Perforasi membran timpani traumatik cenderung sembuh secara spontan. Namun, ukuran perforasi yang besar seringkali membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama. Telah dilakukan berbagai penelitian untuk mempercepat penyembuhannya, salah satunya dengan materi biologis.
Spons gelatin adalah salah satu materi biologis yang digunakan sebagai support atau packing dalam operasi telinga tengah, serta memperlihatkan efektivitas dalam memperbaiki perforasi membran timpani yang berukuran kecil atau besar. Selain materi biologis, terapi antibiotik tetes telinga dari golongan quinolone, secara spesifik ofloxacin tetes telinga, telah digunakan secara luas untuk mengobati otitis eksterna akut dan kronis, otitis media, dan miringoplasti.
Uji klinis terkini telah mendemonstrasikan penggunaan ofloxacin tetes telinga dapat mempercepat penyembuhan perforasi membran timpani traumatik. Penelitian yang dilakukan Li, et al, bertujuan untuk membandingkan efikasi spons gelatin dengan ofloxacin tetes telinga untuk mempercepat penyembuhan perforasi membran timpani traumatik, serta dibandingkan pula dengan penyembuhan spontan.
Metode
Subjek yang direkrut didiagnosis dengan perforasi membran timpani traumatik yang datang ke RS dari Januari 2014 hingga Desember 2018. Kriteria inklusi antara lain: perforasi membran timpani traumatik, usia >14 tahun, perforasi pars tensa minimal 50%, dan durasi perforasi kurang dari 1 minggu. Sementara itu, kriteria eksklusinya antara lain: riwayat miringosklerosis, riwayat infeksi telinga tengah atau vertigo yang berat saat datang ke RS, dugaan kerusakan atau hiperplasia jaringan granulasi pada tulang telinga tengah, perforasi traumatik yang disebabkan oleh listrik atau kimiawi, dan riwayat penyakit telinga tengah pada telinga ipsilateral ataupun kontralateral.
Seratus lima puluh subjek direkrut dalam penelitian ini, kemudian diacak ke dalam salah satu dari 3 kelompok terapi dengan perlakuan sebagai berikut:
1. Kelompok yang mendapatkan ofloxacin tetes telinga (n=50): liang telinga dibersihkan dengan povidone iodine dengan cotton bud, kemudian diberikan 2-3 tetes ofloxacin dengan frekuensi pemberian 2 kali sehari, kemudian menengadahkan telinga selama 30 menit setelah pemakaiannya.
2. Kelompok yang mendapatkan spons gelatin (n=50): liang telinga dibersihkan dengan povidone iodine dengan cotton bud, kemudian diberikan spons gelatin yang telah direndam dalam salep erythromycin 0,5% dengan ukuran yang lebih besar dari perforasi, diaplikasikan untuk menutupi perforasi dengan tepi sekurang-kurangnya 2 mm.
3. Kelompok penyembuhan spontan (n=50): telinga hanya dibersihkan kering tanpa adanya intervensi lain.
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah persentase penutupan perforasi dan kecepatannya, serta perbaikan ambang pendengaran antara 3 kelompok terapi. Penilaian dilakukan dalam periode follow-up yang telah ditetapkan. Untuk kelompok ofloxacin, follow-up dilakukan setelah 3 hari untuk memastikan cara meneteskan obat sudah benar. Kemudian, follow-up untuk setiap kelompok dilakukan 2 kali seminggu selama 1 bulan pertama, kemudian seminggu sekali sampai menutupnya perforasi atau berakhirnya periode follow-up dalam waktu 6 bulan. Penilaian akhir dilakukan setelah 6 bulan. Hubungan yang bermakna pada uji statistik ditetapkan apabila p <0,05. Untuk uji post-hoc, nilai p yang dikategorikan bermakna adalah p<0,0167.
Hasil
Dari 150 subjek yang direkrut, 136 subjek diikutsertakan dalam analisis akhir, sementara 14 subjek lost-to-follow-up. Hasilnya, terdapat perbedaan bermakna pada persentase penutupan perforasi antara ketiga kelompok (p=0,041) dengan persentase masing-masing 97,6%, 87,2%, dan 79,2% secara berturut-turut untuk kelompok ofloxacin tetes telinga, spons gelatin, dan penyembuhan spontan. Berdasarkan analisis posthoc, persentase penutupan perforasi lebih besar pada kelompok yang mendapatkan ofloxacin tetes telinga dibandingkan penyembuhan spontan (p=0,008).
Waktu penutupan perforasi lebih cepat tercapai pada kelompok yang mendapatkan ofloxacin tetes telinga (p=0,001) dan pada kelompok yang mendapatkan spons gelatin (p=0,001) dibandingkan dengan kelompok dengan penyembuhan spontan. Secara berturut-turut, waktu penutupannya 13,12±4,61 hari untuk yang mendapatkan ofloxacin tetes telinga, 16,47±6,24 hari untuk yang mendapatkan spons gelatin, dan 49,51±18,22 hari untuk kelompok penyembuhan spontan. Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk perbaikan fungsi pendengaran setelah 6 bulan terapi (p=0,79).
Kesimpulan:
Ofloxacin tetes telinga meningkatkan keberhasilan penutupan perforasi membran timpani traumatik dengan kecepatan penyembuhan yang lebih tinggi dibandingkan penyembuhan perforasi membran timpani traumatik secara spontan.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
Li X, Zhang H, Zhang Y. Repair of large traumatic tympanic membrane perforation using ofloxacin otic solution and gelatin sponge. Braz J of Otorhinolaryngol. 2022;88:9-14.