Nyeri neuropati terkait kanker sering didiagnosis pada pasien dengan kanker. Penyebabnya antara lain efek lokal terhadap pertumbuhan tumor dan invasi lokal, dan efek samping terapi kanker di mana neuropati perifer diinduksi kemoterapi dijumpai pada 90% pasien yang mendapat kemoterapi neurotoksik. Hal ini akan memengaruhi kualitas hidup dan fungsional pasien, bahkan menurunkan survival rate.
WHO’s 3-step cancer pain relief ladder telah merekomendasikan opioid untuk nyeri sedang sampai berat. Farmakoterapi berbasis bukti untuk nyeri neuropati terkait kanker meliputi anti-konvulsan (terutama pregabalin dan gabapentin) dan anti-depresan trisiklik (terutama nortriptyline dan amitryptiline). Pada pasien dengan respons tidak komplit terhadap opioid, kombinasi analgesik adjuvan seperti anti-epilepsi atau anti-depresan umumnya direkomendasikan.
Studi-studi sebelumnya dan tinjauan sistematik telah melaporkan efek pregabalin dalam tata laksana nyeri neuropati pada pasien dewasa dengan kanker. Namun, yang dimasukkan adalah beberapa artikel, dan sebagian besar di antaranya adalah studi observasional atau laporan kasus. Oleh karena itu, dilakukan tinjauan sistematik dan meta-analisis untuk mengetahui efek analgesik dan keamanan pregabalin kombinasi dengan opioid untuk tata laksana nyeri neuropati terkait kanker. Pencarian literatur dilakukan secara sistematik melalui database PubMed, Web of Science, Embase, Cochrane Library, dan Cochrane Central Register of Controlled Trial, dengan yang dimasukkan adalah RCT dengan kriteria inklusi: 1) Pasien setidaknya berusia 18 tahun; 2) Nyeri neuropati karena kanker atau terapi kanker; 3) Kelompok eksperimental yang mendapat pregabalin kombinasi dengan opioid dan kelompok kontrol yang mendapat plasebo atau obat lain kombinasi dengan opioid. Dosis pregabalin yang diberikan adalah 25-600 mg/hari.
Hasil dari tinjauan sistematik dan meta-analisis ini adalah: (n=757, 6 studi)
- Terdapat perbedaan bermakna dalam hal skor nyeri NRS-11 antara kelompok pregabalin kombinasi dengan opioid dan opioid saja (WMD -1,00; 95% CI -1,29 sampai -0,70; p<0,001).
- Tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal skor nyeri NRS-11 antara kelompok pregabalin kombinasi dengan opioid dan pembanding aktif kombinasi dengan opioid (WMD -0,47; 95% CI -1,05 sampai 0,11; p=0,11).
- Terdapat perbedaan bermakna dalam hal tambahan morphine antara kelompok pregabalin kombinasi dengan opioid dan pembanding aktif kombinasi dengan opioid (RR 0,37; 95% CI 0,20-0,70; p=0,002).
- Tidak terdapat perbedaan bermakna yang terpantau dalam hal kualitas hidup (WMD -2,01; 95% CI -5,29 sampai 1,27; p=0,23).
- Secara umum, frekuensi efek samping pada kelompok pregabalin kombinasi dengan opioid lebih sering (pusing; RR 2,34; p=0,007, somnolen RR 3,78; p<0,001, edema perifer; RR 3,44; p=0,03) dibandingkan kelompok opioid saja, tetapi frekuensi efek samping antara kelompok pregabalin kombinasi dengan opioid dan pembanding aktif kombinasi dengan opioid masih belum jelas.
- Limitasinya adalah jumlah artikel dan sampel yang terbatas.
Kesimpulan:
Dari tinjauan sistematik dan meta-analisis ini didapatkan bahwa pregabalin kombinasi dengan opioid menurunkan nyeri neuropati terkait kanker, sehingga mendukung penggunaannya untuk terapi nyeri neuropati terkait kanker, tetapi dikaitkan dengan peningkatan efek samping (pusing, somnolen, dan edema perifer). Masih diperlukan RCT kualitas tinggi untuk mengonfirmasi temuan ini.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: bialasiewicz - Envato element)
Referensi:
Wen C, Wang M, Liu M, Zhu C, Zhao J, Jiang Q, et al. Pregabalin combined with opioids for managing neuropathic pain in patients with cancer: a systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials. Pain Physician 2025;28:1-10.