini merupakan rangkuman rekomendasi dari berbagai pedoman terkini untuk penyesuaian berbagai tipe terapi injeksi insulin selama Ramadan:
1. Insulin Basal
Pertimbangkan penggunaan preparat insulin basal dengan risiko hipoglikemia yang lebih rendah (glargine 300<glargine 100/detemir<NPH). Bagi pasien yang sebelumnya menyuntikkan insulin basal sekali sehari, pada saat berpuasa dosis insulin diberikan saat berbuka puasa dan perlu dipertimbangkan untuk mengurangi dosis sebanyak 20%. Bagi pasien yang sebelumnya menyuntikkan insulin basal dua kali sehari, pada saat berpuasa dosis insulin pagi diberikan saat berbuka puasa dan dosis insulin malam dikurangi sebanyak 50% dan diberikan saat sahur.
2. Insulin Analog Kerja Cepat
Pada saat berpuasa dosis insulin pagi diberikan saat berbuka puasa, lewati pemberian dosis insulin yang biasa diberikan saat makan siang, dan dosis insulin malam dikurangi sebanyak 50% dan diberikan saat sahur bila diperlukan.
3. Premixed
Pertimbangkan untuk beralih ke insulin basal yang memiliki risiko hipoglikemia lebih rendah. Pada saat berpuasa dosis insulin pagi diberikan saat berbuka puasa dan dosis insulin malam dikurangi sebanyak 50% dan diberikan saat sahur. Lewati pemberian dosis insulin yang biasa diberikan saat makan siang bila mengikuti regimen 3 kali suntikan per hari.
4. GLP-1RA
Direkomendasikan untuk diberikan pada saat berbuka puasa dan tidak ada perubahan dosis.
5. Fixed Ratio Combination (FRC)
Saat berpuasa, direkomendasikan untuk diberikan satu jam sebelum berbuka puasa dan perlu dipertimbangkan untuk mengurangi dosis obat sebesar 20% pada pasien dengan kontrol glikemik yang adekuat.
Pilihan obat yang ideal untuk pasien diabetes selama puasa Ramadan sebaiknya memiliki beberapa keunggulan, seperti kejadian hipolikemia yang lebih rendah, dapat mempertahankan kontrol glikemik, serta efek peningkatan berat badan yang lebih rendah. Preparat insulin basal generasi kedua seperti Gla300 dan juga FRC seperti IGlarLixi dapat dipertimbangkan untuk pasien diabetes yang menjalani puasa Ramadan karena memiliki profil keamanan dan efektivitas yang baik dari berbagai penelitian.
Pada studi ORION yang mengikutsertakan 493 pasien dewasa dengan diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) yang mendapatkan Gla300 sekali sehari selama ≥8 minggu dan berniat menjalani puasa ≥15 hari selama Ramadan, didapati kejadian hipoglikemia yang rendah (event rate 0.039 ppm), penurunan HbA1C sebesar 0,4% setelah Ramadan, serta perubahan berat badan yang minimal (mean change -0.5 ± 2.3 kg). Data dari studi SOLIRAM yang mengikutsertakan 420 pasien dewasa (15 orang berasal dari Indonesia) dengan DMT2 yang mendapatkan iGlarLixi selama tiga bulan sebelum dimulainya penelitian serta berniat menjalani puasa ≥15 hari selama Ramadan juga membuktikan profil keamanan dan efektivitas yang baik. Pada studi SOLIRAM, didapati bahwa tidak ada kejadian hipoglikemia berat pada pasien selama masa penelitian, penurunan HbA1C sebesar 0,75% setelah Ramadan, serta penurunan berat badan yang tidak signifikan (mean change -1,0 kg).
Kesimpulan
Terapi injeksi insulin diasosiasikan dengan peningkatan risiko pada pasien diabetes yang menjalani puasa Ramadan, sehingga penting untuk menyesuaikan regimen serta memilih obat yang tepat untuk mengurangi risiko efek samping. Selain itu, keputusan terapi individu harus dibuat melalui kolaborasi dengan tim perawatan kesehatan pasien, dengan mempertimbangkan bukti yang tersedia serta profil klinis, nilai, dan preferensi spesifik pasien.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: https://www.freepik.com/free-photo/sided-view-smiley-family-home_31124000.htm#query=ramadan%20food%20asian&position=4&from_view=search&track=ais&uuid=7ec93df8-9855-41b6-a0df-c7d5a248ae2c, Image by Freepik)
Referensi:
1. Babineaux SM, et al. Multi-country retrospective observational study of the management and outcomes of patients with Type 2 diabetes during Ramadan in 2010 (CREED). Diabet Med. 2015;32(6):819-28.
2. Salti I, et al. EPIDIAR study group. A population-based study of diabetes and its characteristics during the fasting month of Ramadan in 13 countries: results of the epidemiology of diabetes and Ramadan 1422/2001 (EPIDIAR) study. Diabetes Care. 2004 Oct;27(10):2306-11.
3. Hassanein M, et al. The DAR 2020 Global survey: Ramadan fasting during COVID 19 pandemic and the impact of older age on fasting among adults with Type 2 diabetes. Diabetes Res Clin Pract. 2021;173:108674.
4. Hassanein M, et al. Diabetes and Ramadan: Practical guidelines 2021. Diabetes Res Clin Pract. 2022;185:109185.
5. Hui E, Oliver N. Low glycaemic variability in subjects with type 2 diabetes following pre-Ramadan assessment and adjustments for fasting. Diabet Med. 2012;29(6):828–9.
6. Ibrahim M, et al. Recommendations for management of diabetes during Ramadan: update 2020, applying the principles of the ADA/EASD consensus. BMJ Open Diabetes Res Care. 2020;8(1):e001248.
7. Pedoman Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2 di bulan Ramadhan 2022, PERKENI
8. Hassanein M, et al. Real-world safety and effectiveness of insulin glargine 300 U/mL in participants with type 2 diabetes who fast during Ramadan: The observational ORION study. Diabetes Res Clin Pract. 2020;166:108189.
9. Hassanein M, et al. Real-world safety and effectiveness of iGlarLixi in people with type 2 diabetes who fast during Ramadan: The SoliRam observational study. Diabetes Metab Syndr. 2023;17(2):102707.
Keyword: #T2DM#DiabetesMellitus#InjectableTherapy#InsulinTherapy#Fasting#Ramadan#FixedRatioCombination#BasalInsulin#Glargine300#IGlarLixi
ID-SOL-2024-02-L7AX (02/24)