Prevalensi migrain paling tinggi ditemukan pada individu berusia 25-55 tahun yang merupakan usia produktif. Migrain merupakan kelainan neurologi persisten yang secara bermakna memengaruhi aktivitas fungsional pada pasien dengan serangan sakit kepala berat dan penyebab paling sering kedua dari disabilitas menurut Global Burden of Disease Study of Neurological Diseases 2016. Migrain 2-3 kali lebih sering dijumpai pada wanita dibanding pria dan menyebabkan penyakit yang lebih parah pada wanita. Gejala terkait migrain meliputi sensitivitas terhadap cahaya, suara, atau bau, serta mual dan muntah.
Berdasarkan kriteria International Headache Classification (ICHD) III, migrain diklasifikasikan menjadi bentuk episodik (ditandai dengan 0-14 hari sakit kepala per bulan) dan bentuk kronik (ditandai dengan 15 atau lebih sakit kepala per bulan selama minimal 3 bulan), dengan presentasi gejala migrain minimal 8 kali per bulan.
Penghilangan nyeri dan pemulihan fungsi merupakan tujuan terapi akut migrain, sedangkan tujuan terapi profilaksis adalah untuk menurunkan frekuensi, tingkat keparahan, durasi serangan, ansietas, stres, disabilitas gejala, serta penggunaan obat akut. Terapi saat ini tidak selalu efektif dan sering kali mahal atau memiliki efek samping.
Salah satu terapi profilaksis untuk migrain adalah suplemen magnesium, coenzyme Q-10, alpha-lipoid, vitamin B2, B3, B12, dan D. Suplemen vitamin B telah diketahui peranannya dalam penyakit saraf. Penggunaan klinik B1, B6, dan B12 telah dianggap dapat membantu mengontrol nyeri kronik, menurunkan tingkat keparahan nyeri, dan disabilitas. Vitamin B tampaknya juga dapat berpotensi membantu migrain.
Suatu studi telah dilakukan untuk meneliti efek suplementasi thiamine (B1), pyridoxine (B6), cobalamin (B12), asam folat (B9), serta kombinasi vitamin tersebut pada wanita dengan episode migrain. Studi tersebut dilakukan secara acak, tersamar ganda, dan terkontrol dengan plasebo pada 120 wanita dengan episode migrain, yang mendapatkan vitamin B1, B6, B12, B9, B kompleks, atau plasebo (masing-masing kelompok n=20) satu kapsul per hari selama 12 minggu.
Hasilnya menunjukkan bahwa terjadi penurunan frekuensi serangan sakit kepala secara bermakna pada semua kelompok vitamin dibandingkan kelompok plasebo (p<0,001). Skor disabilitas migrain (Migraine Disability Assessment Questionnaire/MIDAS) juga membaik secara bermakna pada setiap kelompok vitamin dibandingkan kelompok plasebo (p<0,001). Selain itu, suplementasi vitamin selama 12 minggu tersebut juga secara bermakna mengurangi jumlah obat antimigrain dibandingkan kelompok plasebo (p=0,032).
Disimpulkan bahwa dari hasil suatu studi telah menunjukkan bahwa suplementasi vitamin B1, B6, B12, B9, dan kombinasi vitamin tersebut dapat efektif sebagai tambahan terapi dan profilaksis episode migrain. Uji kinik yang lebih besar dengan follow up yang lebih panjang diperlukan untuk mengonfirmasi hal tersebut.
Kesimpulan:
Suplemen vitamin B telah diketahui peranannya dalam penyakit saraf. Penggunaan klinik B1, B6, dan B12 dianggap dapat membantu mengontrol nyeri kronik, menurunkan tingkat keparahan nyeri, dan disabilitas. Vitamin B tampaknya juga dapat berpotensi membantu migrain. Hasil suatu studi telah menunjukkan bahwa suplementasi vitamin B1, B6, B12, B9, dan kombinasi vitamin tersebut dapat efektif sebagai tambahan terapi dan profilaksis episode migrain.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: Farknot - Envato)
Referensi:
Nematgorgani S, Razeghi-Jahromi S, Jafari E, Togha M, Rafiee P, Ghorbani Z, et al. B vitamins and their combination could reduce
migraine headaches: A randomized double-blind controlled trial. Curr J Neurol 2022;21(2):105-18.