
Scars dan luka bakar, yang diakibatkan oleh cedera traumatis, prosedur bedah, atau kecelakaan, merupakan tantangan signifikan dalam bidang dermatologi dan perawatan luka. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi penampilan fisik tetapi juga dapat berdampak mendalam pada kepercayaan diri, kesejahteraan emosional, dan kualitas hidup.
Di antara terapi yang sedang berkembang, formulasi polinukleotida yang berasal dari DNA salmon telah menjadi pilihan untuk manajemen scars dan luka bakar. Polinukleotida ini berfungsi melalui mekanisme regeneratif, termasuk stimulasi perbaikan jaringan, modulasi inflamasi, dan peningkatan sintesis kolagen.
Kasus 1: Bekas Luka Wajah Pasca-trauma
Wanita Ukraina, berusia 60 tahun, datang dengan keluhan bekas luka pasca-trauma yang signifikan di pipi kiri, yang telah berlangsung selama 2 bulan. Protokol terapi melibatkan dua sesi Rejuran S, dengan jeda tiga minggu antara setiap sesi. Setiap sesi menggunakan 2 cc Rejuran S. Setelah sesi kedua selesai, terjadi perbaikan yang cukup signifikan pada tampilan bekas luka. Terjadi pengurangan pada ketidakteraturan tekstur serta perubahan warna. Secara keseluruhan, kualitas kulit juga mengalami peningkatan.
Kasus 2: Bekas Luka Pasca-bedah pada Payudara
Wanita Ukraina, berusia 40 tahun, mencari perawatan untuk bekas luka pada payudara yang muncul 6 bulan setelah prosedur bedah, yang telah berlangsung selama 4 bulan. Bekas luka yang terletak di bagian bawah payudara ini menunjukkan perubahan tekstur yang mencolok serta perubahan warna yang signifikan. Pasien menjalani terapi Rejuran S, yang terdiri dari serangkaian sesi dengan jeda tiga minggu antara setiap sesi. Setiap sesi menggunakan 2 cc Rejuran S. Setelah 2 bulan terapi, terjadi perbaikan yang signifikan pada tampilan dan tekstur bekas luka.
Kasus 3: Bekas Luka Pasca-trauma pada Pasien Muda
Gadis Ukraina, berusia 14 tahun, datang dengan bekas luka pasca-trauma yang memerlukan intervensi. Bekas luka berlangsung selama 2 bulan, akibat cedera tidak disengaja, dirawat dengan terapi Rejuran S dalam tiga sesi, dengan jeda 3 minggu antara setiap sesi. Satu bulan setelah penyelesaian rangkaian perawatan intensif dengan Rejuran Healer, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penyembuhan bekas luka serta kondisi kulit secara keseluruhan. Pasien menunjukkan perbaikan yang mencolok dalam pengurangan bekas luka dan peningkatan tekstur kulit.
Kasus 4: Bekas Luka Wajah Traumatis akibat Ledakan
Seorang pasien perempuan datang dengan bekas luka wajah traumatis akibat ledakan yang telah berlangsung selama 1 bulan. Bekas luka ini memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai terapi untuk mencapai hasil yang optimal. Regimen perawatan yang diterapkan mencakup sepuluh sesi PRP, enam sesi Rejuran S (6cc) yang diberikan setiap dua minggu sekali, serta injeksi Incobotulinum Toxin A (100 unit) yang dilakukan setiap dua bulan. Pendekatan yang komprehensif ini menghasilkan pengurangan bekas luka yang signifikan serta peremajaan kulit yang lebih baik.
Kasus 5: Bekas Luka Wajah Iatrogenik akibat Microneedle Radiofrequency
Seorang wanita, berusia 47 tahun, mengalami bekas luka wajah iatrogenik setelah menjalani prosedur microneedle radiofrequency. Perawatan dimulai setelah tiga minggu, dengan protokol yang mencakup dua sesi Rejuran S (2cc) yang diberikan dengan jeda dua minggu, dikombinasikan dengan Cross-linked HA untuk meningkatkan efek regeneratif dan perbaikan jaringan kulit. Kombinasi terapi ini menghasilkan peningkatan yang nyata dalam tampilan bekas luka serta revitalisasi kulit secara keseluruhan.
Kasus 6: Cedera Hidung akibat Gigitan Anjing
Wanita, berusia 48 tahun, mencari perawatan untuk mengatasi bekas luka akibat cedera hidung yang disebabkan oleh gigitan anjing yang terjadi 2 bulan lalu. Bekas luka melibatkan kerusakan jaringan yang mendalam serta risiko jaringan parut. Perawatan mencakup tiga sesi Rejuran S (3 cc), dengan jeda 3 minggu antara setiap sesi, serta injeksi Incobotulinum Toxin A (60 unit) diberikan dalam 2 sesi sebagai terapi tambahan untuk membantu dalam proses perbaikan jaringan dan mengurangi ketegangan pada bekas luka. Pendekatan perawatan ini menghasilkan pengurangan bekas luka yang menjanjikan serta peningkatan kondisi kulit.
Kesimpulan:
Scars dan luka bakar merupakan tantangan dalam dermatologi yang dapat memengaruhi estetika dan kesejahteraan pasien. Dari beberapa kasus ini, polinukleotida terbukti berperan dalam regenerasi kulit, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan hidrasi melalui stimulasi sintesis kolagen serta modulasi inflamasi. Sejumlah kasus ini menunjukkan efektivitas polinukleotida dalam memperbaiki berbagai jenis bekas luka, termasuk pascatrauma, pasca-bedah, dan akibat prosedur estetik yang tidak diinginkan. Kombinasi dengan terapi lain, seperti PRP, HA, dan Ivdncobotulinum Toxin A, juga terbukti memberikan hasil optimal. Pendekatan yang tepat dan personalisasi terapi dapat meningkatkan keberhasilan perawatan bekas luka dan luka bakar.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)
Referensi:
Kim MJ, Wan J, Oksana L, Yuliia L, Chugay O, Platonova O, et al. Polynucleotide-based treatments for various facial scars including combat injuries. J Dermatol Treat. 2024 Dec 31;35(1):2426626.