Detail Article

Suplementasi Omega-3 dalam Mengatasi Badai Sitokin COVID-19, Apa Perannya?

dr. Dedyanto Henky Saputra
Jan 27
Share this article
549bb14a9fa36a60edf389056b082312.jpg
Updated 27/Jan/2021 .

Mortalitas dan perburukan klinis pada pasien COVID-19 seringkali dikaitkan dengan fenomena "badai sitokin" (juga disebut sindrom pelepasan sitokin atau sindrom over-aktivasi makrofag). Berdasarkan data yang tersedia, suplementasi EPA dan DHA pada pasien COVID-19 tampaknya memiliki manfaat yang potensial dalam mengelola "badai sitokin." 

Hingga saat ini, mekanisme molekuler yang memicu "badai sitokin" atau strategi terapeutik untuk mencegah dan mengelola kondisi ini masih sulit dijelaskan karena sifatnya yang kompleks.

 

Berbagai referensi menunjukkan bahwa nutrisi tertentu seperti vitamin B6, B12, C, D, E , dan folat; trace element, termasuk zinc, zat besi, selenium, magnesium, dan tembaga mungkin memainkan peran kunci dalam regulasi badai sitokin ini. Selain itu, LC-PUFA (asam lemak tak jenuh ganda rantai panjang) omega 3 seperti EPA (asam eicosapentaenoic) dan DHA (asam docosahexaenoic) juga mendapat perhatian karena dampak langsungnya dalam respons imunologis pada infeksi virus.

 

Evidens menunjukkan bahwa omega-3 dapat memodulasi respons imun dan bekerja dengan berbagai mekanisme. Suplementasi EPA dan DHA dapat mengubah banyak jalur biologis yang mungkin memiliki pengaruh langsung pada hasil COVID-19, di antaranya:

  1. Menekan produksi IL-6 dan IL-1β. Keterlibatan interleukin-6 (IL-6) dan interleukin-1ß (IL-1β) diduga memiliki peran regulasi sentral dalam terjadinya “badai sitokin”. Blokade IL-6 menggunakan antibodi monoklonal Tocilizumab telah diidentifikasi sebagai target terapeutik yang layak pada infeksi SARS-CoV. Berdasarkan hasil studi acak terkontrol yang dipublikasikan pada tahun 2018, suplementasi dosis tinggi (1,5 g/hari EPA dan 1,0 g/hari DHA) omega-3 dapat menurunkan kadar plasma dari IL-6 dan IL-1ß. Metabolit DHA yang bernama 17-hDHA dapat mengurangi sekresi IL-6 dalam sel B manusia. Baik EPA maupun DHA dapat menurunkan sekresi sitokin inflamasi in vitro dan penelitian pada hewan. Pra-suplementasi dengan DHA (400 mg) secara signifikan menurunkan pelepasan IL-6 dan IP-10 oleh sel Calu-3 yang terinfeksi Rhinovirus RV-43 dan RV-1B.
  2. Efek penurunan trigliserida dari suplementasi omega-3 juga diketahui memiliki peran dalam perbaikan kondisi infeksi COVID-19. Kadar trigliserida yang lebih rendah menunjukkan risiko yang lebih rendah untuk berkembangnya "badai sitokin". 


Gambar: DHA dan EPA digunakan untuk konversi enzimatik oleh enzim LOX (lipooksigenase) dan COX (siklooksigenase) yang menghasilkan metabolit bioaktif dan efek anti-inflamasi. Metabolit ini mengikat reseptornya masing-masing dan menimbulkan perubahan antiinflamasi dalam sel terutama melalui pengaturan ulang transkriptom.


Keamanan Omega-3

US Department of Health & Human Services National Institutes of Health Office of Dietary Supplements (ODS) menyimpulkan bahwa asupan harian EPA + DHA hingga 3 g/hari dapat diberikan secara aman, sedangkan European Food Safety Authority (EFSA) menyatakan bahwa konsumsi jangka panjang suplemen EPA dan DHA dengan dosis gabungan hingga sekitar 5 g/hari tampaknya aman untuk dikonsumsi.

 

Suplementasi EPA dan DHA pada pasien COVID-19 tampaknya memiliki manfaat yang potensial dalam mengelola "badai sitokin." Oleh karena itu, penggunaan suplementasi EPA dan DHA dapat dipertimbangkan sebagai terapi suportif dan strategi pencegahan infeksi SARS-CoV-2.


Image : Ilustrasi (www.freepik.com) 

Referensi:

Szabó Z, Marosvölgyi T, Szabó É,Bai P, Figler M and Verzár Z. The potential beneficial effect of EPA and DHA supplementation managing cytokine storm in coronavirus disease. Front Physiol. 2020;11:752.


Share this article
Related Articles