Detail Article
Potensi Citicoline sebagai Terapi Neuroprotektif yang Menjanjikan pada Anak Pasca-henti Jantung
dr. Allen
Jul 04
Share this article
e684d26b3a3b08f8ebed4a2b18cf6f25.jpg
Updated 06/Jul/2022 .

Perbaikan dalam prosedur resusitasi meningkatkan taraf kelangsungan hidup pasca-serangan jantung, tetapi cedera otak pasca-resusitasi yang disebabkan hipoksia iskemik merupakan salah satu komplikasi utama yang dapat menyebabkan kematian atau kecacatan pada saraf jangka panjang. Mekanisme cedera saraf pasca-henti jantung terdiri dari cedera primer dan sekunder. Cedera otak primer tidak dapat dihindari dan cedera otak sekunder biasanya dapat dicegah.

Pada cedera otak sekunder, fosfolipid yang merupakan komponen utama membran sel saraf menjadi rusak dan metabolismenya terganggu karena iskemia serebral yang mengakibatkan gangguan neurologis yang meluas. Hal ini membuat tindakan neuroprotektif untuk mengurangi kerusakan akibat cedera otak sekunder pada anak menjadi sangat penting.

 

Cytidine diphosphocholine (citicoline atau CDP-choline) diubah menjadi cytidine dan choline dalam tubuh yang membantu dalam perbaikan, pemeliharaan, dan sintesis fosfolipid yang terdegradasi selama iskemia serebral. Citicoline telah dipelajari untuk pengobatan gangguan kognitif dan stroke iskemik akut dalam beberapa penelitian karena efek perbaikannya. Namun, efeknya sebagai neuroprotektor pada pasca-henti jantung pada anak belum diteliti sebelumnya.

 

Untuk menilai manfaat citicoline dalam melindungi otak dari efek hipoksia iskemik yang terjadi pasca-henti jantung, dilakukan uji klinik case controlled clinical trial. Pengacakan dilakukan menggunakan komputer dan langsung diberikan kepada dokter yang menangani pasien di PICU. Dokter tersebut mengetahui pengobatan yang diberikan, tetapi mereka bukan bagian dari penelitian. Semua staf yang merawat dan yang melakukan penilaian hasil tidak mengetahui kelompok perlakuan.

 

Penelitian ini melibatkan 80 anak berusia di bawah 18 tahun dengan serangan jantung di rumah sakit, apa pun penyebabnya, yang berhasil diresusitasi di rumah sakit dengan skala koma Glasgow (GCS) di bawah 9. Pasien tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yang terdiri dari 40 anak pada kelompok 1 (intervensi, menerima citicoline intravena 10 mg/kg/12 jam dan terapi suportif lainnya) dan 40 anak pada kelompok 2 (kontrol, hanya menerima terapi suportif) selama 6 minggu.


Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbaikan skala GCS yang bermakna pada kedua kelompok (intervensi p < 0,001, kontrol p < 0,001). Selain GCS, modified Rankin Scale (mRS) yang digunakan untuk melihat disabilitas neurologis juga menunjukkan perbaikan yang bermakna pada kedua kelompok (intervensi p < 0,001, kontrol p < 0,001). Walaupun kedua kelompok menunjukkan perbaikan yang signifikan, perbaikan nilai GCS dan mRS pada kelompok 1 (intervensi) secara signifikan lebih baik bila dibandingkan dengan kelompok 2 (kontrol) (p = 0,01 dan p < 0,001). Selain itu, frekuensi dan durasi kejang, lamanya perawatan di PICU, dan angka kematian pada kelompok intervensi juga lebih baik secara signifikan (p = 0,03 dan p = 0,02, p = 0,008 dan p = 0,03). 


Hasil kajian terhadap penelitian ini menyimpulkan bahwa citicoline dapat memperbaiki GCS (tingkat kesadaran), mRS (disabilitas neurologi), lamanya perawatan di PICU, dan angka kematian pada pasien anak pasca-henti jantung. Citicoline adalah obat neuroprotektif yang menjanjikan yang dapat digunakan pada anak pasca-henti jantung.

 


Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)

Referensi:

Salamah A, Mehrez M, Faheem A, El Amrousy D. Efficacy of Citicoline as a Neuroprotector in children with post cardiac arrest: a randomized controlled clinical trial. Eur J Pediatr. 2021 Apr;180(4):1249-1255. doi: 10.1007/s00431-020-03871-6.


Share this article
Related Articles