Penyakit hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B dan cenderung bersifat kronik, dan dapat meningkatkan risiko sirosis dan karsinoma hati. Terapi pencegahan progresi infeksi ini terus dikembangkan, salah satunya melalui terapi dengan analog-nukleos(t)ida jangka panjang.
Diketahui bahwa golongan analog nukleos(t)ida mampu menghentikan inflamasi dan progresi fibrosis hati yang disebabkan oleh hepatitis B kronik. Entecavir dan tenofovir menjadi terapi analog lini pertama dan beberapa studi menunjukkan bahwa entecavir dapat menurunkan risiko karsinoma hati pada populasi Asia dan Amerika (tanpa sirosis), jika dibandingkan dengan pasien tidak terkontrol (HR 0,37-0,55).
Pada tahun 2016, Su TH, et al, melakukan studi nationwide, kohort, multisenter, retrospektif-prospektif, terkontrol plasebo, pada 1818 pasien dewasa usia 47-62 tahun yang baru terdiagnosis HBV kronik dengan sirosis, yang dibagi ke dalam 2 kelompok yakni 1315 orang kelompok diberikan entecavir 0,5 mg sebanyak 1x/hari; dan 503 orang kelompok kontrol. Intervensi dilakukan selama 4-6 tahun dengan follow-up setiap 3-6 bulan kadar serum SGPT, HBV-DNA, kadar serum AFP (alfa-feto protein), dan skor child-pugh.
Didapatkan hasil bahwa pemberian jangka panjang (4-6 tahun) entecavir pada 1315 pasien hepatitis B kronik dengan sirosis dan HBV DNA > 2.000 IU/mL, menunjukkan bahwa entecavir secara signifikan menurunkan risiko karsinoma hati sebesar 60% (HR: 0,40; P<0,0001), perdarahan varises (P=0,03), peritonitis bakterial spontan (P=0,009), dan mortalitas penyakit hepatitis (P=0,0003). Resistensi entecavir hanya 0,3% (sekitar 4 pasien).
Image : Ilustrasi
Referensi:
1. Su TH, Hu TH, Chen CY, Huang YH, Chuang WL, Lin CC, et al. Four-year entecavir therapy reduces hepatocellular carcinoma, cirrhotic events, and mortality in chronic hepatitis B patients. Liver Diseases Consortium. 2016.
2. Choi J, Kim HJ, Lee J, Cho S, Ko MJ, Lim YS. Risk of hepatocellular carcinoma in patients treated with entecavir vs tenofovir for chronic hepatitis B. A Korean Nationwide Cohort Study. JAMA Oncology. 2018.