Kanker payudara metastasis/ penyebaran HER2 positif dikaitkan dengan tingginya kejadian metastasis/ penyebaran ke sistem saraf pusat yang mana hal ini umumnya terkait dengan survival yang buruk dan pengaruh negatif terhadap kualitas hidup. Diagnosis metastasis ke sistem saraf pusat meningkat dengan berjalannya waktu, mungkin karena adanya perbaikan dalam deteksi dan survival yang lebih panjang terkait dengan terapi target HER2 selama 2 dekade terakhir.
Analisis data dari studi observasional, prospektif dari registHER pada pasien kanker payudara metastatik HER positif menunjukkan bahwa regimen berbasis trastuzumab dikaitkan secara bermakna dengan peningkatan overall survival (OS) pada pasien dengan metastasis ke sistem saraf pusat.
Beberapa terapi target HER2 lain telah disetujui untuk kanker payudara metastasis HER2 positif, seperti lapatinib di tahun 2007; pertuzumab di tahun 2012; dan trastuzumab emtansine (T-DM1) di tahun 2013. Kombinasi pertuzumab dengan trastuzumab dan taxane dikatakan memperpanjang progression free survival (PFS) dan OS pasien kanker payudara metastatik HER2 positif. Selain itu, kombinasi ketiga obat tersebut dikatakan menunda onset metastasis ke sistem saraf pusat.
Studi SystHERs merupakan studi observational cohort, prospektif, multicenter, US-based yang didesain untuk eksplorasi pola terapi real world dan outcome pasien dengan kanker payudara metastasis HER2 positif. Dalam studi ini, peneliti melaporkan pola terapi, outcome klinis, dan outcome yang dilaporkan pasien.
Hasil dari studi ini yaitu: Di antara 977 pasien yang memenuhi syarat, metastasis pada sistem saraf pusat dijumpai pada 8,9% dari pasien saat diagnosis awal kanker payudara metastasis, 21,7% dari pasien setelah diagnosis kanker payudara metastasis, dan tidak dijumpai pada 69,4% dari pasien.
Pasien orang kulit putih dan usia lebih muda, dan mereka dengan kanker payudara metastasis rekuren dan reseptor hormon negatif, lebih berisiko mengalami metastasis ke sistem saraf pusat.
Saat didiagnosis metastasis ke sistem saraf pusat, pasien lebih sering diberikan terapi lini pertama dengan lapatinib (23% vs 2,5%) dan trastuzumab (70,1% vs 92,8%) dibandingkan pasien tanpa metastasis ke sistem saraf pusat.
Risiko kematian lebih tinggi pada pasien dengan metastasis ke sistem saraf pusat saat atau setelah diagnosis (median OS 30,2 bulan saat dan 38,3 bulan setelah didiagnosis kanker payudara metastasis) dibandingkan tanpa metastasis ke sistem saraf pusat (median OS tidak dapat diperkirakan). Median PFS pada pasien dengan metastasis ke sistem saraf pusat saat diagnosis adalah 9,2 bulan, setelah diagnosis adalah 9,9 bulan, dan tanpa metastasis ke sistem saraf pusat adalah 19,1 bulan.
Pasien dengan metastasis ke sistem saraf pusat saat diagnosis memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dibandingkan tanpa metastasis ke sistem saraf pusat.
Kesimpulan dari studi ini adalah pasien dengan metastasis ke sistem saraf pusat masih memiliki prognosis yang buruk dan gangguan dalam kualitas hidup walaupun telah terdapat perkembangan dalam terapi target HER2. Pengamatan terhadap metastasis sistem saraf pusat tampak mempengaruhi pilihan terapi target HER2.
Image: Ilustrasi (sumber: https://www.nih.gov/)
Referensi:
1. Hurvtiz SA, O’Shoughnessy J, Mason G, Yardley DA, Jahanzeb M, Brufsky A, et al. Central nervous system metastasis in patients with HER2-positive metastatic breast cancer: Patient characteristics, treatment, and survival from SystHERs. Clin Cancer Res. 2018 doi: 10.1158/1078-0432.CCR-18-2366.
2. Gori S, Rimondini S, De Angelis V, Colozza M, Bisagni G, Moretti G, et al. Central nervous system metastases in HER-2-positive metastatic breast cancer patients treated with trastuzumab: Incidence, survival, and risk factors. The Oncologist 2007;12(7):766-73.