Detail Article
Tingkat Fusi Tulang pada Lateral Lumbar Interbody Fusion (LLIF) dengan rhBMP-2
dr. Esther Kristiningrum
Sep 09
Share this article
249da5450028d19192673ca098430d2a.jpg
Updated 16/Sep/2022 .

Autograft krista iliaka merupakan standar emas materi bone graft, namun memiliki kelemahan terkait morbiditas pada lokasi donor materi bone graft, peningkatan perdarahan dan durasi operasi, serta terbatasnya kuantitas materi bone graft, sehingga perlu untuk mengeksplorasi alternatif terhadap autograft krista iliaka.


Sejak FDA menyetujui penggunaan rhBMP-2 (recombinant human bone morphogenetic protein-2) untuk single-level anterior lumbar interbody fusion (ALIF) tahun 2022, rhBMP-2 digunakan sebagai alternatif dari autograft krista iliaka dan digunakan dalam operasi tulang belakang (operasi spinal). Tingkat fusi yang dilaporkan dengan rhBMP-2 ekuivalen dengan autograft krista iliaka (94,1% vs 89,5%) dalam single-level transforaminal lumbar interbody fusion (TLIF) atau posterior lumbar interbody fusion (PLIF) dan posterolateral lumbar fusion (PLF).

 

Telah dilaporkan tingkat fusi 83% dengan PLF pada pasien dewasa dengan deformitas tuang belakang (ASD/adult spinal deforminty) menggunakan autograft lokal, dan terdapat bukti bahwa rhBMP-2 meningkatkan tingkat fusi pada PLF untuk operasi ASD. Studi saat ini melaporkan bahwa tingkat artrodesis 95% dengan rhBMP-2 dibandingkan 72% dengan autograft krista iliaka.

 

Saat ini lateral lumbar interbody fusion (LLIF) banyak dilakukan pada operasi ASD dengan potensi manfaat memperbaiki dekompresi tidak langsung, koreksi lordosis segmental yang lebih tinggi, dan memperbaiki sagittal alignment. LLIF juga merupakan alternatif yang kurang menyebabkan morbiditas untuk koreksi keseimbangan sagittal dibanding prosedur osteotomi. Studi pada LLIF sebelumnya telah menunjukkan bahwa tingkat fusi interbody dengan rhBMP-2 via LLIF adalah 92% pada kasus satu level dan 86% pada kasus dua level, sehingga rhBMP-2 dapat digunakan sebagai alternatif untuk LLIF.

 

Baru-baru ini telah dilakukan suatu studi observasi untuk meneliti tingkat fusi tulang secara klinis ataupun radiografi dengan pendekatan lateral interbody dengan rhBMP-2 pada fusi lumbal multiple-level pada pasien dewasa dengan ASD. Lateral lumbar interbody fusion (LLIF) memungkinan akses yang multiple-level dan kurang invasif ke tulang belakang lumbal anterior. Studi ini mengidentifikasi pasien yang memenuhi syarat dengan dua atau lebih level LLIF (T12-L5), >4 tingkat instrumentasi posterior dan >2 tahun masa follow-up antara tahun 2010 dan 2018 dari database ASD institusional. Studi ini mencakup 179 pasien dengan usia rata-rata 65,3 tahun dan 74% pasien wanita.

 

Hasilnya menunjukkan bahwa median jumlah fusi interbody dilakukan pada 3 (IQR 3-4) level. Durasi follow-up rata-rata 4,4 tahun (SD=1,9). Artrodesis berhasil pada 169 pasien (94,5%), sedangkan pada 10 pasien (5,5%) mengalami pseudoartrosis secara radiologi pada satu level. Dari 10 pasien, 8 pasien (4,4%) mengalami gejala klinis atau nyeri punggung yang dapat diatasi. Dua pasien (1,1%) memerlukan pembedahan revisi untuk pseudoartrosis.

 

Simpulan:

rhBMP-2 telah digunakan sebagai alternatif dari autograft krista iliaka dan digunakan dalam operasi tulang belakang dengan tingkat fusi tulang yang ekuivalen dengan autograft krista. Studi pada pasien dewasa dengan deformitas tulang belakang yang dilakukan operasi LLIF menunjukkan bahwa LLIF dengan rhBMP-2 dapat mencapai keberhasilan fusi yang tinggi di seluruh level fusi interbody dalam operasi ASD multi-segmental.

 

 

Gambar: Ilustrasi (Foto oleh rawpixel - Freepik)

Referensi:

1.Singh V, Oppermann M, Evaniew N, Soroceanu A, Nicholls F, Jabcobs WB, et al. Lateral lumbar interbody fusion with rhbmp-2 can achieve high fusion rates in adult spine deformity surgeries. Global Spine J. 2022; 21925682221103512.doi:10.1177/21925682221103512. 

2.Nourian AA, Harrington J, Pulido PA, McCauley JC, Bruffey JD, Eastlack RK. Fusion rates of lateral lumbar interbody fusion using recombinant human bone morphogenetic protein-2 Global Spine J 2019;9(4) 398-402.


Share this article
Related Articles