Terapi proton pump inhibitor (PPI) diketahui memiliki efektivitas yang sangat baik dalam tatalaksana pasien dengan gastroesophageal reflux diseases (GERD). PPI dalam sediaan intravena (IV) umum digunakan dalam penanganan pertama pasien yang datang dengan gejala GERD, seperti nyeri epigastrium dan heartburn, terutama pada kondisi darurat. Studi yang tersedia saat ini hanya menggambarkan efikasi PPI dalam mengatur pH lambung, dan belum ada yang mengevaluasi efikasi PPI IV dosis tunggal dalam meredakan gejala akut GERD.
Karakayali, dkk. (2019) melakukan studi prospektif, single-center, acak, dan tersamar ganda, selama 6 bulan di sebuah instalasi gawat darurat (IGD), dengan melibatkan pasien dewasa (> 18 tahun) yang datang dengan keluhan nyeri epigastrium dan heartburn. Pasien yang alergi terhadap PPI, sudah mengonsumsi PPI oral 24 jam sebelum masuk IGD, dan diketahui memiliki penyakit lain seperti kolelitiasis, penyakit arteri koroner, dan penyakit saluran cerna lain, dieksklusi dari studi.
Pasien yang terlibat dalam studi kemudian diacak menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang diberikan esomeprazole (n=104) 40 mg IV dalam 100 mL larutan normal salin dan kelompok yang diberikan pantoprazole (n=101) 40 mg IV dalam 100 mL larutan normal salin. Kedua obat diberikan secara IV selama 15 menit dalam suhu ruang.
Pasien kemudian diawasi oleh dokter residen senior terkait gejala klinis, tanda vital, dan pemeriksaan fisiknya selama 120 menit. Gejala nyeri dideskripsikan dengan visual analog score (VAS) antara 1-10 cm pada sebelum terapi (baseline), 30 menit, 60 menit, dan 120 menit setelah terapi. Pasien yang tidak mengalami resolusi nyeri (skor VAS > 5 cm) kemudian diberikan tatalaksana tambahan berupa tramadol hydrochloride IV 1 mg/kg dan sodium alginate 10 mL per oral. Apabila skor VAS sudah < 5 cm setelah 2 jam terapi, pasien diizinkan pulang.
Hasil studi menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan perbaikan skor VAS pada kedua kelompok dalam 30 menit (p=0,312). Namun, esomeprazole dapat menurunkan skor VAS lebih baik pada 60 menit (p=0,014) dan 120 menit (p=0,02).
Selain itu, tatalaksana tambahan diberikan pada 5 pasien (4,8%) dari kelompok esomeprazole dan 12 pasien (11,9%) dari kelompok pantoprazole. Mesikipun kebutuhan tatalaksana tambahan lebih rendah pada kelompok esomeprazole, hal ini tidak menunjukkan signifikansi secara statistik (p=0,066). Pada pengawasan setelah pemberian obat, tidak didapatkan adanya efek samping pada kedua kelompok. Total durasi follow-up lebih pendek pada kelompok esomeprazole yaitu 131 menit (95%CI = 125–138), dibandingkan dengan pantiprazole yaitu 141 menit (95% CI = 133–149). Namun, hal ini tidak menunjukkan signifikansi (p=0,067).
Berdasarkan studi disimpulkan bahwa pemberian dosis tunggal esomeprazole dan pantoprazole efektif memperbaiki gejala nyeri epigastrium dan heartburn dalam waktu singkat. Selain itu, keduanya terbukti relatif aman dengan tidak didapatkannya efek samping setelah pemberian dosis tunggal.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
Karakayali O, Yilmaz S, Karakayali A, Yigit Y, Halhalli HC, Uslu T. Intravenous esomeprazole versus pantoprazole for heartburn. Notfall + Rettungsmedizin. 2019;23(4):276–81.