Stroke iskemik merupakan salah satu penyebab terbanyak disabilitas jangka panjang dan kematian. Stroke iskemik adalah jenis stroke dengan prevalensi terbanyak, yaitu 75%–85% dari semua jenis stroke, yang disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah di otak. Stroke iskemik dapat menyebabkan disfungsi motorik, termasuk paresis atau kelemahan otot.
Tes/uji kekuatan otot dilakukan untuk mengevaluasi kelemahan otot. Tes ini dilakukan pada pasien yang diduga memiliki abnormalitas neurologis, terutama stroke, trauma kepala, cedera medulla spinalis, dan neuropatik.Skala tes ini menggunakan Manual Muscle Testing Scale (MMTS).2 2 strategi utama yang diajukan pada terapi stroke iskemik: restorasi aliran darah melalui trombolisis atau ekstraksi thrombus secara mekanik selama beberapa jam pertama stroke iskemik, yang merupakan salah satu terapi yang paling efektif dan menghasilkan fungsi dan klinis yang lebih baik. Terapi lainnya, yang berpotensi dapat diaplikasikan pada sebagian besar pasien dengan stroke iskemik adalah neuroproteksi.1
Pada terapi stroke iskemik akut, penumbra (area hipoperfusi pada sistemsaraf) hypoperfusion dipertimbangkan sebagai target terapi primer. Penumbra sebaiknya diselamatkan sesegera mungkin karena area ini dapat menjadi area yang mati beberapa jam setelah serangan stroke akibat aliran darah yang sangat rendah di area tersebut. Perlindungan saraf terutama ditujukan untuk melindungi materi abu-abu dan mengganggu peristiwa biokimia tertentu dalam kaskade iskemik seperti apoptosis, neurotoksisitas, gangguan membran saraf; dan juga memodulasi pelepasan neurotransmitter (asetilkolin, dopamin) yang memengaruhi respons emosional, kognitif, dan motorik pada pasien.
Citicoline adalah obat neuroprotektan eksogen/suplemen otak yang diakui sebagai komponen endogen dan precursor esensial untuk sintesis phosphatidylcholine (komponen utama membran sel saraf), dengan jendela terapeutik yang memanjang.1,2 Pada stroke iskemik akut, citicoline melindungi saraf yang cedera dengan menghambat proses pemecahan membrane sel neuron (peningkatan produksi asetilkolin), memperbaiki membran neuron (donor kolin untuk memperbaiki membran saraf yang cedera), dan menurunkan asam lemak bebas dalam sirkulasi darah. Untuk perbaikan fungsi motorik, citicoline mampu memodulasi pelepasan neurotransmitter utama (tanpa menyebabkan trauma/cedera sekunder pada saraf atau pemecahan/katabolisme membrane sel saraf untuk mendapatkan molekul/gugus kolinnya) yang dibutuhkan pasien untuk mengalami perbaikan pada fungsi motoriknya. Neurotransmiter ini adalah dopamin dan asetilkolin.1
Studi oleh Diana DMI, et al, uji observasional dan retrospektif terkontrol, pada 72 pasien usia 33-75 tahun dengan stroke iskemik akut. Pasien dibagi ke dalam 2 kelompok. Kelompok 1 (n:36) diberikan 500 mg sekali sehari citicoline, bersama dengan terapi standar (oral anti-platelet 100 mg/hari). Kelompok 2 (n:36) hanya diberikan terapi standard. Intervensi diberikan selama 5 hari. Follow up dilakukan pada hari ke-1 dan ke-5 dengan MMTS (Manual Muscle Testing Scale) untuk mengetahui mengenai improvisasi dari fungsi motorik pada pasien ini.2
Studi ini menyimpulkan bahwa pemberian citicoline 500 mg sekali sehari (dengan terapi standar – anti-platelet 100 mg/hari) selama 5 hari pada 36 pasien dengan stroke iskemik akut, memberikan perbaikan pada MMTS (Manual Muscle Testing Scale) lebih signifikan daripada hanya terapi standard, dalam 5 hari pertama.2
Gambar : Ilustrasi (www.pexels.com)
Referensi:
1. Martynov MY, Gusev EI. Current knowledge on the neuroprotective and neuroregenerative properties of citicoline in acute ischemic stroke. Journal of Experimental Pharmacology. 2015;7:17-28.
2. Diana DMI, Irfana L, Levani Y, Marlina U. The effect of citicolin in motoric improvement of acute ischemic stroke patients in sitikhodijahsepanjang hospital. Medical and Health Science Journal. 2020;4:2.