Detail Article

Vitamin C Dosis Tinggi pada Pasien COVID-19, Bagaimana Efektivitas dan Keamanannya?

dr. Lydia Febriana
Mar 18
Share this article
19fd9f3e6bef97393cdf80b381a860ff.jpg
Updated 18/Mar/2021 .

Pasien COVID-19 derajat berat dan kritis sering mengalami sesak atau hipoksemia, bahkan dapat dengan cepat berkembang menjadi sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), syok septik, kegagalan organ multipel, dan mengakibatkan kematian yang tinggi. Salah satu penyebabnya, terjadi reaksi inflamasi dengan produksi sitokin yang cepat dan masif/badai sitokin, produksi dari radikal bebas yang menyebabkan cedera endotel dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah, yang menghasilkan peningkatan eksudasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi mengurangi reaksi inflamasi yang terkait dengan sepsis dan sindrom gangguan pernapasan akut. 


Telah dilakukan suatu studi meneliti efisiensi dan keamanan vitamin C dosis tinggi pada COVID-19. Studi tersebut diikuti oleh 76 pasien COVID-19, dengan 48 (63,2%) pasien memiliki diagnosis COVID-19 sedang, dan 28 (36,8%) pasien berat atau kritis, dibagi menjadi grup vitamin C dosis tinggi (vitamin C melalui infus intravena 6 g/12 jam pada hari pertama, dan 6 g/hari untuk 4 hari berikutnya, n = 46) dan grup terapi standar (terapi standar saja, n = 30). Usia rata-rata pasien adalah 61 tahun. Median durasi gejala sebelum terapi adalah 12 hari. Tidak ada pasien yang menerima tindakan ventilasi mekanis pada awal, dan 40 (52,6%) pasien menerima terapi oksigen aliran tinggi atau ventilasi tekanan positif non-invasif.

 

Hasilnya, enam (7,9%) pasien derajat berat atau kritis meninggal pada akhir 28 hari; satu (16,7%) menerima vitamin C dosis tinggi, dan 5 (83,3%) terapi standar. Risiko kematian dalam 28 hari secara siginifikan berkurang dengan vitamin C dosis tinggi vs terapi standar. Risiko mortalitas lebih rendah dengan vitamin C dosis tinggi vs terapi standar, pada pasien dengan penyakit berat atau kritis.

 

Selain itu, 36 (47,4%) pasien menunjukkan perbaikan status dukungan oksigen, 23 (63,9%) dalam grup vitamin C dosis tinggi dan 13 (36,1%) terapi standar. Untuk kasus sedang (n = 48), status dukungan oksigen membaik pada 28 pasien, dan 17 (60,7%) pada grup vitamin C dosis tinggi dan 11 (39,3%) pada grup terapi standar. Untuk pasien dengan penyakit berat atau kritis (n = 28), 8 pasien yang menunjukkan perbaikan status dukungan oksigen, dan 6 (75%) pada grup vitamin C dosis tinggi dan 2 (25%) terapi standar. Selain itu, 31 pasien dapat pulang dari RS, 21 (67,7%) pada grup vitamin C dosis tinggi dan 10 (32,3%) pada grup terapi standar. 



Kegagalan pernapasan lebih banyak pada terapi standar dibandingkan grup vitamin C dosis tinggi. Tidak ada kejadian buruk yang dikaitkan dengan terapi vitamin C dosis tinggi. Vitamin C dosis tinggi dapat menurunkan angka kematian dan meningkatkan status oksigenasi pasien COVID-19, tanpa efek samping signifikan.


Gambar Ilustrasi 

Referensi:

Gao D, Xu M, Wang G, Lv J, Ma X, Guo Y, et al. The efficiency and safety of high-dose vitamin C in patients with COVID-19: a retrospective cohort study. Aging. 2021;13.


Share this article
Related Articles