Detail Article
Potensi Terapi dengan Efgartigimod untuk Myasthenia Gravis, Ini Studinya
dr. Yohanes Jonathan
Jan 07
Share this article
c6cae6225b2aee309f6bff1dbbcce26c.jpg
Updated 07/Jan/2022 .

Myasthenia Gravis (MG) adalah penyakit autoimun yang terjadi akibat adanya kerusakan reseptor asetilkolin pada saraf karena serangan oleh sel–sel imun dari tubuh penderitanya sendiri. Obat yang ada selama ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk bekerja, sehingga Efgartigimod dapat menjadi pilihan terbaik untuk mengobati MG.


Myasthenia Gravis ditandai dengan adanya kelemahan otot-otot rangka (yang dapat dikendalikan secara sadar) dan mulai timbul di usia paruh baya. Kelemahan otot ini terjadi akibat aktivitas sel imun penderitanya yang menyerang reseptor saraf yang berada di serabut otot, menyebabkan otot menerima impuls saraf yang jauh lebih sedikit dan memicu terjadinya kelemahan.

 

Myasthenia Gravis dapat dicurigai apabila ada keluhan di antaranya:

· Kesulitan bicara, menelan, mengunyah

· Otot wajah melemah sehingga terkesan lumpuh

· Sulit bernapas karena kelemahan otot dinding dada

· Kelelahan

· Kelopak mata tertutup secara abnormal

 

Penelitian dengan nama ADAPT, melibatkan 15 negara dalam percobaan fase 3 obat Efgartigimod. Obat ini bekerja dengan melakukan blokade pada reseptor Fc neonatal (FcRn), dan mencegah terbentuk antibodi terhadap IgG. Penelitian ini memiliki desain acak, tersamar ganda, dan terkontrol dengan plasebo. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu penerima Efgartigimod (10 mg/kgBB) atau plasebo, dan pasien akan menerima obat dalam bentuk infus 1 kali setiap minggu, selama 4 minggu.

 

Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat 44 dari 65 peserta (68%) kelompok obat yang MG-ADL/myasthenia gravis-activity daily living (kuisioner mengenai beratnya gejala yang dialami penderita MG, semakin besar poin, semakin berat gejalanya) mengalami perbaikan2 poin, dibandingkan kelompok plasebo 19 dari 64 peserta (33%), dengan odds ratio 4,95 (95% CI 2,21-11,53; p<0,0001). Kejadian yang tidak diinginkan akibat pemberian obat muncul pada kedua kelompok peserta, yaitu 65 dari 84 pasien (77%) di kelompok obat, dan 70 dari 83 (84%) di kelompok plasebo. Gejala yang sering ditemukan adalah sakit kepala [obat 24 peserta (29%) dan plasebo 23 peserta (28%)] dan nasofaringitis [obat 10 peserta (12%) dan plasebo 15 peserta (18%)]. Kejadian tidak diinginkan yang serius timbul pada 4 peserta dari kelompok obat dan 7 peserta dari kelompok plasebo. Tidak ada kematian peserta dari kedua kelompok yang terjadi selama studi dijalankan.

 

Penelitian menunjukkan bahwa Efgartigimod dapat ditoleransi dengan baik dan bermanfaat sebagai terapi pasien dengan MG generalisata. Pihak peneliti mengatakan bahwa penelitian akan terus dilakukan untuk memantau keamanan jangka panjang dan manfaat obat lebih lanjut.

 


Gambar: Ilustrasi (www.pexels.com)

Referensi:

1. Berrih-Aknin S, Claeys KG, Law N, Mantegazza R, Murai H, Saccà F, et al. Patient-reported impact of myasthenia gravis in the real world: protocol for a digital observational study (MyRealWorld MG). BMJ Open. 2021 Jul 19;11(7):e048198.

2. Howard JF, Bril V, Vu T, Karam C, Peric S, Margania T, et al. Safety, efficacy, and tolerability of efgartigimod in patients with generalised myasthenia gravis (ADAPT): A multicentre, randomised, placebo-controlled, phase 3 trial. The Lancet Neurology. 2021 Jul 1;20(7):526–36.

 



Share this article
Related Articles