Detail Article
Sariawan Akibat Radiasi dan Kemoterapi, Bagaimana Mengatasinya?
Hastarita Lawrenti
Okt 14
Share this article
img-Sariawan1.jpg
Updated 23/Agt/2022 .

Kejadian mukositis oral (sariawan) karena radioterapi terpantau pada 80% dari pasien, kemoterapi terpantau pada 40-80% dari pasien, dan transplantasi sumsum tulang terpantau pada lebih dari 75% dari pasien. Kemoterapi yang menyebabkan mukositis oral antara lain doxorubicin, epirubicin, 5-FU, methotrexate, capecitabine, paclitaxel, vincristine, cyclophosphamide.


Perjalanan klinis mukositis diawali dengan eritema mukosa oral yang kemudian berlanjut menjadi erosi dan ulserasi. Ulserasi biasanya diliputi oleh pseudomembran fibrinosa putih. Lesi mengalami perbaikan sekitar 2-4 minggu setelah dosis terakhir kemoterapi atau radiasi.


Derajat dari mukositis oral menurut WHO adalah:

- Derajat 0: tidak ada tanda dan gejala

- Derajat 1: ulkus yang tidak nyeri, edema, radang ringan

- Derajat 2: eritema yang nyeri, edema, atau ulkus tetapi masih bisa makan

- Derajat 3: eritema yang nyeri, edema, atau ulkus tetapi tidak bisa makan

- Derajat 4: memerlukan dukungan parenteral atau enteral


Penatalaksanaan mukositis oral dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut:

  • Dukungan nutrisi

Asupan nutrisi dapat terganggu karena nyeri yang dikaitkan dengan mukositis oral. Oleh karena itu, asupan nutrisi dan berat badan perlu dilakukan pemantauan berat badan oleh ahli nutrisi atau ahli medis lainnya bersama dengan keluarga yang merawat pasien. Makanan lunak dan cair lebih mudah ditoleransi pasien jika terdapat mukositis oral. Pada pasien yang diduga mengalami mukositis oral berat, pasien dapat diberikan nutrisi secara parenteral. Pasien juga dianjurkan untuk menghindari makanan dan minuman panas, makanan pedas, tidak konsumsi alkohol, dan tidak merokok.


  • Kontrol nyeri

Gejala utama mukositis oral adanya nyeri yang secara bermakna mempengaruhi asupan nutrisi, perawatan mulut, dan kualitas hidup. Strategi yang dapat digunakan adalah menggunakan obat kumur saline, potongan es batu, dan obat kumur topikal mengandung lidocaine viscous 2%.


  • Dekontaminasi oral

Dekontaminasi oral menghasilkan outcome positif pada pasien. Banyak studi menunjukkan bahwa higien oral yang baik dapat menurunkan tingkat keparahan mukositis oral. Protokol perawatan oral adalah menyikat gigi dengan sikat gigi yang lembut, flossing, dan menggunakan obat kumur saline atau sodium bicarbonate. Perawatan oral ini dilakukan setelah makan dan sebelum tidur. Pasien dan keluarganya harus diedukasi mengenai pentingnya higien oral yang baik. Jika pasien menggunakan gigi palsu, bersihkan gigi palsu setiap hari dan lepaskan gigi palsu saat beristirahat.


  • Mengurangi mulut kering

Pasien yang menjalani terapi kanker sering mengalami xerostomia dan hiposalivasi. Hiposalivasi selanjutnya memicu inflamasi jaringan, meningkatkan risiko infeksi lokal dan menyebabkan mengunyah menjadi sulit. Untuk mengurangi mulut kering, dapat dilakukan hal berikut: menyesap air sedikit-sedikit, berkumur dengan larutan air hangat mengandung ½ sendok teh baking soda beberapa kali sehari, mengunyah permen karet tanpa gula untuk menstimulasi aliran saliva, dan menggunakan obat kolinergik jika diperlukan.


  • Mengatasi perdarahan

Perdarahan intra-oral lokal dapat dikontrol dengan menggunakan agen hemostatik topikal seperti fibrin glue atau gelatin sponge.


  • Intervensi terapeutik

Intervensi yang diberikan yaitu krioterapi yang mana krioterapi menurunkan tingkat keparahan mukositis oral pada pasien yang mendapat kemoterapi secara bolus (seperti 5-FU, melphalan, edatrexate). Potongan es diletakkan dalam mulut, dimulai 5 menit sebelum kemoterapi dan ditambah jika diperlukan sampai dengan 30 menit. Hipotesis yang diajukan adalah potongan es menurunkan penghantaran obat kemoterapi ke mukosa oral yang diduga melalui vasokonstriksi dan penurunan aliran darah.


Penurunan kapasitas proliferatif sel epitelial oral diperkirakan berperan dalam patogenesis mukositis. Oleh karena itu, faktor pertumbuhan yang dapat meningkatkan proliferasi sel epitelial telah diteliti untuk mukositis oral. Palifermin, recombinant human keratinocyte growth factor-1 (rHuKGF-1), yang diberikan secara IV menurunkan kejadian mukositis oral derajat 3-4 pada pasien keganasan hematologi yang mendapat kemoterapi dosis tinggi dan iradiasi seluruh tubuh sebelum transplantasi sel hematopoietik autologus 


Agen anti-inflamasi, benzydamine hydrochloride obat kumur menurunkan tingkat keparahan mukositis pada pasien kanker kepala leher yang menjalani terapi radiasi dengan dosis kumulatif sampai 50 Gy. 


Amifostine bekerja sebagai anti-oksidan yang mengikat radikal bebas yang diketahui menyebabkan potensiasi mukositis, namun evidence manfaatnya masih belum memadai untuk menggunakan agen ini untuk mukositis oral pasien dengan kemoterapi atau radiasi.


Walaupun mekanisme terapi ini belum diketahui secara pasti, terapi laser kadar rendah dapat menurunkan tingkat keparahan mukositis oral diinduksi kemoterapi dan radiasi. Terapi laser kadar rendah dapat menurunkan radikal bebas dan/atau sitokin pro-inflamasi yang berperan dalam patogenesis mukositis.

 

Image: Ilustrasi (sumber: https://newsnetwork.mayoclinic.org)

Referensi:

1. Laila RV, Sonis ST, Peterson DE. Management of oral mucositis in patients with cancer. Dent Clin North Am. 2008;52(1):61-viii.

2. Naidu MUR, Ramana GV, Rani PU, Mohan IK, Suman A, Roy P. Chemotherapy-induced and/or radiation therapy-induced oral mucositis – Complicating the treatment of cancer. Neoplasia 2004;6(5):423-31.

3. Chaveli-Lopez B, Bagan-Sebastian JV. Treatment of oral mucositis due to chemotherapy. J Clin Exp Dent. 2016;8(2):e201-9.

4. Prevention and treatment of oral mucositis in cancer patients. Best Practice [Internet]. 1998 [cited 2019 Sept 27]. Available from: https://oralcancerfoundation.org/wp-content/uploads/2016/09/mucositis.pdf

Share this article
Related Articles