Manfaat asam amino rantai cabang (BCAA/branched chain amino acid) pada metabolisme protein dan status gizi pasien dengan penyakit hati kronik telah diketahui. BCAA asam amino aromatik serum yang lebih rendah dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk pada pasien dengan penyakit hati lanjut. Penelitian berikut ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas jangka panjang dari suplementasi BCCA oral
Manfaat asam amino rantai cabang (BCAA/branched chain amino acid) pada metabolisme protein dan status gizi pasien dengan penyakit hati kronik telah diketahui. Dalam kondisi sirosis hati, penurunan kadar BCCA akan menghambat sintesis dan pergantian protein. Rasio BCAA asam amino aromatik serum yang lebih rendah dikaitkan dengan prognosis yang lebih buruk pada pasien dengan penyakit hati lanjut. Penelitian berikut ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas jangka panjang dari suplementasi BCCA oral dengan menganalisis skor model for end-stage liver disease (MELD) dan terjadinya komplikasi pada penyakit hati lanjut.
Pasien yang didiagnosis dengan sirosis hati dengan skor Child-Pugh (CP) 8-10 dilibatkan dalam penelitian ini. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok BCAA yang mengonsumsi BCAA setiap hari selama setidaknya 6 bulan, dan kelompok kontrol yang mengonsumsi makanan tanpa suplemen BCAA. Parameter yang dinilai dalam penelitian adalah skor MELD (model for end-stage liver disease), skor CP, insidens komplikasi terkait sirosis, dan durasi bebas kejadian selama 2 tahun. Child Pugh dan MELD adalah sistem penilaian untuk menilai tingkat keparahan penyakit hati kronik, menentukan prognosis dan prioritas dalam menerima transplantasi hati. Semakin tinggi nilai skor maka semakin buruk progresivitas penyakit hati yang terjadi.
Saat ini United Network for Organ Sharing (UNOS) dan Eurotransplant for prioritizing allocation of liver transplants lebih banyak menggunakan skor MELD dibandingkan dibandingkan Child Pugh karena dinilai lebih baru dan lebih baik.
Di antara 867 pasien yang direkrut, terdapat 307 subjek (166 pada kelompok BCAA dan 141 pada kelompok kontrol) yang dianalisis. Kelompok BCAA dibagi menjadi 3 subkelompok, yaitu kelompok yang mengonsumsi 4,15 g, 8,3 g, atau 12,45 g/hari BCAA. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam skor CP, albumin, dan ensefalopati hepatik di antara 2 kelompok pada kondisi awal. Setelah mencocokkan jumlah skor (dengan menggunakan metode propensity score matching untuk mengurangi bias saat analisis), dilakukan analisis pada pasien dari kelompok BCAA-12,45 g (12,45 g BCAA setiap hari, n = 41) dan kelompok kontrol (n = 41).
Hasilnya antara lain skor MELD mengalami perbaikan secara signifikan pada kelompok BCAA-12,45g dibandingkan dengan kelompok kontrol (p = 0,004). Perubahan kadar serum bilirubin (p= 0,014) dan skor CP (p = 0,033) secara signifikan lebih baik pada kelompok BCAA. Jumlah kejadian komplikasi terkait sirosis (p = 0,973) dan berkembangnya karsinoma hepatoseluler (masing-masing 2 kasus) tidak berbeda secara signifikan di antara kedua kelompok.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa suplementasi asam amino rantai cabang/ BCAA oral jangka panjang dengan dosis 12,45 g/hari selama 6 bulan memberikan manfaat pada pasien dengan sirosis hati lanjut. Penelitian prospektif skala besar lebih lanjut diperlukan untuk menggali lebih jauh manfaat ini.
Image : Ilustrasi
Referensi:
Park JG ,Tak WY, Park SY, Kweon YO, Jang SY, Lee YR, et al. Effects of branched-chain amino acids (BCAAs) on the progression of advanced liver disease: A Korean nationwide, multicenter, retrospective, observational, cohort study. Medicine. 2017;96(24):e6580. 10.1097/MD.0000000000006580.