
Striae distensae (SD) adalah bekas luka kulit atrofi yang meluas dan dapat berdampak buruk pada kesehatan mental. Meskipun patogenesis SD belum jelas, perkembangannya diyakini terkait dengan perubahan komponen matriks ekstraseluler esensial, seperti fibrilin, elastin, dan kolagen, yang berperan penting dalam menjaga tension resistance dan elastisitas kulit.
Pada kulit striae distensae (SD), terdapat peningkatan signifikan kadar glikosaminoglikan dan penurunan pada serat fibrilin pada perbatasan dermo-epidermal. Selain itu, terdapat perubahan dalam susunan serat elastin dan fibrilin di dalam lapisan dermis yang lebih dalam.
Meskipun berbagai terapi untuk SD telah diusulkan, namun belum ada pengobatan "gold standart" yang diterima secara universal. Beberapa penelitian telah mengkaji potensi polydeoxyribonucleotide (PDRN) dan polinukleotida (PN) dalam perbaikan jaringan, penyembuhan luka, angiogenesis, dan anti-inflamasi, menunjukkan efektivitasnya dalam studi in vitro dan in vivo. Penyuntikan polinukleotida yang murni dari gonad ikan trout ke dalam dermis telah terbukti merangsang pertumbuhan dan vitalitas fibroblas kulit, serta membantu restrukturisasi matriks kulit. Teknik ini menghasilkan peremajaan komponen kulit seperti kolagen, serat elastin, dan glikosaminoglikan, menunjukkan potensinya untuk meningkatkan regenerasi kulit.
Penelitian oleh dr. Manida dan kolega dilakukan untuk mengevaluasi potensi aplikasi injeksi polinukleotida di area perut untuk mengatasi striae distensae, yang didasarkan pada kemampuan polinukleotida yang diketahui dapat merangsang produksi kolagen dan elastin. Dengan demikian, dihipotesiskan bahwa injeksi polinukleotida dapat memperbaiki atrofi kulit, yang pada akhirnya mengatasi striae distensae. Studi ini melibatkan 10 relawan berusia antara 20 hingga 65 tahun yang telah mengalami striae distensae di perut selama lebih dari 12 bulan. Polinukleotida yang berasal dari DNA salmon. Area spesifik striae distensae di perut, berukuran 8 cm x 8 cm (64 cm persegi), dipilih untuk perawatan. Area ini dipilih agar sesuai dengan dimensi kamera Antera 3D yang digunakan dalam penelitian. Injeksi dilakukan pada sesi awal, minggu ke-4 dan minggu ke-8. Evaluasi lanjutan dilakukan pada minggu ke-12 dan ke-20. Fotografi digital dan analisis Antera 3D dilakukan pada awal, 4 minggu, 8 minggu, 12 minggu, dan 20 minggu setelah injeksi untuk menilai volume, kekasaran, lebar, dan melanin. Penilaian juga dilakukan oleh seorang dermatologi menggunakan Skala Bekas Luka Manchester.
Hasilnya:
- Usia rata-rata peserta adalah 42,30 ± 13,37 tahun, berkisar antara 22 hingga 63 tahun.
- Selama periode penelitian, volume striae distensae (mm³) menunjukkan penurunan yang stabil dari 2,54 ± 1,35 menjadi 1,97 ± 1,00, 1,69 ± 0,98, 1,66 ± 0,80, dan 1,37 ± 0,69 setelah evaluasi minggu keempat, kedelapan, kedua belas, dan kedua puluh, secara berturut-turut. Terdapat penurunan volume yang signifikan secara statistik pada minggu keempat, kedelapan, kedua belas, dan kedua puluh evaluasi.
- Kekasaran striae distensae menunjukkan penurunan bertahap dari awal 47,45 ± 14,77 menjadi 44,89 ± 14,23 dan 39,68 ± 11,22 setelah minggu keempat dan kedelapan evaluasi, secara berturut-turut. Penurunan kekasaran yang signifikan secara statistik diamati pada minggu kedelapan dan kedua puluh evaluasi.
- Lebar striae distensae (mm) menunjukkan pengurangan awal dari awal 2,24 ± 0,54 menjadi 2,10 ± 0,37 pada minggu keempat.
- Tingkat melanin pada striae distensae pada minggu keempat, kedelapan, kedua belas, dan kedua puluh tidak berbeda secara signifikan dari nilai awal 0,30 dan 0,31. Tidak ada perubahan signifikan secara statistik pada tingkat melanin yang diamati.
- Skala bekas luka Manchester untuk striae distensae menurun dari nilai awal 12,00 ± 1,56 menjadi 7,40 ± 0,97 setelah minggu kedua puluh.
Kesimpulan:
Striae distensae (SD) adalah bekas luka atrofi pada kulit yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Studi ini mengevaluasi efektivitas injeksi polinukleotida dari DNA salmon untuk mengatasi SD pada 10 pasien perempuan. Hasil menunjukkan penurunan signifikan dalam volume, kekasaran, dan lebar SD setelah perawatan selama 20 minggu, tanpa perubahan signifikan pada tingkat melanin. Injeksi polinukleotida efektif mengurangi tanda-tanda SD tanpa efek samping serius.
Gambar: Ilustrasi
Referensi:
Manida S, Sirithanabadeekul P. The efficacy of polynucleotide derived from salmon DNA for the treatment of striae distensae: A pilot study. RSU Int Res Conf 2024 [Internet]. 2024. Available from: https://rsucon.rsu.ac.th/proceeding/article/3297.