Sistem imun melindungi kulit dari bahaya baik mikroba, fisik, maupun kimia. P. acnes dapat mengaktifkan reaksi imun bawaan pada sebosit, keratinosit, dan monosit dalam darah. P. acnes mengaktifkan Toll-like receptor 2 (TLR-2) yang dapat mengubah konten lipid di sebum, dan kemudian mengaktifkan beberapa sitokin proinflamasi termasuk dalam lesi akne, seperti interleukin (IL-1β, IL- 1α, IL-12I, dan L-8), tumor necrosis factor-α (TNF-α), dan interferon-γ (IFN-γ).
Antibiotik oral seperti tetrasiklin, minosiklin, doksisiklin, eritromisin, dan kombinasi trimetoprim/sulfametoksazol adalah terapi yang umum untuk akne derajat sedang hingga berat, karena dapat menurunkan P. acnes dan memiliki efek antiinflamasi. Antioksidan diperlukan untuk menetralkan reactive oxygen species (ROS) yang terbentuk pada proses inflamasi. Vitamin C merupakan antioksidan penting yang dapat melindungi kulit dari ROS. Selain itu, vitamin C juga dapat merangsang produksi kolagen, mengurangi hiperpigmentasi pasca-inflamasi, mempercepat penyembuhan luka, dan menurunkan aktivasi berbagai sitokin proinflamasi seperti TNF‑α, IL-1, IL6, dan IL8. Suatu studi menunjukkan bahwa kombinasi antibiotik (doksisiklin) dan antioksidan (vitamin C) pada terapi pasien akne derajat sedang-berat, lebih efektif dalam memberikan respons secara klinis ataupun imunologis.
Suatu studi acak oleh Shubber, dkk. di Irak, diikuti oleh 30 pasien akne vulgaris dan 30 kontrol sehat (usia 14-30 tahun). Pasien akne vulgaris terdiri dari klinis akne sedang sampai berat, yang kemudian dibagi menjadi dua grup: grup yang diobati dengan doksisiklin 100 mg sekali sehari (n = 15) dan grup yang diobati dengan doksisiklin 100 mg sekali sehari dalam kombinasi dengan tablet kunyah vitamin C 500 mg sekali sehari (n = 15) selama 30 hari. Setelah 1 bulan terapi, respons dievaluasi secara klinis dan imunologis dengan mengukur konsentrasi sitokin proinflamasi (IL-8, IL-1β, IFN-γ, TNF-α, dan TLR-2) dengan menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay/ELISA.
Terjadi peningkatan yang signifikan pada kadar IL-8, IL-1β, IFN-γ, TNF-α, dan TLR-2 pada pasien akne dibandingkan dengan kontrol (p ≤ 0,001) pada baseline. Respons klinis pada grup doksisiklin, yaitu baik (33 %), sedang (47 %), dan buruk (20 %); sedangkan pada grup doksisiklin + vitamin C adalah baik (47 %), sedang (47 %), dan buruk (6%). Hasil imunologi menunjukkan bahwa rerata kadar IL-1β, IL-8, IFN-γ, TNF-α, dan TLR-2 serum lebih rendah pada grup doksisiklin + vitamin C dibandingkan grup doksisiklin tunggal.
Dari studi tersebut disimpulkan bahwa kadar IL-8, IL-1β, IFN-γ, TNF-α, dan TLR-2 serum cenderung meningkat pada pasien dengan klinis akne sedang dan berat dibandingkan dengan individu sehat. Kombinasi doksisiklin ditambah vitamin C lebih efektif dalam memberikan respon secara klinis maupun imunologis, dengan mengurangi kadar IL-8, IL-1β, IFN-γ, TNF-α, dan TLR-2 serum dibandingkan dengan doksisiklin saja.
Referensi:
Shubber ZIJ, Al mukhtar EJ, Al-Shibly IK, Clinical and immunological response to doxycycline versus doxycycline plus vitamin C in patients with acne vulgaris. IJPQA. 2020;11(1).