Vitamin C merupakan mikronutrien yang esensial dengan efek antioksidan yang poten. Bukti epidemiologi menunjukkan bahwa kadar vitamin C plasma yang lebih tinggi dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes melitus (DM) tipe 2. Penelitian telah menunjukkan status vitamin C lebih rendah dan prevalensi hipovitaminosis C lebih tinggi pada pasien DM tipe 2 meskipun asupan vitamin C dari makanan sebanding dengan kontrol sehat.
Studi juga menunjukkan bahwa kadar vitamin C plasma lebih rendah pada orang dengan berat badan berlebih meskipun sebanding dalam asupan vitamin C. Peningkatan inflamasi dan stres oksidatif pada pasien DM dan obesitas dapat menurunkan kadar vitamin C yang tidak tergantung dari asupan makanan. Inflamasi usus dapat mengurangi ambilan vitamin C melalui intestinal vitamin C transporter (SVCT1). Penurunan kadar vitamin C pada orang dengan berat badan berlebih juga bisa disebabkan karena efek dilusi volumetrik.
Suatu studi retrospektif telah dilakukan untuk mengeksplorasi status vitamin C pada 136 pasien rawat jalan dewasa dengan DM tipe 1 dan 2, dengan fokus pada indeks fungsi ginjal dan kesehatan metabolik, termasuk berat badan. Kategori status vitamin C adalah sebagai berikut: defisiensi jika kadar vitamin C ≤11 mmol/L, hipovitaminosis jika ≤23 mmol/L, inadekuat jika <50 mol/L, adekuat jika ≥50 mmol/L, dan jenuh jika ≥70 mol/L.
Hasilnya menunjukkan bahwa pada kelompok DM tipe 1 (n=73), median kadar vitamin C plasma adalah 33 (18-48) mmol/L, dengan 37% hipovitaminosis C dan 12% defisiensi vitamin C. Pada kelompok DM tipe 2, median kadar vitamin C plasma adalah 15 (7-29) mol/L, dengan 68% hipovitaminosis C dan 38% defisiensi vitamin C.
Kadar vitamin C yang lebih rendah dikaitkan dengan makroalbuminuria (p=0,03), disfungsi ginjal (p=0,08), dan hipertensi (p=0,0005). Selain itu ditemukan juga kaitan terbalik antara kadar vitamin C plasma dengan berbagai parameter metabolik (p<0,05), khususnya berat badan (p<0,0001), yang lebih tinggi pada pasien hipovitaminosis C (<23 mmol/L; p<0,0001). Bahkan setelah analisis multivariabel, masih ditemukan kaitan dengan berat badan tersebut.
Disimpulkan bahwa berat badan merupakan prediktor yang bermakna untuk status vitamin C yang rendah pada pasien DM. Hal ini bisa disebabkan karena efek dilusi volumetrik dan/atau peningkatan utilisasi vitamin akibat inflamasi terkait obesitas dan stres oksidatif. Penemuan ini menunjukkan bahwa pasien DM tipe 1 maupun DM tipe 2 dengan berat badan berlebih atau obesitas memerlukan vitamin C dengan dosis yang lebih besar dibanding kebutuhan rata-rata untuk memulihkan status vitamin C.
Gambar: Ilustrasi (sumber: by lifeforstock - www.freepik.com)
Referensi:
1. Carr AC, Spencer E, Heenan H, Lunt H, Vollebregt M, Prickett TCR. Vitamin C status in people with types 1 and 2 diabetes mellitus and varying degrees of renal dysfunction: Relationship to body weight. Antioxidants 2022;11(245).
2. Praveen D, Puvvada RC. Aanandhi V. Association of vitamin C status in diabetes mellitus: prevalence and predictors of vitamin C deficiency. Future Journal of Pharmaceutical Sciences 2020;6(30).