Malnutrisi umum terjadi pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani dialisis, terutama jika pasien menjalani CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) secara aktif. Pasien dialisis berisiko tinggi mengalami malnutrisi karena kondisi uremik, misalnya anoreksia, pembatasan diet, aktivitas fisik yang terbatas, inflamasi, faktor komorbid, dan adanya gangguan metabolisme.
Protein energy wasting (PEW) mengacu pada malnutrisi yang seringkali dialami pada pasien PGK. Studi penelitian sebelumnya melaporkan bahwa sekitar 40%-70% pasien PGK yang menjalani dialisis mengalami malnutrisi, mulai dari malnutrisi ringan hingga sedang, dan sekitar 10% mengalami malnutrisi berat.
Strategi tata laksana PEW yang tepat sangat penting pada pasien PGK yang menjalani CAPD. Penilaian status gizi pasien PGK dengan CAPD merupakan salah satu strategi yang dianggap memiliki peran penting. Penilaian nutrisi yang tepat dapat mengurangi risiko mortalitas dan morbiditas pada pasien PEW.
Penilaian dan pemantauan status gizi sangat penting untuk diagnosis, pencegahan, dan manajemen PEW. Namun, standar baku tata laksana status gizi hingga saat ini belum tersedia. Beberapa metode untuk menilai status gizi direkomendasikan, termasuk SGA (subjective global assement), malnutrition inflammation score (MIS), dan geriatric nutritional risk index (GNRI). Namun, SGA disetujui dalam penilaian rutin status gizi pasien dialisis dewasa oleh Kidney Disease/Dialysis Outcomes and Quality Initiative (K/DOQI), sementara itu, Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) merekomendasikan penggunaan MIS untuk menilai status gizi pasien dialisis.
Pencegahan primer dan sekunder malnutrisi pada pasien dengan PGK dan CAPD meliputi asupan nutrisi yang optimal dan tepat, aktivitas fisik, menghilangkan penyebab malnutrisi, dan pengelolaan komorbiditas. Hal ini tergantung pada kondisi yang mendasari, seperti asidosis metabolik, diabetes melitus, gagal jantung kongestif, dan depresi.
Tabel 1. Panduan pemenuhan gizi pada pasien CAPD.
Jumlah glukosa yang terserap selama prosedur CAPD harus dipertimbangkan sebagai bagian kalori yang masuk dari karbohidrat. Umumnya, total volume cairan dialisis pada CAPD adalah 2 L, yang digunakan pada siang dan malam hari dengan konsentrasi 1,5% dan 2,5%. Selain itu, kalori glukosa yang diserap berada dalam kisaran 332–432 kkal. Sementara itu, volume cairan dialisis untuk CCPD (continuous cyclical peritoneal dialysis) adalah 2-3 L, di mana dialisis dilakukan pada siang dan malam hari dengan konsentrasi masing-masing 2,5% dan 1,5%. Kalori glukosa yang diserap dalam kasus ini berkisar antara 144-342,37 kkal.
Tabel 2. Jumlah kalori yang terserap berdasarkan masing-masing skema pergantian cairan CAPD/CCPD.
Simpulan:
Pemenuhan gizi bagi pasien CAPD merupakan tantangan tersendiri bagi para klinisi. Pemenuhan gizi yang baik akan mendukung keseimbangan dan meminimalkan risiko gangguan metabolik pasien.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
Rudiansyah M, Kurniaatmaja ER, Supriyadi R, Bandaria R, Djallalluddin D, Hasrianti N, et al. The nutritional management of patients with continuous ambulatory peritoneal dialysis. Acta Medica Indonesia 2024;5(3):432-40.