Glutathione merupakan antioksidan kuat dengan anti-melanogenik tambahan yang dikenal sebagai pencerah kulit sistemik. Glutathione adalah jenis thiol-triopeptida dengan berat molekul rendah untuk mempertahankan keseimbangan redox. Beberapa data penelitian yang ada memberikan hasil yang cukup baik dan aman terkait penggunaan glutathione oral dan topikal.
Saat ini masyarakat, khususnya dengan warna kulit yang lebih gelap, menggunakan berbagai produk untuk memutihkan kulitnya. Hidrokuinon, AHA/BHA, tretinoin, mequinol, arbutin, vitamin C, dan ekstrak kedelai merupakan bahan pemutih yang banyak digunakan untuk terapi melasma. Antioksidan oral seperti vitamin C, vitamin E, asam traneksamat, flavonoid, dan berbagai ekstrak botanical sudah dicoba untuk menangani melasma dan gangguan hiperpigmentasi, tapi belum terbukti memberikan efek pencerah kulit secara keseluruhan.
Glutathione merupakan antioksidan kuat dengan anti-melanogenik tambahan yang dikenal sebagai pencerah kulit sistemik. Glutathione adalah jenis thiol-triopeptida dengan berat molekul rendah untuk mempertahankan keseimbangan redox. Saat ini diketahui bahwa pemberian glutathione IV sudah disetujui untuk digunakan pada kelainan sistemik seperti alcoholic fatty liver, alcoholic liver fibrosis, alcoholic liver cirrhosis, dan alkoholic hepatitis.
Dua penelitian glutathione oral dilakukan di Thailand dan Filipina dengan dosis 500 mg/hari. Efikasi primer yang dinilai adalah kadar melanin pre- dan post-terapi. Penelitian di Thailand menggunakan 60 orang sehat untuk melihat penurunan melanin pada kelompok dengan glutathione. Penelitian label terbuka, single-arm pilot, pada 30 subjek wanita sehat dengan tipe kulit Fitzpatrick IV atau V menggunakan sediaan glutathione buccal lozenges menghasilkan penurunan indeks melanin pada pajanan sinar matahari dan pada daerah yang terlindungi dari sinar matahari hingga 90% dari evaluasi global. Penelitian acak, tersamar ganda, dengan kontrol plasebo, pada 30 wanita sehat Filipina juga menunjukkan penurunan signifikan indeks melanin dengan glutathione dibandingkan dengan plasebo tanpa efek samping.
Glutathione oral saat ini masuk ke dalam ‘Generally Recognized as Safe (GRAS)’ oleh FDA Amerika. Karena glutathione oral dikenal memiliki bioavailibilitas yang rendah pada manusia, sehingga direkomendasikan pemberian glutathione secara IV untuk mencapai level terapeutik pada darah dan menghasilkan kulit yang lebih putih secara ‘instan’, walaupun efikasi pemberian glutathione secara IV masih sedikit diteliti. Dosis pemberian glutathione IV yang direkomendasikan adalah 600-1200 mg yang diinjeksikan setiap minggu atau 2x seminggu.
Efek samping yang dapat muncul dengan pemberian glutathione IV adalah reaksi pada kulit, nyeri pada area abdominal pada pasien yang diberikan glutathione 2x seminggu, disfungsi tiroid, disfungsi ginjal hingga potensi gagal ginjal, disfungsi hati, dan komplikasi letal seperti emboli udara, infeksi karena darah, dan potensi sepsis karena teknik injeksi yang kurang tepat/steril dengan menggunakan jarum yang tidak steril.
Kesimpulan:
Walaupun masih sedikit bukti yang meyakinkan mengenai penggunaan glutathione untuk terapi hiperpigmentasi dan masih banyak kontroversi terkait penggunaannya, beberapa data penelitian yang ada memberikan hasil yang cukup baik dan aman terkait penggunaan glutathione oral dan topikal. Penggunaan glutathione secara IV juga bermanfaat untuk memperbaiki warna kulit atau pigmentasi berlebih.
Image : https://www.pexels.com/photo/beautiful-black-and-white-face-female-458388/
Referensi:
1.Sonthalia S, Jha AK, Lallas A, Jain G, Jakhar D. Glutathione for skin lightening: A regnant myth or evidence-based verity? Dermatol Pract Concept. 2018;8(1):15-21.
2.Murray RK. Metabolism of xenobiotics. In: Murray RK, Bender DA, Botham KM, Kennelly PJ, Rodwell VW, Weil PA, eds. Harper’s illustrated biochemistry. 28th ed. Michigan: McGraw-Hill; 2009 .p. 612-3.
3.Sonthalia S, Sarkar R. Glutathione for skin lightening: An update. Pigment Int. 2017;4:3-6.
4.Sonthalia S, Daulatabad D, Sarkar R. Glutathione as a skin whitening agent: Facts, myths, evidence and controversies. Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2016;82:262-72.