Vitamin C, atau yang sering dikenal sebagai asam askorbat (AA), merupakan vitamin larut air. Vitamin C memiliki peranan yang penting untuk pertumbuhan dan menjaga kesehatan tulang, gigi, gusi, ligamen, dan pembuluh darah, serta penting untuk fungsi metabolisme. Angka kebutuhan minimal harian AA pada dewasa sehat adalah 40-60 mg.
Vitamin C memiliki peran penting pada tubuh, seperti fungsi biokimia dengan menstimulasi enzim, sintesis kolagen, aktivasi hormonal, antioksidan, detoksifikasi histamin, fungsi fagosit dari leukosit, dan hidroksilasi proline. AA penting dalam hidroksilasi prolyl dan lysyl dalam biosintesis kolagen, yang berfungsi sebagai penyembuh luka. Vitamin C efektif melindungi jaringan dari kerusakan oksidatif serta menekan pembentukan zat karsinogenik seperti nitrosamine. Vitamin C juga memiliki efek dalam menurunkan tekanan darah khususnya adalah tekanan darah sistolik dibandingkan diastolik. Rendahnya kadar plasma vitamin C berhubungan dengan kejadian stroke dan meningkatkan risiko mortalitas.
Pada fungsi kulit, vitamin C sebagai antioksidan memberikan perlindungan terhadap kerusakan kulit akibat UV (fotoproteksi) dan anti-aging, menurunkan sintesis melanin (melanogenesis), modulasi jalur sinyal pertumbuhan dan diferensiasi sel kulit (keratinosit), serta berperan dalam pembentukan sawar kulit dan kolagen di dermis. Vitamin C berinteraksi dengan ion copper (Cu) pada tyrosinase aktif dan menghambat kerja enzim tyrosinase, sehingga menurunkan pembentukan melanin. Vitamin C digunakan sebagai salah satu terapi depigmentasi pada kasus hiperpigmentasi di kulit. Pemberiannya bisa secara topikal, transdermal, ataupun secara intravena.
Studi sistematik review, yang dilakukan oleh dr. Rizwan dan kolega, mengevaluasi efek vitamin C pada pigmentasi melanin. Parameter primer yang ingin dinilai adalah efek vitamin C pada pigmentasi melanin, dan parameter sekunder adalah analisis efek pemberian vitamin C pada pigmentasi melanin. Sistematik review ini melibatkan 7 studi, terdiri dari 1 studi RCT dan 6 studi eksperimental.
Hasilnya:
· Dari 7 studi yang terlibat, 3 studi melakukan analisis efek vitamin C pada gusi dan 4 studi pada kulit.
· Pemberian pada gusi, dilakukan secara injeksi dan topikal gel jaringan gingival. Pemberian untuk kulit, diberikan secara topikal. Dosis yang digunakan berbeda-beda pada setiap penelitian.
· Injeksi vitamin C intraepitel pada gingival, aman dan merupakan tindakan minimal invasive untuk depigmentasi jaringan gingival.
· Penggunaan vitamin C topikal pada kulit menunjukan perbaikan kecerahan kulit pada pasien dengan masalah hiperpigmentasi.
Kesimpulan:
Vitamin C adalah komponen alami dan nutrient penting yang memiliki berbagai fungsi. Vitamin C menghambat sintesis melanin melalui downregulation aktifitas enzim tyrosinase, dan hal ini digunakan sebagai modalitas dalam pengobatan depigmentasi bintik hiperpigmentasi pada kulit. Studi penggunaan vitamin C pada hiperpigmentasi melanin pada gingival (gusi) masih terbatas.
Gambar: Ilustrasi (Foto oleh Polina Tankilevitch from Pexels)
Referensi:
Sanadi RM, Deshmukh RS. The effect of vitamin C on melanin pigmentation – A systematic review. J Oral Maxillofac Pathol JOMFP. 2020;24(2):374–82.