
Virus SARS-CoV-2 sebagai penyebab COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) telah menginfeksi begitu banyak manusia di seluruh dunia. Penelitian menunjukkan bukti bahwa cytokine storm syndrome (CSS) berpengaruh terhadap keparahan penyakit, yaitu terjadinya acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan gagal napas. CSS ditandai oleh produksi sitokin inflamasi yang abnormal dan tiba-tiba untuk membantu mempertahankan imunitas tubuh.
Reaksi berlebihan dari sitokin inflamasi atau hyper-inflammatory syndrome selanjutnya dapat menyebabkan kerusakan irreversible pada paru, ataupun organ lain, sehingga menyebabkan multi-organ system failure. Selain itu, CSS juga terbukti meningkatkan reactive oxygen species (ROS) yang akan meningkatkan stres oksidatif pada tubuh.
Mengingat mekanisme tersebut, maka sangat penting untuk mengendalikan apoptosis dan hyper-immune inflammatory response untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat COVID-19. Penggunaan kortikosteroid, sebuah obat anti-inflamasi yang umum digunakan, sebagai upaya untuk menekan respons imun nampaknya dapat menyebabkan terhambatnya bersihan virus dan mengganggu produksi peptida antimikroba.
Ursodeoxycholic acid (UDCA) adalah sebuah asam empedu hidrofilik. UDCA sudah umum digunakan sejak lama karena terbukti memiliki efek anti-inflamasi, antioksidan, imunomodulator, dan efek anti-apoptosis. Banyak studi telah menunjukkan bahwa UDCA efektif menghambat dan mengurangi produksi sitokin proinflamasi. Selain itu, UDCA juga memiliki efek antioskidan dan bersihan radikal bebas yang kuat. Studi penggunaan UDCA pada penyakit respirasi juga menunjukkan adanya perbaikan histopatologis pada proses remodelling jalan napas dan studi terkini menunjukkan bahwa UDCA mampu menstimulasi bersihan cairan alveolus pada kasus edema paru, sehingga dapat memperbaiki gejala sindrom distres pernapasan.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang menyatakan efek UDCA sebagai anti-inflamasi, antioksidan, imunomodulator, dan efek anti-apoptosis yang baik dengan efek samping yang aman dan tidak signifikan, UDCA memiliki potensi sebagai terapi COVID-19, terutama pasien dengan komorbiditas obesitas, diabetes melitus, penyakit paru atau jantung kronis, dan penyakit immuno-compromised lainnya.
Image : ilustrasi (Photo by kjpargeter - Pexels.com)
Referensi:
1. Subramanian S, Iles T, Ikramuddin S, Steer C. Merit of an Ursodeoxycholic Acid Clinical Trial in COVID-19 Patients. Vaccines. 2020;8(2):320.
2. Abdulrab S, Al-Maweri S, Halboub E. Ursodeoxycholic acid as a candidate therapeutic to alleviate and/or prevent COVID-19-associated cytokine storm. Medical Hypotheses. 2020;143:109897.