Detail Article
Dampak Ingesti Plastik, Zat Aditif, dan Sisa Pembakaran Plastik terhadap Kesehatan
dr. Lyon Clement
Mar 15
Share this article
8a117632c19958a76cbc00f7eddf36ba.jpg
Updated 17/Mar/2023 .

Plastik merupakan bahan yang umum digunakan sehari-hari dalam kehidupan manusia. Secara umum, plastik bersifat inert dan dengan ukuran polimer yang cukup besar, tidak dapat diserap oleh saluran cerna dan dikeluarkan dalam bentuk utuh. Namun, dalam situasi ketika plastik memasuki suatu sistem environmental dan/atau biologis, plastik akan mengalami penguraian menjadi partikel yang jauh lebih kecil, di mana partikel plastik berukuran <5 mm dikenal dengan istilah mikroplastik.


Dampak Ingesti Plastik pada Kesehatan

Paparan manusia terhadap mikroplastik dapat terjadi melalui jalur inhalasi, yaitu ketika mikroplastik berada di udara, dan melalui jalur ingesti, yaitu ketika mikroplastik tertelan dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna. Makanan dan minuman yang terkontaminasi mikroplastik diperkirakan merupakan salah satu bentuk paparan utama terhadap manusia. Partikel mikroplastik berukuran <150 µm dapat menembus saluran cerna. Partikel mikroplastik berukuran <20 µm telah terbukti dapat menembus membran sel. Partikel mikroplastik berukuran 0,1-10 µm bahkan dapat menembus sawar darah otak dan plasenta.


Walaupun plastik sendiri bersifat inert, berdasarkan studi terhadap hewan, paparan mikroplastik telah berhubungan dengan kejadan inflamasi, gangguan respons imun, gangguan endokrin, perubahan metabolisme lemak dan energi, serta berbagai gangguan lainnya. Selain itu, dampak negatif dari ingesti plastik disebabkan oleh zat aditif yang terdapat dalam plastik, termasuk di antaranya ftalat, bisfenol, dan organotin yang dapat menimbulkan stres oksidatif, sitotoksisitas, imunototoksisitas, gangguan hormon tiroid, serta gangguan adipogenesis dan produksi lemak. Dampak negatif dari zat aditif ini telah terbukti dalam penelitian yang melibatkan sel manusia. Paparan terhadap mikroplastik diduga menjadi salah satu faktor penyebab peningkatan kejadian obesitas secara global.


Dampak dari Ingesti Plastik yang Terbakar terhadap Kesehatan

Ketika terbakar, plastik menghasilkan emisi partikulat di udara dan residu abu yang berwarna hitam. Keduanya berhubungan dengan risiko kesehatan dan environmental, khususnya berkaitan dengan kandungan volatile organic compounds (VOCs), semi-VOCs, particulate matter, particulate bound heavy metal, polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH), polychlorinated dibenzoflurans (PCDFs), dan dioksin. Zat-zat tersebut dapat terbawa di udara hingga ribuan kilometer, mencemari lingkungan, serta memasuki rantai makanan yang pada akhirnya dapat sampai pada manusia.

PAH dan dioksin merupakan zat yang bersifat mutagenik. Pada kadar 8-340 ppm di udara, PAH telah terbukti dapat meningkatkan risiko kanker. Emisi partikulat di udara dan residu abu dapat membahayakan organ paru. Plastik yang terbakar dapat melepaskan ftalat yang telah diketahui merupakan suatu karsinogen dan pengganggu sistem endokrin yang terutama dapat berbahaya bila terhirup. Polyvinylchloride (PVC) yang terbakar dapat membebaskan gas halogen yang juga merupakan suatu polutan.


Salah satu zat paling berbahaya yang dihasilkan saat plastik terbakar adalah dioksin, yang merupakan suatu senyawa organik yang mengandung klorin. Tidak semua dioksin menimbulkan toksisitas, namun 2,3,7,8-tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD) merupakan dioksin yang paling toksik. TCDD bersifat karsinogenik, teratogenik, serta diketahui dapat menimbulkan toksisitas pada sistem endokrin, imunologi, dan reproduksi pada hewan.


Paparan dioksin pada manusia paling sering terjadi secara sekunder, yaitu mengonsumsi makanan, produk hewani, atau produk lainnya yang mengandung dioksin. Paparan dapat terjadi melalui jalur inhalasi, ingesti makanan atau minuman, ingesti tanah, ataupun absorpsi langsung melalui kulit. Ketika dioksin masuk ke dalam tubuh, sebagian dapat dimetabolisme tubuh, namun sebagian lainnya akan terakumulasi dalam lemak tubuh (bioakumulasi). Peningkatan metabolisme pada ibu hamil dapat meningkatkan mobilisasi dioksin yang terakumulasi dalam jaringan lemak. Dioksin dapat menembus plasenta dan mencapai janin serta juga dikeluarkan melalui ASI saat menyusui. Namun, dampak terpapar dioksin tidak akan muncul pada semua individu. Janin dan bayi baru lahir merupakan populasi yang paling rentan untuk memperoleh dampak negatif dari dioksin.


Paparan jangka pendek dari dioksin dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan gangguan fungsi hati dan menyebabkan chloracne, suatu kondisi inflamasi kronik pada kulit yang menyerupai jerawat. Sementara itu, paparan jangka panjang dapat berhubungan dengan gangguan sistem saraf, imun, reproduksi, dan endokrin. TCDD juga menyebabkan aterosklerosis, hipetensi, diabetes, dan kerusakan pada sistem saraf. Paparan terhadap dioksin juga berhubungan dengan peningkatan risiko keganasan limfohematopoietik dan limfoma non-Hodgkin.

 

Kesimpulan:

Ingesti plastik, yaitu ketika mikroplastik tertelan dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran cerna, dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh mikroplastik dan zat aditif. Plastik yang terbakar memiliki potensi toksisitas yang lebih besar bila teringesti, karena menghasilkan zat-zat sisa yang bersifat mutagenik, karsinogenik, dan teratogenik.

 


Gambar: Ilustrasi (Sumber: Freepik)

Referensi:

1.  Kannan K, Vimalkumar K. A review of human exposure to microplastics and insights into microplastics as obesogens. Front Endocrinol. 2021; 12: 1-19.

2. Verma R, Vinoda KS, Paiperddy M, Gowda ANS. Toxic pollutants from plastic waste – a review. Procedia Environmental Sciences. 2016; 35: 701-8.

3. Marinkovic N, Pasalic D, Ferencak G, Grskovic B, Rukavina AS. Dioxins and human toxicity. Arh Hig Rada Toksikol. 2010; 61: 445-53.

Share this article
Related Articles