Defisiensi vasopressin ditemukan pada pasien dengan syok sepsis akhir tahun 1990 dan infus vasopressin telah digunakan pada beberapa penelitian syok sepsis refrakter. Selain vasopressin, phenylephrine juga digunakan untuk syok sepsis akan tetapi penelitiannya masih terbatas.

Suatu penelitian kohort-retrospektif dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi keluaran pasien dengan syok sepsis yang diberikan terapi kombinasi norepinephrine-phenylephrine dibandingkan dengan norepinephrine-vasopressin. Metodenya adalah dengan memasukkan subjek yang memenuhi 3 kriteria sepsis antara tahun 2002 dan 2017. Subjek sebanyak 287 pasien yang terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok norepinephrine-phenylephrine (n=158) dan kelompok norepinephrine-vasopressin (n=129).

Parameter yang dinilai adalah keluaran pasien dan dilanjutkan dengan analisis multivariat untuk menilai hubungan norepinephrine-phenylephrine vs norepinephrine-vasopressin terhadap kematian di RS. Hasilnya menunjukkan kematian di RS tidak berbeda antara 2 kelompok [91/158 (57,6%) vs 80/129 (62,5%), p=0,4]. Selain itu, juga tidak ada perbedaan terhadap lama tinggal di ICU ataupun RS pada kedua kelompok. Dari analisis multivariat menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna terhadap kematian di RS pada kedua kelompok.

Simpulan:

Dari penelitian retrospektif cohort menunjukkan bahwa phenylephrine dapat digunakan sebagai vasoaktif lini kedua yang dikombinasi dengan norepinephrine pada pasien syok sepsis.

Gambar: Ilustrasi (Sumber: Anna Shvets - Pexels)

Referensi:

Arishi H, AlQahtani S, Tamim H, Sadat M, Alenezi FZ, Humaid FB, et al.  Combination of norepinephrine with phenylephrine versus norepinephrine with    vasopressin in critically ill patients with septic shock: A retrospective study.           Journal of Critical Care. 2022;72:154121.