Detail Article
Ibu dengan COVID-19, Apakah Boleh Menyusui Anaknya?
dr. Fitri Afifah
Sep 16
Share this article
8bada33cd2f3b622affe7d6f567d938d.jpg
Updated 16/Sep/2020 .

Menyusui adalah landasan bayi untuk bertahan hidup, landasan pertumbuhan dan perkembangan bayi, serta menjaga kesehatan ibu. UNICEF menyuarakan 1000 hari pertama kehidupan sebagai fondasi kesehatan seseorang di sepanjang hidupnya, periode ini dimulai sejak konsepsi hingga usia 2 tahun, dengan mencakup pemberian ASI (air susu ibu).

World Health Organization (WHO) merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan yang dibarengi dengan pemberian makanan pendamping ASI setelah usia 6 bulan. Kontak skin-to-skin, rawat gabung setelah persalinan, dan inisiasi menyusui dini dapat memperbaiki kemampuan bayi untuk bertahan hidup dan menurunkan angka morbiditas.

Saat ini perhatian mulai teralihkan pada apakah ibu yang terinfeksi COVID-19 dapat mentransmisikan virus SARS-CoV-2 kepada bayi atau balitanya saat menyusui. Rekomendasi kontak ibu dan bayi dan menyusui harus berdasarkan pertimbangan penuh bukan hanya dari potensi koinfeksi COVID-19 pada bayi tapi juga dari risiko morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan tidak mendapat ASI, susu formula yang tidak cocok, dan tidak mendapat efek proteksi dari kontak skin-to-skin.


Sebuah bukti ilmiah berupa systematic review yang mengikuti panduan dari Cochrane handbook of systematic review, banyak penelitian yang terkait COVID-19 pada ibu menyusui dan mendapatkan 153 catatan kesehatan ibu yang menderita COVID-19 serta bayinya sesuai dengan kriteria penelitian. Sebanyak 46 ibu yang terinfeksi COVID 19 memberikan sampel ASI, 13 bayi di antaranya juga terkonfirmasi COVID-19. ASI dari 43 ibu negatif virus COVID-19 sedangkan sampel dari 3 ibu terdeteksi mengandung partikel virus melalui pemeriksaan RT-PCR. Di antara 3 bayi yang ASI dari ibunya positif terdapat partikel RNA virus, namun bukan virus hidup, hanya 1 bayi yang positif COVID-19, satu bayi tetap disusui, dan bayi baru lahir lainnya diberi ASI setelah partikel RNA virus tidak lagi terdeteksi. Pada satu bayi yang positif COVID-19, masih tidak jelas rute dan sumber infeksi bayi tersebut, misalnya dari ASI atau dari droplet selama kontak erat dengan ibunya.


Deteksi RNA virus COVID-19 pada ASI tidak sama dengan temuan virus hidup dan infektif. Transmisi virus COVID-19 membutuhkan virus yang infeksius dan bereplikasi secara aktif untuk dapat mencapai targetnya di dalam bayi dan juga harus berhasil melawan sistem imun bayi. Bila pada kemudian hari virus COVID-19 dari ASI tampak memiliki kemampuan untuk bereplikasi di dalam kultur sel, virus tersebut harus bisa mencapai sel target di dalam bayi dan harus melawan sistem pertahanan bayi untuk dapat terjadi transmisi COVID-19.


Adanya imunoglobulin A (IgA) pada ASI adalah salah satu keuntungan yang didapat dari menyusui. Menyusui dapat melindungi bayi dari infeksi dan kematian. Sebuah artikel lainnya juga melaporkan respons imun dari imunoglobulin A terhadap virus COVID-19 ditemukan pada 12 dari 15 sampel ASI dari ibu yang terkonfirmasi menderita infeksi COVID-19. Belum ada laporan temuan lebih lanjut khususnya terhadap efek, durasi, dan proteksi terhadap COVID-19 pada bayi.


Implikasi risiko transmisi COVID-19 melalui prevalensi pada ibu menyusui perlu dipetakan, termasuk keparahan infeksi COVID-19 pada bayi ketika terjadi transmisi bila dibandingkan dengan konsekuensi pemisahan bayi baru lahir dan bayi dengan ibunya. Anak-anak juga tampak dalam risiko rendah COVID-19. Di antara beberapa kasus COVID-19 terkonfirmasi pada anak, sebagian besar hanya mengalami sakit ringan atau bahkan asimptomatis. Hal ini juga terjadi pada penyakit zoonosis yang sebelumnya sudah ada seperti (SARS-CoV dan MERS-CoV), yang berdampak rendah pada anak-anak dan tidak umum terjadi pada anak-anak. Virus tersebut juga menyebabkan sedikit gejala dan bersifat ringan pada anak-anak bila dibandingkan dengan dewasa.


