Detail Article
Eritropoietin Berpotensi sebagai Terapi Suportif COVID-19
dr. Laurencia Ardi
Jan 20
Share this article
bbd9f01cac1eecd254f0c57c76bf64be.jpg
Updated 19/Jan/2021 .

Pada kondisi pandemi seperti saat ini, memberikan terapi atau tindakan yang dapat memperbaiki outcome adalah hal yang terpenting. Eritropoietin merupakan hormon yang diproduksi oleh ginjal dan memiliki peran dalam proses hematopoiesis; baru-baru ini beberapa ulasan menunjukkan potensinya sebagai kandidat untuk terapi suportif pada COVID-19. 


Berdasarkan jurnal terbaru yang dipublikasikan di Molecular Medical Journal pada Desember 2020, oleh dr. Hannelare dan kawan-kawan menyebutkan bahwa peran eritropoietin dalam terapi suportif infeksi COVID-19 adalah melalui 3 mekanisme berikut:


Pertama adalah dengan memperbaiki pada beberapa level, seperti paru, batang otak, medula spinalis dan otot pernapasan. Beberapa penelitian pada hewan coba menunjukkan efek manfaat dari eritropoietin pada acute lung injury dan acute respiratory distress syndrome (ARDS). EPO tampaknya mempunyai aktivitas pleiotropik di paru melalui perlindungan terhadap integritas sel epithelial dan endotel paru serta menurunkan edema interstisial paru dan epithelial alveolar yang terkait dengan fungsi oksigenasi paru. Hal ini dapat dicapai melalui modulasi pada berbagai jalur yang terlibat pada apoptosis, inflamasi. dan peroksidasi, sehingga dapat mengembalikan keseimbangan secara keseluruhan. 


Selain itu, EPO juga mempunyai perlindungan terhadap pembuluh darah melalui angiogenesis. Kedua, dengan mencegah terjadinya peradangan yang disebabkan oleh badai sitokin. Reseptor eritropoietin diekspresikan pada berbagai macam sel imun, sehingga dapat secara langsung memodulasi aktivasi, diferensiasi, dan fungsinya. Pelepasan fagosit pada pernapasan dapat merangsang aktivasi eritropoietin untuk memperbaiki inflamasi akut. Baik imunomodulasi maupun anti-inflamasi yang dimiliki oleh eritropoietin dapat menjadi salah satu manfaat pada COVID-19 yang berat. Faktanya, terapi kombinasi eritropoietin sebagai anti-inflamasi dengan antivirus juga lebih efektif, dan anemia sebagai salah satu efek samping pemberian antivirus dapat dicegah. 


Ketiga, efek neuroprotektif dan neuroregeneratif pada otak dan sistem saraf pusat. Manifestasi neurologi pasien COVID-19 makin banyak dilaporkan, terutama pada kasus yang berat. Pada otak hewan mamalia, reseptor eritropoietin dan eritropoetin diregulasi berdasarkan kondisi patologinya, sebagai contoh trauma otak karena berbagai penyebab, eritropoietin berperan sebagai anti-apoptosis, neuroprotektif, dan neurogeneratif.  


Penggunaan eritropoietin pada COVID-19 dilaporkan dalam bentuk laporan kasus di Iran, yang menyebutkan bahwa pasien COVID-19 yang diberikan eritropoietin dapat memperpendek lama perawatan di RS. Laporan kasus berikutnya dari Amerika Selatan menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi COVID-19 dengan kadar eritropoietin tinggi maka gejala yang muncul tidak terlalu berat. 


Berdasarkan hipotesis mekanisme dan laporan kasus yang ada, sepertinya bahwa eritropoietin dapat menjadi salah satu kandidat terapi suportif pada COVID-19. Akan tetapi, tentunya memerlukan penelitian lebih lanjut, dengan skala yang lebih besar dan metode penelitian yang lebih baik untuk mengonfirmasi perannya pada kasus ini.



Image: Ilustrasi (sumber: https://www.freepik.com/)

Referensi:

1. Ehrenreich, H, Weissenborn K, Begemann M, Busch M, Vieta E, Miskowiak KW. Erythropoietin as candidate for supportive treatment of severe COVID-19. Molecular Medicine 2020 Dec;26:58.

2. Hadadi A, Mortezazadeh M, Kolahdouzan K, Alavian G. Does recombinant human Erythropoietin administration in critically ill COVID-19 patients have miraculous therapeutic effects?. J Med Virol 2020 Jul;92(7):915-18.


Share this article
Related Articles