
Anterior cervical discectomy and fusion (ACDF) adalah suatu teknik bedah yang sangat efektif untuk penyakit diskus servikalis degeneratif, seperti cervical spondylotic myelopathy (CSM) atau radikulopati. Meskipun autograft tulang iliaka merupakan standar emas untuk ACDF, ada beberapa limitasi terkait morbiditas pada lokasi donor. Untuk mengganti autograft, berbagai jenis bone substitute atau growth factor telah digunakan. Meskipun beberapa bahan bone graft telah digunakan, namun tingkat fusi pada ACDF multilevel masih belum memuaskan.
Recombinant human bone morphogenetic protein-2 (rhBMP-2) adalah suatu growth factor yang memiliki efek osteoinduktif (menstimulasi pertumbuhan tulang) yang banyak digunakan dalam bedah ortopedi. Awalnya, rhBMP-2 yang diturunkan dari sel ovarium hamster Cina (CHO-BMP-2) yang umum digunakan. Namun rhBMP-2 yang diturunkan dari Escherichia coli (E.BMP-2) telah diperkenalkan untuk mengatasi biaya yang tinggi dan hasil produksi yang rendah dari CHO-BMP-2.
Beberapa studi telah melaporkan efikasi dan dosis yang tepat E.BMP-2 pada operasi tulang belakang lumbal untuk meningkatkan tingkat fusi. Namun, belum ada laporan tentang ACDF yang menggunakan rhBMP-2 yang diturunkan dari Escherichia coli (E.BMP-2) dengan hydroxyapatite (HA). Dapat dispekulasikan bahwa risiko pembengkakan jaringan lunak prevertebralis setelah ACDF menggunakan E.BMP-2 dengan hydroxyapatite (HA) sebagai pembawa mungkin lebih rendah dibandingkan dengan pembawa kolagen. Karena afinitasnya yang tinggi terhadap E.BMP-2, HA mungkin dapat mencegah pelepasan awal E.BMP-2 yang berlebihan yang dapat menyebabkan pembengkakan prevertebralis.
Oleh karena itu, suatu studi pendahuluan telah dilakukan untuk meneliti efikasi dan keamanan E.BMP-2 pada ACDF sebelum merancang studi prospektif berskala besar. Dalam studi ini, pasien inklusi adalah pasien yang menjalani ACDF menggunakan 0,3 mg E.BMP-2 dengan HA per segmen untuk terapi penyakit diskus servikalis degeneratif antara Agustus 2019 dan Juli 2020 dan memiliki setidaknya 1 tahun masa tindak lanjut.
Tingkat fusi dianalisis menggunakan computed tomography atau flexion-extension radiographs. Skor VAS untuk nyeri leher dan nyeri lengan serta indeks disabilitas leher diukur sebelum operasi dan akhir tindak lanjut. Dalam kasus cervical spondylotic myelopathy, skor modified Japanese Orthopaedic Association juga dievaluasi. Komplikasi pascaoperasi seperti gangguan jalan napas, disfagia, luka infeksi, defisit neurologis, suara serak, osifikasi heterotopik, seroma, dan keganasan juga diteliti.
Sebanyak 11 pasien dan 21 segmen dianalisis dan menunjukkan bahwa semua hasil klinis meningkat secara signifikan pada akhir tindak lanjut dibandingkan dengan indeks praoperasi (p<0,05). Hanya 1 kasus disfagia dan tidak ada kasus gangguan jalan napas, infeksi luka, defisit neurologis, suara serak, osifikasi heterotopik, seroma, atau keganasan yang diamati selama masa tindak lanjut. Dari 21 segmen, 15 segmen menunjukkan fusi yang solid pada 3 bulan, 4 segmen pada 6 bulan, dan 1 segmen pada 12 bulan setelah operasi. Hanya 1 segmen yang menunjukkan pseudoartrosis yang menghasilkan tingkat fusi 95,2%.
Kesimpulan:
Dari hasil studi tersebut didapatkan bahwa hasil klinis ACDF dapat ditingkatkan dengan menggunakan 0,3 mg E.BMP-2 (Novosis) dengan HA per segmen. Namun, studi prospektif berskala besar perlu dilakukan untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan E.BMP-2 pada ACDF dibandingkan dengan autograft tulang iliaka.
Gambar: Ilustrasi (Sumber: DC Studio-Freepik)
Referensi:
Son HJ, Chang B, Chang S, Park HS, Kim H. Anterior cervical discectomy and fusion using Escherichia coli-derived recombinant human bone morphogenetic protein-2: A pilot study. Clinics in Orthopedic Surgery 2022;14:557-63.