Kontak skin-to-skin ibu dan bayi memfasilitasi menyusui dan memperbaiki thermoregulasi, kontrol gula darah dan perlekatan ibu-bayi, serta menurunkan risiko mortalitas dan infeksi berat pada bayi berat lahir rendah (BBLR). Lebih jauh dari periode neonatus, efek positif kedekatan ibu dan anak akan mencakup pola tidur yang lebih baik, kejadian masalah perilaku yang lebih rendah pada bayi yang interaksi parenteral ibu-anak yang lebih baik. Risiko mortalitas 14 kali lebih tinggi pada bayi yang tidak mendapat ASI dibandingkan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Bila semua bayi usia 0-23 bulan mendapat ASI secara optimal, 820.000 nyawa bayi bisa diselamatkan setiap tahunnya. Bagi ibu, menyusui dapat melindungi ibu dari kanker payudara, kanker ovarium, dan DM tipe 2.


Saat ini, masih diperlukan data untuk menyimpulkan ada atau tidaknya transmisi vertikal COVID-19 melalui ASI. Pada balita, risiko infeksi COVID-19 relatif rendah, infeksi pun bersifat ringan atau asimptomatis, sedangkan konsekuensi tidak disusui ASI atau pemisahan ibu dan bayi dapat berdampak signifikan. Hal ini menjelaskan risiko ancaman kesehatan dan kelangsungan hidup dari infeksi COVID-19 pada balita dan anak-anak relatif lebih rendah dari infeksi lainnya yang diproteksi oleh ASI. Manfaat ASI, asuhan ibu, dan interaksi ibu dan bayi mencegah infeksi dan meningkatkan kesehatan dan perkembangan yang penting bagi bayi. Kelangsungan usaha pencegahan dan kontrol infeksi sangat penting untuk mencegah transmisi kontak antara ibu yang dicurigai atau telah terkonfirmasi COVID-19 dan bayi dan balita.


Dari data yang tersedia, WHO merekomendasikan inisiasi menyusui dini (IMD) dan meneruskan memberikan ASI pada bayi dan anak termasuk pada ibu yang dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19. CDC masih belum bisa membuktikan ibu yang terkonfirmasi COVID-19 bisa mentransmisikan virus melalui ASI, data yang terbatas menyebutkan hal ini tidak mungkin terjadi.

Ibu yang terkonfirmasi menderita COVID-19 diberi konseling untuk melakukan langkah pencegahan demi menghindari penyebaran virus ke bayinya, termasuk mencuci tangan dan menggunakan masker. CDC juga merekomendasikan langkah-langkah yang harus dilakukan bila ibu memiliki gejala atau terkonfirmasi COVID-19. Langkah-langkah tersebut adalah cuci tangan setiap sebelum menyentuh bayi; gunakan kain yang menutupi wajah saat menyusui langsung. Cuci tangan sebelum menyentuh bagian pompa atau botol dan bersihkan setiap bagian setiap selesai menggunakan.


Silakan baca juga: Lactamor, Membantu melancarkan Air Susu Ibu (ASI)

Image: Ilustrasi

Referensi:

  1. World Health Organization. Clinical management of COVID-19: Interim guidance. Geneva, Switzerland: World Health Organization; 2020.
  2. Sankar MJ, Sinha B, Chowdhury R, Bhandari N, Taneja S, Martines J, et al. Optimal breastfeeding practices and infant and child mortality: A systematic review and meta-analysis. Acta Paediatric 2015;104:3–13.
  3. Tam PC, Ly KM, Kernich ML, Spurrier N, Lawrence D, Gordon DL, et al. Detectable severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) in human breast milk of a mildly symptomatic patient with coronavirus disease 2019 (COVID-19). Clinical Infectious Diseases. 2020 May 30.
  4. Center of Disease Control and Prevention (CDC). Coronavirus disease (COVID-19): Breastfeeding. United States: Center of Disease Control and Prevention; 2020.


Share this article
Related Articles