Detail Article
Suplemen Nutrisi Oral dan Edukasi Gizi pada Kondisi Malnutrisi Lansia di Komunitas, Ini Manfaatnya
dr. Dedyanto Henky Saputra, M. Gizi
Jul 05
Share this article
3b20c67bb455c9331bbd13411569d6ed.jpg
Updated 05/Jul/2023 .

Malnutrisi terkait penyakit meningkatkan kebutuhan perawatan kesehatan dan menyebabkan beban penyakit yang berat. Hal ini lebih umum terjadi pada populasi lanjut usia (lansia) dan memiliki efek fisiologis yang merugikan, termasuk penurunan kualitas hidup (QoL), tertundanya pemulihan, dan peningkatan mortalitas dan morbiditas. Lansia dengan malnutrisi memiliki lebih banyak kunjungan ke dokter, lebih sering rawat inap, dan lebih lama tinggal di rumah sakit daripada lansia dengan gizi baik. Oleh sebab itu, penting dalam menentukan strategi yang efektif untuk mengelola malnutrisi.


Penelitian telah mengkonfirmasi bahwa edukasi gizi adalah instrumen penting untuk meningkatkan status gizi dan membimbing pemilihan nutrisi seimbang, membangun gaya hidup sehat, serta merupakan salah satu intervensi yang paling ekonomis. Selain edukasi gizi, manajemen malnutrisi dapat melalui pemberian nutrisi oral, seperti modifikasi diet, konseling diet, dan suplemen nutrisi oral (ONS). ONS secara klinis efektif dalam pengelolaan malnutrisi terkait penyakit.

 

Penelitian dilakukan untuk menilai apakah intervensi komprehensif, yang menggabungkan ONS, edukasi kesehatan yang berpusat pada keluarga, dan konsultasi gizi dapat meningkatkan status gizi dan kesehatan lansia dengan gizi kurang. Penelitian merupakan studi terkontrol acak yang dilakukan dari Oktober 2017 hingga Mei 2018 di Shanghai. Semua subjek penelitian disaring menggunakan mini nutritional assessment-short form (MNA-SF), dengan kriteria subjek adalah peserta dengan skor MNA-SF ≤11 dan usia ≥65.

 

Peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok intervensi (n = 101) yang diberikan ONS (400 kkal/hari) dan edukasi gizi yang berpusat pada keluarga (setiap 2 minggu sekali); sedangkan kelompok kontrol (n = 100) hanya menerima edukasi gizi saja. Pengukuran antropometrik, termasuk berat dan tinggi badan, serta skala nutrisi dan fungsional, termasuk MNA-SF, kekuatan genggaman, dan skor aktivitas kehidupan sehari-hari, dikumpulkan pada awal penelitian dan setelah 12 minggu.

 

Hasilnya adalah:

· Dari 201 peserta, 182 subjek dapat menyelesaikan penelitian (usia rerata, 75,48 ± 7,47 tahun).

· Setelah 12 minggu, peningkatan asupan nutrisi pada kelompok intervensi (+370,6 ± 432,6 kkal/hari, +17,6 ± 24,1 g/hari) melebihi kelompok kontrol (−67,5 ± 378,2 kkal/hari, −0,9 ± 16,7 g/hari ).

· Selain itu, peningkatan berat badan, indeks massa tubuh, dan kekuatan genggaman secara signifikan lebih tinggi pada kelompok intervensi vs kontrol.

 

Kesimpulan:

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa intervensi gizi yang komprehensif memperbaiki status gizi pada lansia dengan malnutrisi. Selain edukasi gizi, pemberian suplemen nutrisi menjadi salah satu strategi dalam tata laksana malnutrisi pada lansia, termasuk dalam cakupan komunitas. Dalam penelitian ini, kombinasi keduanya dapat memperbaiki jumlah asupan, parameter status gizi, dan kekuatan pada lansia.

 

 

Gambar: Ilustrasi (Sumber: master1305 - Freepik)

Referensi:

Xie H, Qiao LH, Zhao Y, Yan Z, Bai H, Wang Y, Ye T, Yu J, Du Q, Sun J. Nutrition education with or without oral nutrition supplements has contrasting effects on nutrition status in older adults: A randomized controlled study. Nutr Clin Pract. 2023;38(1):138-47.


Share this article
Related Articles