Detail Article

Vitamin D dan Kalsium Berperan Penting dalam Mempercepat Proses Penyembuhan Luka

dr. Desta Wulan Restu
Jan 10
Share this article
a3519a2930f25d3a5561fb51ea3c0a32.jpg
Updated 10/Jan/2024 .

Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma tajam atau tumpul. Luka dapat menyebabkan kerusakan fungsi perlindungan kulit akibat hilangnya kontinuitas jaringan lain, seperti otot, tulang, dan saraf. Luka memicu epidermis dan folikel rambut berproliferasi dan bermigrasi ke daerah luka sebagai responsnya terhadap luka.


Penyembuhan luka adalah proses perbaikan jaringan kulit atau organ lainnya setelah terjadi luka. Proses penyembuhan luka dibagi menjadi tiga tahap, yaitu inflamasi, proliferasi atau fibroplasia, dan remodelling atau maturasi. Bila proses penyembuhan luka ini tidak berjalan sesuai waktunya atau mengalami kegagalan, maka luka menjadi bersifat kronis. Kegagalan proses penyembuhan luka dapat disebabkan karena faktor endogen dan eksogen.

 

Bikle melakukan review studi-studi yang relevan terkait penyembuhan luka secara umum dan peran vitamin D dan kalsium untuk penyembuhan luka. Vitamin D melalui reseptor vitamin D (VDR/vitamin D receptor) dan kalsium melalui calcium-sensing receptor (CaSR) mempengaruhi fungsi sel-sel kulit, khususnya sel induk epidermal dan folikel rambut. Kombinasi vitamin D dan kasium mendorong pembentukan kompleks Cdh1/Ctnn (E-cadherin/catenin) yang berperan krusial dalam fase inflamasi dan respons imun, proliferasi (atau fibroplasia), migrasi, dan diferensiasi sel pada fibroblas dan keratinosit selama proses penyembuhan luka. Kehilangan fungsi VDR dan CaSR akan memperlambat proses penyembuhan karena perannya sangat penting dalam merespons luka.

 

Uji pre-klinik yang dilakukan oleh Oda, et al, di tahun 2017 pada 7 tikus yang kekurangan vitamin D versus kontrol yang dilukai untuk mengevaluasi proses penyembuhan luka. Biopsi kulit setebal enam milimeter diambil dari punggung tikus DKO (kekurangan vitamin D – double knock out) berusia 3 bulan dan tikus kontrolnya (KON). Luas luka diukur 0-6 hari kemudian dan dinormalisasi terhadap luas luka awal (waktu 0) pada tikus DKO dan KON. Terlihat secara bermakna, pada tikus dengan kekurangan vitamin D menunjukkan luas area yang masih lebih besar dibandingkan dengan tikus normal.

 

Selanjutnya, biopsi kulit setebal tiga milimeter diambil dari punggung tikus DKO dan KON berusia 3 bulan, dan re-epitelialisasi dievaluasi secara histologis pada hari 3 menggunakan pewarnaan H&E. Persentase re-epitelialisasi dievaluasi secara kuantitatif dengan menganalisis potongan melintang yang berbeda (n = 6, masing-masing 3 tikus). Persentase re-epitelialisasi didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh kedua margin epitel (panah biru) dibagi dengan jarak yang diperlukan untuk sepenuhnya menutupi luka (panah merah). Hal ini menunjukkan bahwa re-epitelisasi didapatkan lebih baik pada tikus normal dibandingkan dengan tikus yang kekurangan vitamin D dan bermakna secara statistik.

 

Defisiensi vitamin D berhubungan dengan berkembangnya peningkatan risiko terjadinya luka kronis yang terjadi karena terhambat dan tidak efektifnya proses penyembuhan luka. Selain itu, vitamin D juga mempengaruhi metabolisme kalsium serta sinyal kalsium yang berperan penting dalam penyembuhan luka yang normal. Diferensiasi keratinosit yang diinduksi kalsium penting untuk regenerasi kulit yang efektif setelah luka. Proses ini melibatkan berbagai faktor transkripsi dan koaktivator yang mengatur ekspresi gen dan mempengaruhi respons sel terhadap kerusakan. Proses diferensiasi ini penting untuk membentuk lapisan kulit baru yang sehat dan fungsional.

 

Kesimpulan:

Dari studi ini didapatkan bahwa vitamin D dan kalsium berperan penting dalam proses penyembuhan luka. Kekurangan vitamin D dapat menurunkan sinyal kalsium yang dapat memperlambat proses penyembuhan luka.

 


Gambar: Ilustrasi

Referensi:

1.  Bikle DD. Role of vitamin D and calcium signaling in epidermal wound healing. Journal of Endocrinological Investigation. 2023 Feb;46(2):205-12.

2.  Oda Y, Hu L, Nguyen T, Fong C, Tu CL, Bikle DD. Combined deletion of the vitamin D receptor and calcium-sensing receptor delays wound re-epithelialization. Endocrinology 2017 Jun 1;158(6):1929-38.

 

 


Share this article
Related Articles