Detail Article
Dosis Tinggi Vitamin C Menurunkan Sitokin Proinflamasi Pasien COVID-19
dr. Esther Kristiningrum
Mar 30
Share this article
d2206349bef84ea091551433cf5c8aa7.jpg
Updated 26/Mar/2021 .

Pasien yang terinfeksi COVID-19 menunjukkan jumlah leukosit yang lebih tinggi, kelainan temuan pernapasan, dan peningkatan kadar sitokin proinflamasi plasma. Beberapa kasus berat yang dirawat di ICU menunjukkan kadar sitokin proinflamasi yang tinggi yang memicu peningkatan spesies oksigen reaktif (ROS) yang menyebabkan kerusakan luas pada lapisan seluler pembuluh kecil (kapiler).


Stres oksidatif pada organisme yang terinfeksi virus memicu oksidasi radikal bebas yang dapat meningkatkan keparahan penyakit. Temuan penting pada pasien COVID-19 adalah parameter inflamasi yang sangat tinggi, meliputi CRP (C-Reactive Protein) dan sitokin proinflamasi IL-6 (Interleukin-6), TNFa (tumor necrosis factor alpha), IL-8 (Interleukin-8). Badai sitokin sangat sering terjadi pada pasien dengan COVID-19 berat. Badai sitokin merujuk pada pelepasan sitokin proinflamasi yang berlebihan dan tidak terkontrol. Kandungan antioksidan dalam sel-sel imun berperan penting dalam melindungi sel dari kerusakan oksidatif dan mempertahankan fungsinya, menjaga integritas dan fungsi membran lipid, protein seluler dan asam nukleat, serta mengontrol transduksi sinyal ekspresi gen.

 

Telah dibuktikan bahwa tanpa antioksidan yang cukup, ROS yang diproduksi oleh sel imun fagositik dapat merusak dirinya sendiri. Antioksidan non-enzimatik seperti vitamin C merupakan antioksidan yang bekerja dengan menetralkan atau mengikat spesies reaktif atau dengan memutus reaksi berantai.

 

Menurut penelitian oleh Bezerra, dkk. tahun 2006 menunjukkan bahwa vitamin C menurunkan respons inflamasi paru dengan menghambat pelepasan TNF-a dan NF-κB (Nuclear Factor Kappa-B). Bukti histopatologis dari kelompok vitamin C menunjukkan bahwa terdapat penurunan nyata pada infiltrasi neutrofil. Pada konsentrasi tinggi, vitamin C juga berperan penting dalam imunomodulasi. Dosis tinggi vitamin C dapat meregulasi proliferasi dan fungsi sel T, sel B, dan sel NK (natural killer). Vitamin C juga meningkatkan sitokin antiinflamasi (IL-10).

 

Studi pustaka telah dilakukan untuk meneliti efek antioksidan vitamin C dosis tinggi terhadap kadar sitokin proinflamasi pada pasien COVID-19. Studi dilakukan pada jurnal terindeks tentang COVID-19, vitamin C, antioksidan dan radikal bebas, reaksi inflamasi akibat infeksi virus terbitan 2015 hingga 2020.

 

Hasil studi didasarkan pada hasil pada uji klinik pada 54 pasien di 3 rumah sakit yang secara acak diberikan vitamin C intravena dosis tinggi atau plasebo dalam 48 jam setelah masuk ICU. Kelompok vitamin C mendapat 12 gram vitamin C/50 mL bacteriostatic water for injection setiap 12 jam selama 7 hari dengan kecepatan 12 mL/jam, dan kelompok plasebo mendapat bacteriostatic water for injection 50 mL setiap 12 jam dengan kecepatan dan durasi hari yang sama. Pemberian vitamin C intravena dosis tinggi menunjukkan penurunan petanda inflamasi dibandingkan plasebo. Kadar IL-6 setelah 7 hari berbeda bermakna antara kedua kelompok ((p=0,04).

 

Dari hasil studi ini menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi menurunkan kadar sitokin proinflamasi, sehingga dapat berperan dalam menurunkan badai sitokin pada pasien COVID-19. (EKM)

 

Gambar: Ilustrasi (by kjpargeter - www.freepik.com)

Referensi:

1. Dewi AMC, Dagradi EM, Wibowo P. The effect of high dose vitamin C (ascorbic acid) on proinflammatory cytokines in COVID-19. Medical and Health Science Journal 2021;05(01).

2. Zhang J, Rao X, Li Y, Zhu Y, Guo G, Luo G, et al. High-dose vitamin C infusion for the treatment of critically ill COVID-19. DOI:10.21203/rs.3.rs-52778/v1


Share this article
Related Articles