Detail Article
Krim Berbahan Dasar Minyak Dengan Lactobacillus pentosus KCA1, Bermakna Menurunkan Jumlah Bakteri Penyebab Bau Ketiak pada Subjek Sehat
Dr. Lupiya Wijaya
Feb 24
Share this article
b6cd6b90701cbaaf9fabe730d8052f88.jpg
Updated 23/Feb/2021 .

Bau tidak sedap pada aksilaris/ketiak adalah kondisi frustasi bagi setiap orang. Oleh karena, dapat mempengaruhi sisi psikologis mereka. Mikrobiom bawah ketiak berperan penting dalam pembentukan bau ketiak yang tidak sedap.1,2 Tidak hanya bakteri pada lapisan epidermis, tetapi juga terutama bakteri yang tinggal di kelenjar keringat, pori-pori keringat dan folikel-folikel rambut. Staphylococcus hominis, Corynebacterium tuberculostearicum dan Anaerococcus spp. merupakan kontributor penting pada bau ketiak ini. Namun, semakin bakteri Corynebacterium maka berpotensi memicu bau ketiak yang lebih buruk. 

Studi baru-baru ini menunjukkan adanya adanya peningkatan beberapa bakteri patogen yang memproduksi bau seperti Actinobacteria, Staphylococcus hominis, Staphylococcus hemolyticus, Staphylococcus lugdunensis, Corynebacterium; serta penurunan bakteri non patogen seperti Firmicutes pada subjek sehat dengan bau ketiak. 


Penggunaan alat bantu kosmetik seperti deodorant, dapat membantu mengurangi bau dengan menghambat pertumbuhan bakteri. Akan tetapi, staphylococcus spp dapat kembali tumbuh sangat cepat ketika deodorant sudah tidak digunakan lagi. Di sisi lain, adanya tujuan baru untuk aplikasi probiotik asam laktat pada kulit, termasuk penurunan bau.2 Strain probiotik Lactobacillus pentosus KCA1 berperan dalam mencegah pertumbuhan mikrobiom penyebab bau dan mengganti bakteri tersebut dengan mikrobiom aksilaris non odor.


Studi oleh Onwuliri V et al, dilakukan dengan metode observasional, before-after pada in 25 subjek dewasa sehat (12 pria dan 13 wanita). 25 subjek ini diberikan krim topikal yang berisi live Lactobacillus pentosus KCA1. Terapi ini dilakukan selama 14 hari dan di follow up dengan melakukan swab kulit pada awal dan akhir terapi. Hasil tampak di bawah ini.


Terdapat penurunan Actinobacteria baik pada pria (65% menjadi 38%) maupun wanita (70% menjadi 24%) (p<0,05), dan peningkatan Firmicutes pada pria (24% menjadi 57%) dan wanita (26,6% menjadi 73,9%) secara signifikan (p=0,042). Terdapat penurunan Corynebacterium dari 62,91% menjadi 36,63% (p<0,05). Secara keseluruhan, terdapat peningkatan Lactobacillus dari 0,06% menjadi 23,11% secara signifikan (p=0,006). Secara keseluruhan, terdapat penurunan spesies Staphylococcus yang berhubungan dengan bau, terutama Staphylococcus hominis, Staphylococcus hemolyticus, and Staphylococcus lugdunensis. Hasil di atas menunjukkan bahwa enzim bacterial functional gene‐ Pyridoxal protein yang terlibat dalam biotransformasi prekursor bau menjadi volatile thioalcohols menjadi lebih rendah pasca terapi.


Pada studi ini, dapat disimpulkan bahwa setelah pemberian krim topikal yang berisi Lactobacillus pentosus KCA1 hidup selama 14 hari pada subjek sehat, terdapat peningkatan signifikan Firmicutes (p=0.042) dan Lactobacillus (p=0.006), dengan penurunan Actinobacteria, Corynebacterium, Staphylococcus hominis, Staphylococcus hemolyticus, Staphylococcus lugdunensis dan Bacterial functional gene‐ Pyridoxal protein dependent enzymes (p<0.05).


Gambar: Ilustrasi (sumber: https://www.preview.ph/tag/armpits)

Referensi:

1. Onwuliri V, Agbakoba NR, Anukam KC. Topical cream containing live lactobacilli decreases malodor-producing bacteria and downregulates genes encoding PLP-dependent enzymes on the axillary skin microbiome of healthy adult Nigerians. Journal of Cosmetic Dermatology. 12 Jan 2021.

2. Callewaert C, Lambert J, Wiele TVD. Towards a bacterial treatment for armpit malodour. Experimental Dermatology. 2017;26:388-91.


Share this article
Related Articles