Infertilitas mempengaruhi 15% pasangan di seluruh dunia. Faktor laki-laki terlibat dalam 50% kasus infertilitas. Etiologi infertilitas pria kurang dipahami, tetapi ada bukti hubungan yang kuat antara stres oksidatif dan kualitas cairan mani yang buruk. Untuk alasan ini, terapi dengan antioksidan adalah salah satu landasan pengobatan empiris infertilitas pria. Coenzyme Q10 (CoQ1), sebuah kofaktor esensial untuk produksi energi dengan sifat-sifat antioksidan utama, lazim digunakan untuk mendukung spermatogenesis pada infertilitas pria idiopatik.
Sebuah tinjauan sistematis oleh Salvio, et al, bertujuan menjelaskan kegunaan suplementasi CoQ10 dalam penanganan infertilitas pria, khususnya mengenai kualitas air mani yang dinilai dengan metode konvensional dan lanjutan serta tingkat kehamilan. Studi-studi yang mengevaluasi efek suplementasi CoQ10 atau ubiquinol (bentuk tereduksi dari Cohttps://kalbemed.com/article/show/576Q10) (tunggal atau dengan molekul antioksidan lainnya) pada kesuburan pria disertakan. Dua belas studi menggunakan CoQ10 (atau ubiquinol) saja, sedangkan 12 studi lainnya mengevaluasi efek senyawa kombinasi. Semua studi prospektif kecuali satu; 7 studi memiliki desain acak, terkontrol plasebo, dan tersamar ganda. Dosis CoQ10 harian berkisar antara 20 mg hingga 400 mg.
Semua studi melaporkan efek menguntungkan dari suplementasi CoQ10 pada parameter air mani, meskipun sumber studi acak terkontrol pada analisis ini minoritas. Selain itu, dosis optimal CoQ10 atau bagaimana dapat dikombinasikan dengan molekul antioksidan lain untuk memaksimalkan efeknya tidak diketahui. Namun, CoQ10 masih merupakan salah satu molekul yang paling menjanjikan untuk mengobati infertilitas pria idiopatik dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
Analisis kualitatif dari berbagai studi yang tersedia telah menunjukkan bahwa suplementasi dengan CoQ10, baik tunggal (monoterapi) maupun dalam kombinasi dengan molekul antioksidan lainnya, memiliki efek menguntungkan pada kualitas mani, terutama mengenai motilitas sperma. Indikasi tidak langsung berasal dari peningkatan kapasitas antioksidan cairan mani dan integritas kromatin dari spermatozoa. Perbaikan parameter air mani (semen) dimulai setelah 3-6 bulan pengobatan, namun perbaikan ini menghilang ketika suplementasi dihentikan. Studi lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan dosis CoQ10 yang optimal dan kemungkinan keunggulan pemberian bersama dengan molekul lain dibandingkan dengan monoterapi. Adapun studi yang terstruktur dengan baik diperlukan untuk menentukan dampak suplementasi CoQ10 pada tingkat kehamilan dan angka kelahiran hidup.
Silakan baca: Car-Q, suplementasi asam amino L-Carnitine dan Coenzyme Q10.
Gambar: Ilustrasi (sumber: https://www.manchesterfertility.com/)
Reference:
Salvio G, Cutini M, Ciarloni A, Giovannini L, Perrone M, Balercia, G. Coenzyme Q10 and male infertility: A systematic review. Antioxidants 2021;10:874. https://doi.org/10.3390/antiox10060874