Para peneliti dari Baylor College of Medicine di negara bagian Texas, Amerika Serikat merekomendasikan agar semua pasien COVID-19 yang masuk ke ruang perawatan ICUmenjalani pemeriksaan thromboelastography (TEG)
Para peneliti dari Baylor College of Medicine di negara bagian Texas, Amerika Serikat merekomendasikan agar semua pasien COVID-19 yang masuk ke ruang perawatan ICUmenjalani pemeriksaan thromboelastography (TEG) untuk menguji risiko terbentuknya bekuan darah. Rekomendasi ini berlandaskan temuan bahwa pada lebih dari separuh jumlah pasien yang diperiksa pada kondisi tersebut mengalami pembekuan darah yang signifikan secara klinis yang tidak terdeteksi pada skrining rutin. Pada pasien-pasien COVID-19 di ICU tersebut juga dijumpai bekuan yang terus terbentuk pada kateter intravena sentral dan jalur arteri serta kateter dialisis (cuci darah).
Pada dua puluh satu pasien yang terkonfirmasi mengidap infeksi COVID-19 yang dirawat pada ruang ICU Baylor St. Luke’s Medical Center periode 15 Maret hingga 9 April 2020, dijumpai profil atau skrining pembekuan darah standar (INR, partial thromboplastin time, hitung trombosit) yang normal. Para pasien kemudian diperiksakan untuk uji-uji pembekuan darah yang lebih spesifik, meliputi fibrinogen dan kadar D Dimer pasien. Hasilnya ditemukan kadar fibrinogen para pasien tersebut melebihi tiga kali rentang normal dan peningkatan kadar D Dimer.
Kemudian para peneliti memeriksakan uji lapis ketiga yang jarang dilakukan pada mayoritas proses di ICU, yaitu uji TEG. Uji ini melihat seberapa cepat bekuan darah terbentuk, kekuatan dan stabilitasnya. UJI TEG lazimnya digunakan pada pasien pembedahan jantung terbuka yang biasanya mengalami abnormalitas fungsi pembekuan darah dan juga umumnya digunakan pada pasien-pasien trauma (kecelakaan). Dianta 21 pasien pada studi, sebanyak 13 pasien (62%) mengalami 46 kejadian pembekuan darah (2 kali lipat tingkat kejadian thrombosis) yang hanya dapat dideteksi melalui uji TEG. Kejadian thrombosis yang dialami ini kendatipun telah diberikan terapi pencegahan (profilaksis) thrombosis vena dalam yang direkomendasikan.
Peneliti studi menghimbau agar uji TEG segera dilakukan pada semua pasien COVID-19 di ICU untuk menemukan pasien-pasien mana saja yang berisiko lebih tinggi mengalami pembekuan darah, jangan menunggu hingga ditemukan bekuan darah pada jalur dan kateter sentral yang berarti sudah “terlambat”. Underdiagnosis atau undertreatment dari pembekuan darah berlebih (hiperkoagulasi) mungkin dapat menjelaskan tingginya angka kematian COVID-19 yang tidak dapat dijelaskan (penyebabnya). Hal ini dapat berkaitan dengan potensi pencegahan pembekuan mikrovaskular maupun serta konsekuensi komplikasi kardiovaskularnya, termasuk cedera dan kematian otot jantung (miokard).
Di institusi para peneliti dan beberapa system layanan kesehatan lainnya saat ini telah menerapkan heparinisasi penuh segera pada pasien-pasien dengan COVID-19 high-acuity. Di sisi lain, pemeriksaan TEG juga menghindarkan pemberian antikoagulan pada pasien dengan risiko thrombosis rendah.
Image: Ilustrasi (sumber: https://globalbiodefense.com/)
Referensi: Mortus JR, Manek SE, Brubaker LS, Loor M, Cruz MA, Trautner BW, et al. Thromboelastographic Results and Hypercoagulability Syndrome in Patients With Coronavirus Disease 2019 Who Are Critically Ill. JAMA Netw Open. 2020;3(6):e2011192. Published 2020 Jun 1. doi:10.1001/jamanetworkopen.2020.11192