Orang dengan diabetes melitus tipe 2 mempunyai gangguan kapasitas latihan fisik, bahkan pada kondisi tanpa komplikasi, dan peningkatan kematian akibat kardiovaskuler dibandingkan kontrol non-diabetik. Integrasi dari fungsi kardiovaskuler dan ambilan dan utilisasi perifer dari zat gizi dan oksigen selama latihan aerobik membuat kebugaran kardiorespirasi merupakan indikator fungsi fisiologi tubuh secara keseluruhan dan prediktor yang kuat untuk semua penyebab kematian kardiovaskuler.
Orang dengan diabetes melitus tipe 2 mempunyai gangguan kapasitas latihan fisik, bahkan pada kondisi tanpa komplikasi, dan peningkatan kematian akibat kardiovaskular dibandingkan kontrol non-diabetik. Integrasi dari fungsi kardiovaskular dan ambilan dan utilisasi perifer dari zat gizi dan oksigen selama latihan aerobik membuat kebugaran kardiorespirasi merupakan indikator fungsi fisiologi tubuh secara keseluruhan dan prediktor yang kuat untuk semua penyebab kematian kardiovaskular. Memperbaiki kebugaran kardiorespirasi pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan pendekatan yang potensial untuk mengurangi risiko kematian prematur akibat kardiovaskuler.
Sebelumnya telah dinyatakan bahwa sensitivitas insulin yang abnormal, disfungsi endotel, dan penurunan perfusi dan fungsi insulin, yang ditemukan pada DM tipe 2, dikaitkan dengan penurunan kebugaran kardiorespirasi. Fungsi kardiovaskular merupakan kontributor utama terhadap kapasitas latihan fisik dan mengalami gangguan pada pasien DM tipe 2. Lebih lanjut, bukti menunjukkan bahwa oksigenasi otot rangka yang sesuai pada DM tipe 2 dikaitkan dengan gangguan latihan fisik pada DM tipe 2. Data ini menunjukkan bahwa komponen sentral dan perifer dari fungsi fisiologi abnormal selama latihan fisik pada DM tipe 2, namun keterkaitan faktor-faktor ini dan mekanisme langsung yang menyebabkan gangguan latihan fisik pada DM tipe 2 belum jelas.
Studi sebelumnya menunjukkan bahwa suplementasi antioksidan telah meningkatkan fungsi jantung dan vasodilatasi yang dapat mempengaruhi hantaran oksigen jaringan pada sirkulasi sentral dan perifer, serta mempengaruhi utilisasi oksigen selama latihan fisik. Infus vitamin C juga memperbaiki dilatasi arteri brakialis pada wanita pasca-menopause. Lalu dihipotesiskan bahwa infus vitamin C akut akan memperbaiki kapasitas latihan fisik dan perbaikan ini akan dikaitkan dengan perbaikan fungsi kardiovaskuler.
Dalam studi tersebut, pasien dewasa dengan DM tipe 2 (n=31, 7 wanita, 24 pria, BMI 31,5 ± 0,8 kg/m2) dan orang dewasa sehat dengan BMI setara (n=21, 11 wanita, 10 pria, BMI 30,4 ± 0,7 kg/m2) secara acak mendapat infus IV vitamin C (7,5 g) atau infus salin dengan volume yang berimbang.
Hasilnya menunjukkan bahwa infus vitamin C akut memperbaiki fungsi diastolik (p<0,01), tetapi tidak mengubah hiperemia reaktif (p=0,92), atau ambilan oksigen puncak (VO2 peak) (p=0,33) pada semua peserta studi.
Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa infus vitamin C akut memperbaiki fungsi diastolik, tetapi tidak mengubah FMD (dilatasi yang dimediasi aliran arteri brakialis), hiperemia reaktif lengan bawah, atau kapasitas latihan fisik puncak pada pasien dengan DM tipe 2. Studi selanjutnya sebaiknya dilakukan untuk mengklarifikasi fungsi endotel dan kemungkinan penyebab fisiologi lainnya dari gangguan latihan fisik untuk memberikan target terapeutik potensial.
Image: Ilustrasi
Referensi:
1. Scalzo RL, Bauer TA, Harrall K, Moreau K, Ozemek C, Herlache L et al. Acute vitamin C improves cardiac function, not exercise capacity, in adults with type 2 diabetes. Diabetol Metab Syndr. 2018;10:7. doi: 10.1186/s13098-018-0306-9. eCollection 2018.
2. Ozemek C, Hildreth KL, Groves DW, Moreau KL. Acute ascorbic acid infusion increases left ventricular diastolic function in postmenopausal women. Maturitas. 2016;92:154–61.