Pemberian nutrisi enteral (EN/enteral nutrition) pada pasien unit perawatan intensif (ICU/intensive care unit) dapat memberikan manfaat fisiologis antara lain dalam menurunkan respons imun sistemik, mengurangi stres oksidatif, menjaga mikroekologi usus, mendorong pemulihan fungsi usus, dan meningkatkan outcome pasien. Banyak pedoman yang merujuk pada pentingnya pemberian EN dini pada pasien ICU.
Pasien ICU seringkali mengalami cedera saluran cerna akut (AGI/acute gastrointestinal injury), dan angka kematian akibat AGI ini cukup tinggi. Selain itu, derajat keparahan AGI berkorelasi dengan mortalitas, dan manfaat dari EN dini belum dieksploitasi untuk pasien AGI. Selain itu, pemilihan formula EN yang tidak tepat dapat menyebabkan intoleransi makan, yang dapat mengurangi atau bahkan menghentikan pemberian makanan. Hal ini dapat menyebabkan penundaan dalam mencapai target kalori dan protein, sehingga memengaruhi prognosis dan kondisi klinis pasien dengan AGI derajat I-II.
Penelitian berikut ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh formula EN (formula oligomerik/short peptide dan formula protein utuh/whole protein) terhadap prognosis pasien ICU dengan AGI derajat I-II sehingga diharapkan dapat memberikan panduan dalam merumuskan strategi EN.
Penelitian merupakan studi kohort retrospektif dengan tujuan utama untuk menilai persentase asupan kalori (25 kkal/kgBB/hari) dan protein (1,2 g/kgBB/hari) dari EN pada hari ke-3 dan ke-7 setelah pasien masuk unit perawatan intensif (ICU), persentase peningkatan kalori dan protein pada hari ke-3 dan ke-7, serta kejadian retensi lambung dan diare setelah pemberian EN. Parameter sekunder yang dievaluasi adalah kematian di ICU dan kematian setelah 28 hari, lama tinggal di ICU, total biaya rawat inap, dan hari bebas ventilator. Analisis regresi Cox univariat dan multivariat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan retensi lambung dan diare. Penelitian juga menggunakan kurva survival Kaplan-Meier untuk membandingkan angka kematian 28 hari antara kedua kelompok.
Hasilnya:
· Tidak dijumpai perbedaan yang signifikan pada mortalitas di ICU dan mortalitas setelah 28 hari, lama rawat inap ICU, total biaya rawat inap, atau hari bebas ventilator pada kelompok formula oligomerik dibandingkan dengan kelompok formula protein utuh.
· Kurva survival Kaplan-Meier untuk mortalitas 28 hari juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik.
· Peningkatan persentase kalori dan protein pada hari ke 3-7 pada kelompok formula oligomerik secara signifikan lebih tinggi dibandingkan kelompok formula protein utuh (48% vs 38 dan 37% vs 38%).
· Efek samping gastrointestinal (GI), kejadian retensi lambung (15,5% vs 29,8%) dan diare (8,5% vs 19,8%) lebih rendah secara signifikan pada kelompok oligomerik.
· Dalam analisis yang telah disesuaikan dengan multivariat, penggunaan formula oligomerik adalah satu-satunya variabel independen dari penurunan retensi lambung.
Kesimpulan:
Pada penelitian ini, pasien dengan fase akut AGI yang menerima formula oligomerik memiliki insiden diare dan retensi lambung yang lebih rendah serta peningkatan persentase asupan yang lebih besar untuk kalori dan protein selama hari ke 3-7 pasca dirawat di ICU. Oleh karena itu, formula oligomerik lebih mudah ditoleransi oleh pasien pada fase akut AGI grade I-II. Formula oligomerik juga dapat mencapai target nutrisi dengan cepat sehingga menjadikannya formula yang lebih dipilih untuk inisiasi EN pada fase akut AGI.
Gambar: Ilustrasi (SUmber: DCStudio Freepik)
Referensi:
Wang YQ, Li YH, Li YT, Li HX, Zhang D. Comparisons between short-peptide formula and intact-protein formula for early enteral nutrition initiation in patients with acute gastrointestinal injury: a single-center retrospective cohort study. Ann Transl Med. 2022;10 (10):573.