Studi ini menggunakan data kohort sistem kesehatan di seluruh Amerika Serikat atas semua pasien terkonfirmasi infeksi COVID-19 (dengan laboratorium) yang dirawat inap di rumah sakit pada periode Maret hingga Juli 2020. Semua pasien tidak memiliki riwayat terapi antikoagulasi.

Temuan-temuan studi ini antara lain:

1. Dari 4.297 pasien yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19, sebanyak 84,4% menerima profilaksis antikoagulasi dalam kurun waktu 24 jam setelah masuk dengan hampir seluruhnya diberikan terapi heparin.

2. Terdapat 622 kematian dalam waktu 30 hari setelah masuk rumah sakit, 513 di antaranya dari kelompok pasien yang menerima antikoagulasi profilaksis. Insidens kumulatif kematian pada 30 hari adalah 14,3% di antara para pasien yang menerima antikoagulasi profilaksis dan 18,7% di antara pasien yang tidak menerima antikoagulasi profilaksis.

3. Dibandingkan dengan pasien yang tidak menerima antikoagulasi profilaksis, terdapat 27% penurunan risiko kematian selama 30 hari pada kelompok pasien yang menerima antikoagulasi profilaksis.

Dari studi ini ditemukan bahwa inisiasi antikoagulasi profilaksis berbasis heparin dalam 24 jam setelah masuk rumah sakit dikaitkan dengan risiko yang lebih rendah dalam hal mortalitas 30 hari, mortalitas di rumah sakit, dan inisiasi dosis terapeutik antikoagulasi yang dapat merupakan indikasi kejadian tromboemboli.

Penemuan-penemuan ini memberikan bukti nyata yang kuat untuk mendukung pedoman yang merekomendasikan penggunaan profilaksis antikoagulasi sebagai terapi awal untuk pasien COVID-19 saat masuk rumah sakit.

Gambar: Ilustrasi

Referensi:

Rentsch CT, Beckman JA, Tomlinson L, Gellad WF, Alcorn C, Kidwai-Khan F, et al. Early initiation of prophylactic anticoagulation for prevention of coronavirus disease 2019 mortality in patients admitted to hospital in the United States: cohort study. BMJ. 2021 Feb 11;372:n311. doi: 10.1136/bmj.n311.