Detail Article
Pregabalin Efektif dalam Mengatasi Berbagai Macam Nyeri Neuropati Kronis
dr. Karen Denisa
Agt 29
Share this article
38f31c9387b7913478fe225c0749e9e8.jpg
Updated 29/Agt/2023 .

Pregabalin dan gabapentin atau dapat disebut dengan gabapentinoid awalnya dikembangkan untuk mengobati epilepsi. Pregabalin memiliki aktivitas sebagai analgetik, antikejang, dan anticemas. Pregabalin juga dapat bekerja pada pre-sinaps untuk menurunkan pelepasan glutamat.


Alfa-2-delta (α2δ) memiliki 4 subunit (α2δ1, α2δ-2, α2δ-3, α2δ-4, dan α2δ-1-3) yang dapat ditemukan di saraf, jantung, dan otot rangka. Pregabalin secara selektif berikatan dengan subunit α2δ-1 dan α2δ-2. Meskipun pregabalin menyerupai gamma-aminobutyric acid (GABA), pregabalin tidak mempengaruhi aktivitas reseptor GABAA ataupun GABAB, serta tidak dikonversi menjadi GABA atau antagonis GABA serta tidak mengganggu uptake dan degradasi GABA.


Pregabalin telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Association) sebagai terapi untuk nyeri neuropati perifer, gangguan cemas menyeluruh, dan epilepsi. Meskipun gabapentinoid merupakan terapi lini pertama untuk nyeri neuropati, pregabalin terbukti lebih paten dibandingkan dengan gabapentin.

 

Penyebab paling sering pada nyeri kronis adalah fibromialgia, diabetic peripheral neuropathy, postherpetic neuralgia, nyeri yang berhubungan dengan trauma medulla spinalis, migrain dan nyeri post-operasi.

1. Fibromialgia

Suatu penyakit idiopatik atau nyeri “nociplastic” yang menyebabkan berbagai kondisi rasa nyeri dengan gejala klinis, seperti alodinia dan hiperalgesia luas. Fibromialgia ditemukan lebih banyak pada wanita dibandingkan dengan pria. Pregabalin direkomendasikan untuk penderita fibromialgia dengan dosis awal 25 mg sampai 50 mg per hari dengan dosis maksimum 300 mg sampai dengan 450 mg per hari. Pregabalin mengurangi nyeri fibromialgia dengan cara menghambat saluran kalsium dan pelepasan neurotransmitter di jalur nyeri asenden. Pregabalin juga mengurangi glutamat dan glutamin pada insula posterior penderita fibromialgia.

2. Diabetic Peripheral Neuropathy

Komplikasi paling sering pada penderita diabetes melitus tipe II sebagai akibat dari kerusakan saraf yang disebabkan oleh tingginya gula darah. Dosis pregabalin 300 mg hingga 600 mg per hari terbukti mengurangi rasa nyeri secara signifikan. Pregabalin mengurangi aktivitas eksitatori saraf aferen utama yang membawa informasi nosiseptif kepada spinal dorsal horn.

3. Postherpetic Neuralgia

Virus Varicella zoster menyebabkan cacar, yang ketika mengalami reaktivasi dari fase laten mengakibatkan herpes zoster yang ditandai dengan ruam nyeri, atau bisa disebut juga dengan shingles. Virus tersebut dapat menyebabkan postherpetic neuralgia yang dapat dirasakan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pregabalin merupakan lini pertama dengan hasil perbaikan yang signifikan dibandingkan gabapentin dan plasebo. Dosis pregabalin yang direkomendasikan adalah 150 mg hingga 600 mg per hari.

4. Trauma Medulla Spinalis

Setelah terjadinya cedera medulla spinalis, pada 2 dari 3 pasien mengalami nyeri neuropati. Sumber dari nyeri neuropati dapat terjadi diatas lokasi cedera, di bawah lokasi cedera, ataupun pada lokasi cedera medulla spinalis. Pregabalin (150-600 mg/hari) efektif dalam mengurangi nyeri neuropati, meningkatkan kualitas tidur, mengurangi kecemasan, dan perbaikan kondisi pasien secara umum.

5. Migrain

Kondisi nyeri kepala berulang, yang disertai mual dan gangguan penglihatan. Kondisi ini dapat terjadi karena genetik, namun dapat juga karena mekanisme lain. Onabotulinumtoxin A merupakan terapi efektif untuk mengobati migrain kronis. Cara kerja onabotulinumtoxin A adalah dengan cara menghambat eksitatori neurotransmitter dengan menghambat synaptic vesicle fusion pada membran plasma. Pregabalin dapat menghambat pelepasan neurotransmitter meskipun memiliki cara kerja yang berbeda dengan onabotulinumtoxin A, sehingga pregabalin dipercaya dapat berpotensi untuk mengobati migrain kronis.

6. Nyeri Post-operasi

Menurut penelitian, dosis tunggal pregabalin (75-150 mg) efektif dalam mengurangi nyeri post-operasi, seperti operasi ortopedi, disektomi lumbar, septoplasty, tiroidektomi, dan histerektomi. Namun, variabel seperti seberapa invasif operasi dan durasi follow-up post operasi seringkali membuat penelitian tersebut menjadi sulit dievaluasi secara meta-analisis.

 

Kesimpulan:

Pregabalin efektif dalam mengatasi nyeri neuropati kronis dan perbaikan kondisi pasien secara umum. Penyebab paling sering pada nyeri kronis adalah fibromialgia, diabetic peripheral neuropathy, postherpetic neuralgia, nyeri yang berhubungan dengan trauma medulla spinalis, migrain, dan nyeri post-operasi.

 

Gambar: Ilustrasi

Referensi:

Alles SRA,  Cain  SM  and  Snutch  TP.  Pregabalin as  a Pain Therapeutic: Beyond Calcium Channels. April 2020; Frontiers in Cellular Neuroscience 14(83). DOI:10.3389/fncel.


Share this article
Related Articles